Kupang – “Kalau drivernya sama, kendaraannya sama, pelayanannya sama, kenapa harus lebih mahal?” Kalimat ini dilontarkan Imam Azhar, Business Development Manager Maxim tentang pondasi bisnis jasa transportasi publik daring tersebut.
Maxim yang berkantor pusat di Rusia mulai beroperasi di Indonesia pada tahun 2018.
Hadir dengan tampilan warna kuning, Maxim awalnya beroperasi di Jakarta dengan menawarkan tarif layanan yang lebih murah dari pesaingnya yang sudah lebih dulu beroperasi. Dalam waktu singkat, Maxim melebarkan sayapnya ke empat kota, yakni Jogjakarta, Solo, Batam, dan Pekanbaru.
Baca Juga: 90 Juta Pengguna PeduliLindungi Bantu Cegah Penularan Covid-19
Imam kepada KatongNTT pekan lalu menyebut, target pasar Maxim sejak kemunculannya adalah untuk pelajar dan buruh.
Sehingga saat awal kemunculannya, Maxim mendapat atensi yang besar dari masyarakat karena cenderung lebih murah.
Maxim kini beroperasi di semua ibukota Provinsi di Indonesia, termasuk NTT.
Di Agustus 2020, saat awal pandemi Covid-19 merebak, Maxim resmi hadir di Kupang.
Dengan sekitar Rp10 ribu per kilometer untuk motor, dan Rp11-15 ribu per kilometer untuk mobil di NTT, Maxim mendapat sambutan dari para warga Kupang.
“Saya yakin saya gak perlu berkunjung ke sana (NTT) tapi saya yakin pengguna (terbanyak) itu lebih ke pelajar,” kata Imam.
Secara umum, tiga layanan yang diminati masyarakat Kupang ialah transportasi motor, mobil, dan layanan delivery (pengantaran).
Populasi masyarakat di Kupang yang tidak seramai di kota-kota besar lainnya menurut Imam tak menjadi masalah besar. Justru menurutnya, grafik pendapatan di Kupang terus naik.
“Kita cukup kagum karena pada saat kita masuk di kota-kota yang densitasnya tinggi, padat, kita jalannya (pendapatan) jauh lebih pelan. Tapi kalau di NTT, yang keramaiannya tidak terlalu, justru jalannya (grafik) cepat,” ungkapnya.
Namun, pandemi Covid-19 menjadi pukulan bagi perusahaan transportasi yang dibuat sejak 2003.
Baca Juga: Antisipasi Perlambatan Ekonomi, KPPU Perkuat Pengawasan Kemitraan UMKM
Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat pendapatan turun drastis.
“Pengguna kita itu basisnya adalah pelajar, mahasiswa, dan buruh. Dan terutama di hampir semua kota itu roda duanya yang terbesar. Waktu pandemi Covid-19, Maxim mengalami penurunan pendapatan hampir 70 persen. Di beberapa tempat mendekati 80 persen,” ujar Imam.
Di Juli 2020 grafiknya sudah naik. Walau tidak terlalu tinggi namun sudah mulai ada pergerakan naik. Pada 2022, Maxim makin melesat.
Ke depannya, Imam menyatakan akan terus mengembangkan bisnis ini di NTT. Kini Maxim beroperasi di Labuan Bajo, Maumere, dan Ende.
Maxim juga memberi akses kepada UMKM untuk mepermudah usaha mereka.
“Kami juga dengan UMKM agar bagaimana mereka bisa ekspansi dengan pasarnya. Jadi biaya beli di tempat dan diorder itu harganya sama. Tapi di NTT belum fokus ke UMKMnya, tapi masih fokus di transportasi ke UMKMnya,” pungkas Imam. *****