Kupang – Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami kenaikan inflasi 0,53 persen pada bulan Juli 2022 bila dibandingkan bulan Juni sebesar 0,52 persen. Tercatat inflasi di bulan tersebut sebesar 1,05 persen.
BPS NTT mencatat, inflasi di NTT mengalami kenaikan dalam 2 bulan berturut-turut. Pada bulan Mei, inflasi NTT turun dari 1,33 persen di bulan April menjadi 0,23 persen. Kemudian meningkat kembali di bulan Juni.
Statistisi Madya BPS NTT, Damarce Sabuna menyampaikan, gabungan dari 3 Kota yang mengalami inflasi dengan harga indeks konsumen di bulan Juli 110,95 persen. Gabungan 3 Kota tersebut yakni Kota Kupang mengalami inflasi sebesar 1,07 persen, Maumera 1,51 persen dan Waingapu 0,48 persen.
Inflasi di NTT terjadi kerena kenaikan harga pada 7 kelompok pengeluaran. Untuk Kota Kupang dipicu oleh kenaikan pada 6 kelompok pengeluaran. Selanjutnya Maumera 8 kelompok pengeluaran dan Waingapu sebanyak 7 kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga.
Damarce menjelaskan, penyumbang inflasi terbesar pada bulan Juli adalah sektor transportasi. Sektor ini menyumbang inflasi 3,07 persen. Kelompok transportasi menyumbang inflasi 3,54 persen di Kota Kupang dan 3,05 persen di Maumera. Sementara di Waingapu, kelompok transportasi mengalami deflasi 1,53 persen.
Kelompok penyumbang inflasi tertinggi berikutnya adalah pengeluaran pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang menyumbang 1,54 persen. Inflasi kelompok ini di Kota Kupang sebesar 1,40 persen, di Maumere 2,97 persen dan di Waingapu 1,01 persen.
Damarce menjelaskan, andil terbesar untuk inflasi di Kota Kupang berasal dari kelompok transportasi sebesar 0,54. persen.
“Dimana andil tersebut disumbang oleh tarif angkutan udara yang memiliki andil 0,53 persen,” ujar Damarce.
Untuk Kota Maumere dan Waingapu, andil terbesar inflasi di sumbangkan oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau, masing-masing 1,14 persen dan 0,44 persen.
Secara keseluruhan di NTT, kelompok pengeluaran yang memiliki andil terbesar untuk inflasi berada pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, yakni 0,52 persen. Diikuti kelompok transportasi sebesar 0,44 persen.
Damerce mengatakan, kelompok transportasi di Kota Waingapu mengalami deflasi lantaran penurunan tarif angkutan udara pada rute dalam negeri.
Ia menjelaskan, inflasi yang terjadi di NTT ini merupakan imbas dari kenaikan harga komoditas global, konflik antara Rusia dan Ukraina, serta cuaca di dalam negeri yang menyebabkan gagal panen pada beberapa daerah yang menyuplai komoditas ke NTT.
“Beberapa komoditas makanan mengalami kenaikan karena termasuk mengalami gagal panen,” jelasnya.
Libatkan Warga Tekan Inflasi
Bank Indonesia melaunching Kampung Sadar Inflasi sebagai upaya memberikan pemahaman terhadap masyarakat terkait dengan dampak inflasi.
Peluncuran program unggulan antara Bank Indonesia perwakilan NTT dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kupang ini berlangsung di kantor Lurah Kayu Putih, Kecamatan Oebobo, Rabu (3/8/2022).
Acara peluncuran ditandai dengan penanaman Cabai Merah di lahan milik Peter De Hoog. BI perwakilan NTT menyiapkan 3.000 anak cabai merah yang dibagikan kepada warga Kelurahan Kayu Putih.
Kepala BI Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja mengatakan, BI mengajak masyarakat untuk berkolaborasi menekan inflasi atau kenaikan harga komoditas. Salah satu komoditas yang sering mengalami kenaikan harga adalah cabai mereh.
Karena itu, melalui Gerakan Menanam Pekarangan Rumah dengan Tanaman Pengendali Inflasi, salah satunya cabai merah, Nyoman berharap warga tidak bergantung lagi membeli cabai ke pasar.
“Inflasi dapat menggerus daya beli dan kesejahteraan masyarakat,” kata Nyoman.
Gerakan itu sebagai upaya memberikan pemahaman bagi masyarakat tentang bahaya inflasi. Dan mendorong peran masyarakat dalam menekan laju inflasi.
“Sehingga kemampuan beli Bapak dan Ibu tidak berkurang (akibat inflasi),” jelasnya.
Wakil Wali Kota Kupang, Hermanus Man mendukung penuh gerakan tersebut. Apalagi Keluraha Kayu Putih merupakan salah satu wilayah yang padat dengan jumlah penduduk 11.450 jiwa.
Ia mengatakan, kenaikan inflasi mengganggu stabilitas ekonomi negara. Bila tidak ada upaya menekan laju inflasi, harga-harga komoditas dan jasa akan terus meningkat dan berdampak buruk bagi perekonomian negara.
“Untuk menekan inflasi, kita tingkatkan produksi. Semakin banyak produksi maka harga pun akan turun,” ujarnya.
Herman menyarankan warga untuk mulai memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam berbagai jenis tanaman yang bisa dikonsumsi. Selain pekarangan, warga disarankan menggunakan polybag untuk menanam cabai, tomat dan jenis tanaman lainnya.(Joe)
Baca juga: NTT Provinsi Termiskin Ketiga di Indonesia