Jumlah Pekerja Anak di Kota Kupang Terus Meningkat - Katong NTT    
Minggu, 29 Januari , 2023
  • Login
NEWSLETTER
Katong NTT
No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result

Jumlah Pekerja Anak di Kota Kupang Terus Meningkat

Editor: KatongNTT
6 Juni 2022
in Kekerasan Berbasis Gender
0
Ilustrasi pekerja anak di Kota Kupang (seputarntt.com)

Ilustrasi pekerja anak di Kota Kupang (seputarntt.com)

Kupang – Jumlah pekerja anak di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami peningkatan setiap tahun. Data dari Dinas Sosial Kota Kupang, tahun 2022 setidaknya ada sekitar 700 anak yang dipekerjakan.


Kepala Dinas Sosial Kota Kupang, Lodywik Djungu Dape kepada KatongNTT, Kamis (2/6/2022) mengatakan, anak-anak tersebut bekerja dengan berbagai alasan. Mereka dipekerjakan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

RekomendasiUntukmu

Yosef Lejap, korban dugaan penganiayaan oleh aparat kepolisian di Lembata (Dok. Andreas Lejap)

Satu Polisi Jadi Tersangka Kasus Pengeroyokan ODGJ di Lembata

23 Januari 2023
Aksi Bekuk di Polres Lembata, NTT atas kasus penganiayaan ODGJ yang diduga dilakukan oleh polisi (Dok. Bentaranet)

Bekuk Sebut Kapolres Lembata Lindungi Pelaku Penganiayaan ODGJ

9 Januari 2023

“Rata-rata mereka dari keluarga tidak mampu yang membiarkan anak-anaknya bekerja,” kata Lodywik.
Sebagian dari anak-anak yang bekerja adalah pelajar. Namun sisanya tidak bersekolah karena alasan ekonomi. Lodywik menjelaskan, rata-rata anak-anak ini punya orang tua dan keluarga.


Meskipun ada anak-anak yang bekerja usai jam sekolah, Lodywik mengatakan, anak seharusnya tidak dipekerjakan.


Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 68 menegaskan terkait batasan usia bagi seorang pekerja. Anak di bawah 18 tahun tidak diizinkan untuk bekerja.


Lodywik menilai, maraknya pekerja anak salah satu faktornya adalah minimnya kesadaran orang tua di samping masalah ekonomi.


Usia anak bukan usia bekerja. Menurut Lodywik, anak seharusnya mendapatkan haknya bersekolah dan bermain bersama teman sebayanya.


“Sebenarnya ada pasal eksploitasi anak yang dilanggar,” ujarnya.


Hasil penelitian Bergita Babur pada 2021 tentang kehidupan sosial ekonomi pekerja anak di Pasar Naikoten Kupang, mengelompokkan mereka menjadi anak sebagai pedagang dan anak sebagai penjual jasa. Bergita menyimpulkan pendapatan anak yang bekerja masih tergolong rendah. Meski begitu, kebutuhan ekonomi keluarga jadi pemicu keterlibatan anak untuk bekerja.

Baca juga: Menyambung Hidup dari Setumpuk Koran


Faktor lain yang menjadi pemicu adalah pandangan masyarakat. Anak yang bekerja dianggap sebagai anak yang mengabdi pada orang tua. Selain itu, pengaruh lingkungan juga turut menentukan pilihan anak. Kebanyakan anak-anak bekerja karena melihat teman-temannya bisa menghasilkan uang sendiri.


Lodywik mengatakan, pihaknya terus mendorong kesadaran publik untuk tidak mengeksploitasi anak-anak. Setiap kali ada razia dan menemukan pekerja anak, pihaknya selalu memberikan pembinaan dan pemahaman bagi orang tua.


“Kami dorong kembali ke fungsi keluarga untuk mengasuh dan membina bukan mengeksploitasi anak,” kata Lodywik.


Namun sejauh ini, kata Lodywik, ada oknum tertentu yang mendatangkan anak-anak dari daerah untuk dipekerjakan. Ia menyarankan aparat penegak hukum menyelidiki persoalan ini agar tidak mengorbankan anak-anak.


Dari jumlah tersebut, setidaknya ada 300-an anak yang saat ini berada di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). Mereka, kata Lodywik, mendapatkan pendidikan dan pembinaan di LKSA tersebut.


“Mereka tersebar di tiga LKSA di Kota Kupang, yakni LKSA Obor Timur, LKSA Nusa Bunga dan LKSA Asuhan Kasih,” kata Lodywik.


Akhir Desember 2021, KatongNTT menemui beberapa anak penjual koran di perempatan kantor Gubernur NTT. Mereka mengaku menjalani aktivitas tersebut setelah jam sekolah. Mereka juga punya waktu lebih banyak untuk berjualan sebab saat itu pembelajaran masih berlangsung secara online.[Joe]

Previous Post

Sedikitnya 50 Orang Tewas dalam Serangan Bersenjata di Gereja Katolik di Nigeria

Next Post

Dubes RI Jajaki Peluang Ekspor Produk NTT di Rumania

KatongNTT

KatongNTT

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Next Post
Rombongan Dubes RI untuk Rumania M Amhar Azeth (berdiri paling kiri) dan Wakil Ketua Dekranasda NTT Maria Fransiska Nai Soi (Duduk, kedua dari kiri) usai meninjau berbagai produk khas NTT di gedung Dekranasda NTT, Rabu, 6 Juni 2022. (KatongNTT.com)

Dubes RI Jajaki Peluang Ekspor Produk NTT di Rumania

Anggota Pokja Komisi Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Pers, Lahyanto Nadir (tengah) didampingi anggota Pokja pengaduan masyarakat Dewan Pers, Rustam Fachri (kanan) dan penguji dari LPDS, Maria Dian Andriani (Joe-KatongNTT)

Perusahaan Pers Bertanggung Jawab Tingkatkan Kompetensi Wartawan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anggota dari :

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2022 KatongNTT

No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024

© 2022 KatongNTT

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In