Jakarta – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) memperkuat kerja sama dengan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP). Kolaborasi itu untuk menghadapi tantangan konservasi kura-kura rote (Chelodina Mccordi), yang merupakan salah satu kura-kura paling langka di dunia.
“Danau-danau yang merupakan habitat alami Kura-kura Rote di Pulau Rote semuanya berada di luar kawasan konservasi. Hal itu menjadi tantangan tersendiri dalam upaya konservasi spesies endemik ini dalam jangka panjang,” ujar Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud dikutip dari laman resmi KLHK, Kamis (6/4/2023).
Dikatakan, kedua lembaga memperkuat komitmen kerja sama penguatan fungsi program pengembangan konservasi keanekaragaman hayati dan kawasan konservasi. Langkah tersebut ditindaklanjuti dengan penandatanganan Rencana Kerja Tahunan (RKT) periode kedua tahun 2023 di NTT.
“Kedua belah pihak menaruh perhatian yang besar terhadap ekosistem lahan basah Rote yang merupakan habitat alami kura-kura rote,” demikian komitmen kerja sama yang disepakati di Kupang, Selasa (4/4/2023).
Arief Mahmud menjelaskan, sebenarnya terdapat 35 danau di Kabupaten Rote Ndao yang menjadi habitat kura-kura rote. Namun pada 2005 tercatat hanya sembilan danau yang masih menjadi habitat spesies terancam punah ini dan jumlahnya terus menurun tajam hingga menjadi tiga danau.
“Jumlah itu terus menurun tajam menjadi hanya tiga danau di 2012, yaitu Danau Peto di Kecamatan Rote Tengah, Danau Ledulu di Kecamatan Rote Timur, dan Danau Lendo Oen di Desa Daurendale Kecamatan Landu Leko,” ungkap Arief.
Sebagai Langkah awal konservasi, BBKSDA NTT dan WCS-IP menginisiasi upaya repatriasi tahap pertama 13 ekor Kura-kura Rote dari Amerika Serikat melalui Singapore Zoo pada 23 September 2021.
Seluruh satwa endemik Pulau Rote ini ditampung sementara di Instalasi Karantina Hewan (IKH) milik Balai Besar KSDA NTT untuk dilakukan perawatan, pemberian pakan, pengecekan kesehatan, pengukuran berat badan, pemantauan perilaku secara rutin sebagai bagian dari proses habituasi dan pemulihan sifat liar.
Setelah melalui proses habituasi selama satu tahun, dilakukan pelepasliaran (soft release) ke habitatnya di Danau Ledulu di Pulau Rote.
“Dengan dilaksanakannya tahap reintroduksi melalui soft release pada RKT Tahun 2023 ini, tahap selanjutnya adalah repatriasi batch ll yang akan dilaksanakan pada tahun 2023, sehingga IKH menjadi instalasi penting untuk mendukung upaya konservasi spesies secara luas di Nusa Tenggara Timur,” jelas dia.
Country Director WCS-IP Noviar Andayani menambahkan, pihaknya telah bersepakat dan berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya konservasi kura-kura rote melalui RKT periode kedua 2023 ini.
“Untuk mendukung keberhasilan reintroduksi kura-kura rote ke habitat aslinya di Pulau Rote maka perlu memperhatikan kondisi habitat kura-kura rote, selanjutnya untuk menjaga dan melindungi habitat tersebut perlu mendapat dukungan dari masyarakat sehingga masyarakat sekitar harus kita perhatikan melalui program pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi pilar pendukung utama dalam upaya konservasi khususnya pelestarian kura-kura rote,” jelas Noviar.
Kura-kura rote adalah salah satu dari 32 spesies kura-kura di Indonesia dan merupakan salah satu kura-kura paling langka di dunia (Turtle Conservation Coalition, 2018). Kura-kura ini adalah spesies endemik Pulau Rote yang terdaftar sebagai satwa prioritas konservasi nasional melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 57/Menhut-II/2008 pada Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional. Selain itu, spesies ini juga telah dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/2018. Sedangkan IUCN menetapkan status kura-kura rote (Chelodina mccordi) di Pulau Rote terancam punah (critically endangered). [Anto]