Kupang – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menanggapi prediksi Survey of Geometry of the Solar System (SSGEOS) soal gempa yang mungkin terjadi di Indonesia.
BMKG menyebut tidak ada teknologi maupun ilmuwan yang dapat memprediksi gempa dengan tepat. SSGEOS sendiri menyebut ada kemungkinan terjadi gempa di wilayah Indonesia pada 3 dan 4 Maret atau 6-7 Maret 2023. Prediksi ini disampaikan Frank Hoogerbeets yang bekerja pada SSGEOS melalui akun YouTube-nya.
Prediksi gempa dari SSGEOS ini berdasarkan keberadaan planetarium terhadap pergerakan lempeng bumi.
Menurutnya, ada konjungsi planet dan fluktuasi atmosfer yang berdampak pada gempa di Jepang, Inggris dan Papua Nugini.
Baca juga: 3.982 Gempa Menerjang NTT Selama 2022
Lebih spesifik Frank mengatakan pada 2 Maret ini. Frank mengatakan ada konvergensi terjadi antar Bumi, Venus dan Jupiter dan setelah 9 jam konvergensi terjadi antara Bumi, Merkurius dan Saturnus. Ia menjelaskan konvergensi geometri planet ini cukup kritis hingga pada 4 dan 5 Maret.
“Konjungsi ini akan sangat kritis terhadap Bumi yang mungkin menyebabkan peristiwa seismik besar sebagai akibatnya pada tanggal 3 atau 4, bisa juga sekitar tanggal 6 atau 7 dengan Bulan Purnama,” ungkap dia.
Menurutnya ada dua kemungkinan gempa bumi. Skenario pertama 3 – 4 Maret. Kedua tanggal 6 – 7 saat bulan purnama. Kemungkinan peristiwa seismik ini lebih dari 7 atau 8 magnitude.
“Tidak ada cara untuk mengetahuinya tetapi bulan Maret akan sangat kritis,” lanjutnya.
Menurutnya, aktivitas seismik ini tidak sempurna diprediksi. Namun begitu ia mencatat sudah ada fluktuasi dari 25 Februari dari pantai barat Amerika Utara dan Kermadec.
“Fluktuasi itu agak kabur dan tidak terlalu meyakinkan,” kata dia.
Fluktuasi yang lebih jelas, sambung Frank, adalah di Pasifik Barat dari Kamchatka, Kepulauan Kuril dan utara Jepang di atas Filipina dan juga menandai Sulawesi, Halmahera bahkan mungkin Laut Banda.
Baca juga: 1.686 Bencana di Indonesia Renggut 91 Nyawa di Awal 2022
“Ini bisa menjadi signifikan untuk tanggal 3 atau 4 Maret jika kita menghitung 6 hari dari tanggal 25 Februari. Kita akan berakhir sekitar waktu itu,” kata ahli geologi asal Belanda ini.
Nama Frank Hoogerbeets sendiri mencuat karena meramalkan gempa yang mengguncang Turki dan Suriah, tiga hari sebelum kejadian.
Solahudin N Falah, Kepala Seksi Data Dan Informasi Geofisika BMKG Kupang menanggapi beredarnya video Frank yang telah tersebar di berbagai platform media sosial.
BMKG pada prinsipnya, kata dia, tetap waspada pada fenomena ini dan akan memberikan informasi kepada masyarakat.
“Kalau waspada, kita tetap harus waspada karena gempa bumi bisa terjadi setiap saat,” ungkap dia.
Namun ia menekankan gempa bumi ini bukanlah sesuatu yang diprediksi sampai dengan saat ini. BMKG juga tidak mengeluarkan prediksi gempa seperti yang dilakukan Frank.
“Informasi ini bukan berasal dari BMKG dan yang pasti gempa bumi sampai sekarang belum bisa diprediksi. Untuk membuktikannya kita tunggu saja bersama tanggal 3-4 Maret,” sebutnya.
Tidak saja BMKG, Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) pun mencatat tidak adanya cara yang bisa untuk memprediksi waktu dan tanggal gempa bumi. USGS dan para ilmuwan lain belum bisa meramalkan gempa besar dan menilai tidak ada pengaruhnya gerak planet terhadap gempa. (Putra Bali Mula)