“Dekranasda, lewat program pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dan kesejahteraan keluarga berbasis potensi lokal, menggelontorkan dana Rp 20 miliar untuk program PMT.”
Kupang – Ketua PKK Provinsi Nusa Tenggara Timur, Julie Sutrisno Laiskodat menggelar rapat membahas pemberian makanan tambahan (PMT) di 110 desa dan kelurahan pada Rabu, 25 Mei 2022.
Julie dalam rapat virtual melalui zoom yang diikuti 147 orang meliputi ketua PKK daerah, camat, dan kepala desa dan kelurahan memastikan distribusi PMT serentak dimulai pada awal Juni ini.
“Program ini akan berlangsung selama lima bulan: Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober,” kata Julie.
Jumlah angka stunting di NTT tertinggi di Indonesia, yakni mencapai 48,3%. Program PMT diprioritaskan untuk masyarakat miskin dan disabilitas yang tersebar di 110 kelurahan maupun desa.
Dekranasda, lewat program pemberdayaan ekonomi masyarakat desa dan kesejahteraan keluarga berbasis potensi lokal, menggelontorkan dana Rp 20 miliar untuk program PMT tahun ini.
Dana tersebut akan dibagi dalam bentuk tujuh produk makanan sehat khas NTT :
1. Bubuk kelor dan teh celup kelor. Kelor menjadi produk yang memakan biaya hingga Rp 5 miliar. Kelor asal NTT adalah salah satu yang terbaik di dunia sehingga dapat membantu untuk meningkatkan gizi anak dan keluarga di NTT.
2. Kacang-kacangan seperti kacang hijau dan kacang tanah.
3. Garam Yodium. Angka stunting dan gizi buruk tinggi di NTT karena masyarakat menggunakan garam yang tidak beryodium. Dalam program ini, garam yang akan didistribusikan adalah garam yang diproduksi di pabrik dan berlabel SNI. Garam-garam ini berasal dari pabrik yang ada di kabupaten Kupang, Sikka, dan Nagekeo.
4. Sorgum biji dan biskuit Sorgum. Salah satu pencegahan gizi buruk dan stunting adalah dengan mengkonsumsi sorgum. Kualitas dan kandungan vitamin dalam sorgum NTT, kata Julie, lebih tinggi dibanding dengan produksi biskuit pabrik.
5. Abon ikan dan Abon Sapi. Julie mendorong agar UMKM yang sudah memproduksi abon, bisa menghubungi Dekranasda NTT untuk dipasarkan.
6. Telur Ayam kampung maupun ayam negeri. Julie berharap di tiap kabupaten ada peternak ayam sehingga minim terjadi kerusakan pada telur saat pendistribusian ke desa-desa.
7. Jagung bose instan. Produk ini inovasi dari peneliti di Politani Negeri Kupang. Jagung ini mengandung gizi yang telah terukur. Jagung bose instan tersedia dalam 3 varian rasa, yaitu jagung bose kelor, kacang tanah, dan kacang hijau. Julie menyarankan masyarakat yang memproduksi jagung bose untuk menjualnya ke Politani agar selanjutnya bisa diolah menjadi jagung bose instan.
Sebanyak 110 desa kelurahan yang akan mendapat PMT ini ditentukan berdasarkan indeks desa membangun. Satu kabupaten terdiri atas lima kelurahan atau desa. Terdapat empat kategori dalam memilih desa/kelurahan yang akan diberi PMT:
- Desa sangat tertinggal, ada 2 desa.
- Desa tertinggal, ada 45 desa.
- Desa berkembang, ada 39 desa.
- Desa maju, ada 4 desa dan 20 kelurahan.
Pemilihan desa dari berbagai kategori ini dimaksud agar dapat dilihat apakah akan ada perubahan ketika program ini berakhir.
“Kenapa saya tidak ambil dari semua desa tertinggal? Karena saya mau ada output di akhir tahun yang bisa terukur. Apakah dia berkembang, dia bisa naik supaya menjadi desa maju dengan program kita ini?” papar Julie Laiskodat.
Keluarga penerima PMT dipilih oleh pihak desa, camat, dan kabupaten. Namun, Julie menegaskan agar keluarga yang dipilih adalah mereka yang belum pernah mendapatkan bantuan lain.
“Saya saran supaya tidak double. Jika sudah terima dari bantuan lain, ini dikasih ke lain,” tegas Julie.
Menanggapi 7 produk tersebut, Kepala desa Lewogeka, Kecamatan Solor Timur, Saudi Gafur menyatakan alangkah lebih baiknya produk tersebut dibeli dari desa. Ini untuk memberdayakan sumber daya alam dan sumber daya manusia di desa.
“Selain dari pada produk kelor, produk yang lain ini hampir tiap hari kita temui di desa ada. Kita berharap, produk ini kita beli di desa, di petani atau di nelayan. Nanti didata produk-produk mana yang ada di desa sehingga nanti dikoordinasi dengan provinsi agar kami di desa siapkan,” saran Saudi.
Julie menjelaskan, ketujuh produk itu tidak sepenuhnya disiapkan dari Provinsi, melainkan dapat disediakan di kabupaten..
“Kan bego kalau dari situ (desa) kirim ke kabupaten terus dikirim kembali ke desa. Untuk lebih efisien, PKK kabupaten harus menjamin barangnya (ada). Harus jelas tanda terimanya,” ujar Julie.
Selain itu, istri Gubernur NTT ini menegaskan, pendistribusian PMT dari provinsi ke kabupaten, dan dari kabupaten ke desa-desa ini dilakukan setiap minggu pertama setiap bulannya.
“Paling lambat minggu pertama setelah terima langsung kemas, langsung distribusi ke 110 desa kelurahan. Paling lambat, laporan harus masuk dan barang sudah terdistribusi di bulan itu di minggu kedua. Termasuk foto, video, dan tanda terima, door to door (dari rumah ke rumah),” tandasnya.
Di tahun terakhir jabatannya sebagai Ketua PKK NTT, Julie Laiskodat berharap ada kolaborasi dari semua pihak demi kelancaran program PMK ini. (Ruth)