Virus rabies telah merengut puluhan nyawa manusia di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam tiga bulan terakhir. Semua korban tertular rabies dari gigitan anjing yang telah terinfeksi virus ini.
Pulau Timor selama ini diklaim bebas rabies. Namun dalam waktu cepat rabies yang awalnya merebak di Pulau Flores dan Lembata, ternyata ditemukan juga di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Bahkan TTS menjadi wilayah terparah dibandingkan kabupaten lainnya di Pulau Timor. Sebanyak 7 kecamatan diisolasi bahkan TTS mendapat status kejadian luar biasa pada 30 Mei 2023.
Korban pun berjatuhan. Anak-anak meregang nyawa setelah bertarung sekitar 2-3 bulan melawan rabies di tubuh mereka. Orang tua atau anggota keluarga melarikan korban ke rumah sakit dalam kondisi sudah parah dan tidak tertolong lagi.
Rabies membunuh korbannya secara perlahan untuk kemudian merenggut nyawa secara mengenaskan. Seseorang terpapar rabies melalui air liur dan cakaran kuku anjing, kucing atau kelelawar terhadap manusia. Gejala rabies muncul beberapa hari kemudian hingga pada puncaknya sekitar 2 bulan kemudian. Umumnya berujung pada kematian karena korban terlambat mendapatkan pertolongan.
Baca juga: 5 Anak Korban Rabies Tutup Usia, Andai Segera Dicegah
Dalam berbagai kasus rabies di NTT yang ditayangkan di media sosial maupun media berita, masyarakat panik dan belum paham tentang pentingnya pencegahan dini. Jika itu dilakukan, korban yang terinfeksi rabies berpeluang untuk hidup lebih lama.
Merujuk pada fakta dan data tentang serangan rabies di NTT, saya mempertanyakan peran penyuluh kesehatan di desa hingga di dusun. Juga mempertanyakan peran perangkat desa menghadapi rabies.
Seandainya sosialisasi dan kampanye mencegah rabies intens dilakukan di masyarakat, tentu tidak terjadi jatuh korban jiwa. Kita tahu anjing merupakan hewan piaraan yang umum ditemukan di masyarakat di NTT. Sehingga semestinya, penyuluh kesehatan dan perangkat desa sudah punya mindset antisipasi atau pencegahan.(preventable death).
Namun pendekatan yang dilakukan ala pemadam kebakaran. Kemungkinan juga anggapan Pulau Timor bebas dari rabies, sehingga memunculkan sikap kurang waspada atau teledor.
Saya mengutip laporan KatongNTT.com tentang seorang anak perempuan usia 7 tahun tewas terinfeksi rabies pada 28 Juni 2023:
Bocah ini diserang seekor anjing saat berlibur di rumah kakek-neneknya di Desa Oelet, TTS pada 23 April 2023. Nenek bocah itu mengompres dengan air hangat dan mengolesi luka dengan minyak kelapa. Dengan kondisi masih luka, demam, bocah itu masuk sekolah. Sang guru merawat lukanya dengan membalurkan alkohol ke luka gigitan anjing.
Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Soe mengatakan keluarga korban tidak mengetahui ada rabies di Pulau Timor. Dengan alasan itu, keluarga tidak segera membawa bocah tersebut berobat ke puskemas terdekat.
Fakta dalam berita ini menunjukkan betapa masyarakat NTT tidak mendapatkan informasi yang benar tentang rabies dan cara mencegah atau mengobati korban. Padahal anak itu berpeluang hidup karena masa inkubasi virus itu 1 minggu hingga sekitar 2 bulan.
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization- WHO) di laman resminya menyebutkan rabies termasuk jenis penyakit yang dapat dicegah sehingga korban tidak mengalami kematian. Bahkan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menegaskan, rabies 100 persen dapat dicegah agar tidak terjadi kematian!
WHO kemudian memberikan saran tiga langkah untuk mencegah rabies merenggut nyawa. Pertama, memberikan pengetahuan dan pemahaman pada setiap orang tentang pentingnya pengetahuan tentang virus rabies, bagaimana alur penularannya, cara mencegah tertular, gejala-gejala yang muncul, hingga upaya mengatasi segera jika sudah terpapar rabies.
Baca juga: Eksekusi Mati Hewan Rabies Tidak Bisa Asal Dilakukan
Selanjutnya, WHO menyarankan setiap orang yang belum terpapar melakukan imunisasi vaksin rabies untuk mencegah tertular (pre- exposure prophylaxis) dan setelah terkena rabies (post-exposure prophylaxis).
Langkah terakhir ini disebut WHO sebagai langkah yang paling strategis untuk pencegahan yakni memberi vaksin kepada anjing termasuk anak-anak anjing, baik itu yang sudah terinfeksi rabies maupun yang sehat. Langkah ini sangat membantu mencegah penularan ke manusia dan tentunya mengurangi imunisasi bagi mereka yang telah terpapar rabies (post-exposure prophylaxis).
Bagaimana langkah pencegahan terkena jika anda digigit atau dicakar hewan yang diduga kuat sudah terpapar rabies? WHO memberikan langkah sederhana ini sebelum anda berobat lebih lanjut ke dokter di puskesmas atau rumah sakit:
- Sesegera mungkin bersihkan luka cakaran atau gigitan hewan dengan sabun mandi atau deterjen.
- Siram luka dengan air bersih sebanyak-banyaknya selama sekitar 15 menit.
- Oleskan obat anti yodium atau anti virus pada bagian luka yang sudah dicuci bersih .
- Hindari mengoleskan bahan yang menimbulkan iritasi pada luka seperti bubuk cabai, tanaman yang dilumat, atau asam dan basa.
- Tidak menutup luka dengan perban atau pembalut.
- Bergegas untuk membawa orang yang terluka tersebut ke tempat perawatan kesehatan untuk mendapatkan perawatan kesehatan oleh tenaga ahli profesional.
- Jika memungkinkan, hewan yang menggigit orang dikandangkan untuk diserahkan kepada petugas kesehatan guna mendapatkan informasi tentang hewan tersebut. Hewan dikandangkan dan diawasi selama 10 hari.
Baca juga: Rabies di NTT, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia Turun Tangan
Jika saran WHO ini disosialisasikan dengan baik secara berkesinambungan kepada masyarakat NTT, tentu tidak akan jatuh korban jiwa.
Jangan tumpahkan pula kesalahan pada hewan. Justru hewan ini dijangkiti virus jahanam ini. Manusia sebagai makhluk hidup paling sempurna mestinya memiliki kemampuan untuk mengatasinya. Selain itu, memiliki kemauan untuk mengkoreksi mindset pemadam kebakaran menjadi berperspektif antisipasi atau pencegahan. *****