Bogor – Sejumlah wilayah di Indonesia Timur bisa meningkatkan produksi sapi untuk mengisi kebutuhan dalam negeri. Pemanfaatan benih unggul atau dengan Inseminasi Buatan (IB) bisa menjadi solusi. Sapi Galiciand Blond (GB) asal Spanyol terbukti bisa dikembangkan di Indonesia dan memiliki bobot serta kualitas daging sangat bagus.
Pemegang lisensi sapi GB, drh Olan Sebastian, mengatakan IB dengan semen beku (sperma) sapi GB sudah melalui tahap uji coba sejak 2017 lalu. Sapi asal Spanyol tersebut bisa dikembangkan di Indonesia.
“Tingkat kelayakan hidup cukup tinggi dengan bobot sapi yang cukup bagus. Perkembangan sapi dan kualitas dagingnya pun sangat baik,” ujar dokter hewan jebolan IPB ini kepada KatongNTT.com, Senin (17/7/2023).
Dikatakan, IB sapi GB tersebut bisa menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan sapi dalam negeri. Dengan input pakan yang teratur serta pemeliharaan sesuai standar maka hasilnya sangat baik.
Baca : Pemkot Sorong Siap Datangkan Sapi dari NTT, 600 Ekor Segera Tiba Pulau Bintan
“Kami mempunyai lisensi dan bisa menyediakan benih unggul GB asal Spanyol. Semua ketentuan juga sudah dipenuhi sebagaimana syarat dari pemerintah,” kata Olan yang juga Direktur Utama PT Caturnawa Mitratani Nusantara (CMN) ini.
Dia menjelaskan pihaknya juga mendorong pendekatan model peternakan komunal sebagaimana konsep sentra peternakan rakyat (SPR). Manajemen yang bagus dan pemanfaatan benih unggul bisa meningkatkan produksi dan kesejahteraan peternak.
Menurut Olan, pengembangan sapi GB bisa dilakukan di wilayah Indonesia Timur, seperti Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, hingga kawasan Maluku dan Papua.
Informasi resmi laman Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian, menyebutkan GB merupakan sapi potong Spanyol sebagai rumpun sapi dengan kualitas daging yang bagus dan dapat beradaptasi baik pada iklim tropis seperti Indonesia.
Baca : NTT Kirim 1.650 Ekor, Impor Sapi Jadi Ancaman Perusahaan Domestik
Uji coba pengembangan sapi GB di Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang telah dilakukan sejak tahun 2017. Semen beku GB dari Spanyol diinseminasikan kepada akseptor rumpun PO yang terdapat di BET Cipelang. Pada kurun waktu 2017-2018 dihasilkan sebanyak 8 ekor sapi GB persilangan (generasi pertama), terdiri atas 4 ekor jantan dan 4 ekor betina.
Selain di BET Cipelang, uji coba juga sudah dilakukan di Lampung Tengah, Provinsi Lampung, Subang (Jawa Barat) dan sejumlah peternakan swasta seperti PT Widodo Makmur Perkasa.
Dikatakan, uji bersama dengan PT Widodo Makmur Perkasa menunjukkan beberapa hasil yang bagus, seperti persentase karkas sapi hasil silangan GB lebih tinggi dibanding Sapi Bx (Brahman Cross) di angka 59,36% dari bobot hidup. Demikian juga persentase MBR (meat bone ratio) sapi hasil silangan GB lebih tinggi dibanding Bx dengan angka 62,64% dari bobot karkas.
Baca : Pemprov NTT Siapkan Rp. 1 Triliun Untuk Program Tanam Jagung Panen Sapi
“Kami sudah melakukan sejumlah uji tersebut dengan sapi Bx dan hasilnya bisa dilanjutkan untuk pengembangan sapi di Indonesia. IB dengan sapi-sapi lokal perlu diuji lagi karena perlu ruang dada yang besar. Khawatir saat melahirkan harus operasi,” ujar Olan.
Seperti diketahui, pemerintah Indonesia mengakui saat ini kekurangan sapi dan menjajaki impor dari Afrika Selatan untuk tahap awal sebanyak 50.000 ekor sapi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2022 Indonesia melakukan impor daging sejenis lembu (sapi, kerbau, dan sejenisnya) dengan berat bersih 225,6 ribu ton yang menjadi rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir. Jumlah impor itu setara dengan nilai rekor tertinggi sekitar Rp 12,9 triliun.
Jika pengembangan sapi di Indonesia berhasil maka seharusnya tidak perlu lagi impor dalam jumlah besar di tengah ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK) dari sejumlah negara. Apalagi, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan sentra sapi namun belum mampu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.[Anto]