Pelindo III Kupang sebagai pengelola Pelabuhan Tenau menargetkan pelabuhan itu akan naik status menjadi terminal peti kemas internasional. Pelabuhan Tenau saat ini berstatus pelabuhan konvensional yang melayani barang-barang dengan kategori domestik.
Meski masih berstatus konvensional, Pelabuhan Tenau sudah memiliki peralatan berstandar terminal peti kemas internasional.
General Manager Pelindo III Kupang, Agus S. Nazar saat ditemui di ruang kerjanya pekan lalu menyebutkan, Pelindo bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur bersurat ke Kementerian Perhubungan untuk kenaikan status Pelabuhan Tenau.
Status tersebut menjadi penting karena Pelabuhan Tenau mampu memberikan berbagai keuntungan bagi masyarakat NTT.
Pemerintah Provinsi NTT juga sudah mendukung dalam hal menyiapkan lahan apabila dibutuhkan untuk perluasan area penumpukkan peti kemas.
Pada 1 September 2021 lalu, kata Agus, Direktur Utama Pelindo III Boy Robyanto telah menandatangani nota kesepahaman dengan Gubernur NTT,Viktor Bungtilu Laiskodat untuk pengembangan semua pelabuhan di NTT.
Pelabuhan Tenau sendiri sudah siap baik dari segi peralatan, Sumber Daya Manusia (SDM) maupun pemanfaatan teknologi dalam pelayanan. Agus menuturkan, saat ini tinggal menunggu saja palu diketuk untuk melegitimasi status pelabuhan Tenau Kupang menjadi terminal peti kemas.
“Ini sudah dari tahun 2004, tinggal menunggu saja distate atau diketuk palu untuk menjadi pelabuhan terminal peti kemas atau terminal peti kemas khusus,” kata Agus kepada KatongNTT.

“Alat sudah siap, fasilitas sudah siap,sistem prosedur sudah siap, aplikasi pelayanan berbasis digital sudah siap. Tinggal kapan status pelabuhan ini ditetapkan sebagai terminal peti kemas,” ungkap Agus.
Agus menjelaskan, peralatan yang sudah tersedia di Pelabuhan Tenau seperti container crane atau derek peti kemas sebanyak 2 unit, Rubber Tyred Gantry (RTG) untuk mengangkat peti kemas dari lapangan ke atas casis truk atau sebaliknya. Ada juga reach stacker ysng mampu mengangkat beban hingga 45 ton.
Harga peralatan-peralatan tersebut bernilai miliaran rupiah karena itu perlu dijaga dan dirawat dengan baik.
“Harga barang-barang ini sangat mahal semua. Makanya kita harus rawat baik-baik dengan sistem prosedur operasional yang benar sebagai terminal peti kemas,” kata Agus.
Dia menuturkan, NTT yang terdiri dari 21 kabupaten dan 1 Kota memiliki potensi komoditas ekspor yang besar. Peningkatan status ke terminal peti kemas akan memberikan keuntungan di antaranya Dinas Perindustrian dan Perdagangan bisa mencatat dengan baik komoditas yang diekspor.
Selain itu, harga yang selama ini sedikit bervariasi akan menjadi satu harga ketika sudah beralih status. Ditambah lagi, NTT tidak akan kekurangan stok barang yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat NTT.
“karena kita tahu dari pelabuhan ini bisa memberikan kontribusi yang nyata, konkrit terkait masalah arus barang yang masuk ke NTT,” ujarnya.
Jika status pelabuhan Tenau ditingkatkan ke terminal peti kemas, maka tidak ada lagi kegiatan lain lagi selain kegiatan bongkar muat peti kemas.
Luas pelabuhan Tenau Kupang saat ini mencapai 3,6 hektare yang terdiri dari area peti kemas dan non peti kemas. Luas area khusus untuk peti kemas, menurut Agus, hanya seluas 2,6 hektare. Luas ini tidak seperti pelabuhan lainnya yang memiliki luas area penumpukkan peti kemas yang mencapai 3-5 hektare.
Untuk mengatasi luasan area tersebut, Agus mengatakan, pihaknya akan memanfaatkan lahan yang masih dimiliki oleh pelabuhan Tenau Kupang. Pmanfaatan itu untuk menambah luas area penumpukan peti kemas menjadi 4 atau bahkan 5 hektare.
“Pak Gubernur sudah sampaikan, kalau sampai titik jenuh penumpukan peti kemas, pada akhirnya membutuhkan luas area (penumpukan lagi), (lahan) perikanan sudah disiapkan. Tapi sebelum masuk ke (lahan) perikanan, kami akan manfaatkan lahan yang kami miliki,” jelas Agus.
Agus menyebutkan, selama ini banyak orang beranggapan, jika ada kapal yang masuk ke NTT dalam kondisi penuh barang, namun kembali ke Jawa tanpa membawa apa-apa. Kondisi tersebut yang ingin diubah. Karena itu, Pelabuhan Tenau akan dijadikan sebagai hard domestik port. Tujuannya agar potensi yang dimiliki oleh NTT dan yang punya nilai jual dikirim ke luar NTT melalui Pelabuhan Tenau.
Menurut Agus, NTT punya banyak komoditas yang bisa dijual ke luar daerah. Selain ternak, salah satu komiditas ekspor NTT adalah ikan. Wilayah NTT yang berpulau dengan lautnya yang kaya menjadi salah satu potensi. Selain itu, kopi menjadi salah satu komoditas yang bisa diekspor.
Agus mengatakan, Timor Leste saat ini membutuhkan semen. Ini bisa jadi peluang bagi NTT untuk menambah pendapatan dengan mengekspor semen ke Timor Leste. Semen tersebut bisa diambil dari Manokwari yang memproduksi semen Conch. Asalkan, status Pelabuhan Tenau berstatus internasional.
Jika berstatus internasional, kata Agus, maka NTT bisa langsung mengekspor produknya ke Timor Leste maupun ke Australia.
Kendati demikian, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yakni jika ada ekspor maka harus ada impor juga. Sehingga ada keuntungan timbal balik. Disamping itu, status pelabuhan Tenau menjadi penentu ekspor impor berskala internasional.
“Kita tidak hanya menjadi pelabuhan yang mengumpulkan barang tapi bisa jadi gerbang masuk untuk barang-barang dari Timor Leste dab Darwin,” ujar Agus.
Tidak Ada Penambahan SDM
Meski nanti ada peningkatan status menjadi terminal peti kemas, Agus memastikan belum ada penambahan SDM. Menurutnya, pihaknya akan tetap memanfaatkan jumlah tenanga kerja yang ada. Tugas penting saat ini adalah mengubah pola kerja tenaga kerja yang ada saat ini .
Agus menilai, kelemahan tenaga kerja saat ini karena kurang disiplin, tidak memiliki target untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Tenaga kerja yang ada lebih senang bersantai-santai dengan pekerjaan yang ada.
“Kita akan memanfaatkan sebesar-besarnya apa yang ada di sini. Itu pilihan terakhir. Pilihan pertama kita akan mengubah secara program sistem kerjanya, supaya effort kerja teman-teman di sini bisa berubah,” tegas Agus.
Dia menilai, kinerja pekerja di Pelabuhan Tenau selama ini kurang maksimal. SDM yang ada masih ‘tertidur’ sehingga tidak punya kinerja individu yang baik. Hal ini berdampak pada penilaian banyak orang bahwa para pekerja itu malas.
Kerana itu, Ia ingin mengubah pola kerja yang ada selama ini yang membuat para pegawai seperti “dinina bobokan. Menurutnya, pergantian kepemimpinan harus berdampak pada perubahan yang lebih baik.
“Jika GM sebelumnya belum terlalu melihat kedisiplinan (pola kerja) secara detail, maka kali ini saya harus perhatikan itu,” kata Agus.
Perubahan pola kerja kearah yang lebih baik akan menjadikan kualitas pelayanan di Pelabuhan Tenau Kupang lebih baik. Hal itu dinilai akan berdampak baik bagi masyarakat. Perubahan itu tidak bisa dilakukan secara parsial saja, misalnya pada administrasi. Namun bagian terkecil seperti satpam dan cleaning service pun perlu diubah pola kerjanya.
“Sebelum kita mendaji smart port, kita harus smart people dulu. Harus smart people dulu baru smart port,” jelas Agus.

Untuk menambah jumlah SDM, tentunya harus melalui kajian yang mendalam. Hal ini disebabkan oleh biaya yang akan dikeluarkan. Lagipula, pihaknya bisa memanfaatkan teknologi sebagai pengganti serapan tenaga kerja untuk bisa mengurangi biaya yang akan dikeluarkan. Misalnya untuk pengawasan, dengan menambah jumlah cctv dan pengeras suara.
Berdasarkan laporan Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Kupang tahun 2020, NTT mengekspor komoditas ke beberapa negara seperti Timor Leste, Argentina, Philipina, Cina, Jepang, Malaysia dan Australia. Komoditas yang diekspor pun meningkat jika dibandingkan tahun 2019.
Komoditas yang diekspor di antaranya, rumput laut, kayu kemiri, kayu secang, bidara, dan kelor. Selain itu, NTT mengirim DOC (Day Old Chicken) ke Timor Leste.
Komoditi untuk pengiriman domestik pada tahun 2020 di antaranya sirih, madu, biji kelor, buah segar, buah alpukat, dan DOC dikirim antar pulau di NTT. Selain itu, daging babi olahan banyak dikirim ke luar NTT. Madu pun sering dikirim ke luar NTT karena kualitasnya yang tidak kalah bersaing dengan kualitas madu di daerah-daerah lain.
Selain itu, kemiri isi, kemiri kulit dan asam Jawa yang ada di NTT banyak dikirim ke Pulau Jawa. Tidak hanya itu, telur tetas pun menjadi komoditas yang sering dikirim tidak hanya ke pulau-pulau dalam NTT, sebagian telur tetas ini dikirim ke daerah Jawa Timur.
Dilansir dari Pos Kupang, Pemerintah Provinsi NTT sedang berupaya mengkonsolidasi para pengusaha ikan di NTT untuk melakukan ekspor secara bersamaan. Sebelumnya, PT. Matsyaraja Arnawa Stambhapura mengirim 9 ton ikan Fillet beku atau Fish Frozen fillet to Fremantle melalui pelabuhan Tenau ke Surabaya. Kemudian ikan ini diekspor ke Australia.
Pada Juni 2021 lalu, gurita dari Flores Timur menembus pasar Eropa. Bussines Development PT Mitra Timur Rayatama, Rikardus Umbu mengatakan, pihaknya kesulitan memenuhi permintaan pasar. Hingga pertengahan Juni 2021, pihaknya hanya mengekspor 20 ton gurita ke Yunani.
Rikardus bahkan menilai, gurita harusnya menjadi komoditas ekspor unggulan NTT. Menurutnya, potensi gurita banyak ditemukan di perairan sekitar bagian selatan dan Utara pulau Solor, perairan pantai selatan Flores, ujung timur Tanjung Bunga, perairan sekitar Lembata, Alor, Timor dan Sumba.
Menurutnya, nelayan gurita masih sangat sedikit. Di Flores Timur, nelayan yang masuk dalam komunitas hanya ada satu komunitas di Tanjung Bunga dan satu lagi di Lamakera, Solor Timur. Sehingga nelayan belum mampu memenuhi permintaan pasar.
“Mereka baru mampu menyediakan paling banyak 1,6 ton dalam kurun waktu setiap 3-5 hari pancing. Padahal, kebutuhan gurita di pasar dunia sampai akhir Juli 2021 adalah 200 ton, sebagaimana tertuang dalam LC (Letter of Credit) yang diberikan kepada kami selaku eksportir gurita,” kata Rikardus.
Selain itu, sapi adalah salah satu komoditas ekspor yang sering dikirim melalui pelabuhan Tenau. Setiap tahun NTT mengirimkan puluhan ribu sapi ke luar NTT. (Joe)