Kupang – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) NTT menyoroti perbankan soal ekosistem kredit sektor pertanian yang perlu ditingkatkan karena jumlah petani yang tinggi termasuk petani milenial.
Badan Pusat Statistik (NTT) juga telah memastikan jumlah petani milenial di NTT mencapai 225.185 orang atau 25,48 persen dari 883.667 total petani di NTT.
Baca juga : NTT Kekurangan Petani Milenial, Ini Dampak dan Tantangannya!
Hasil pencacahan itu juga mengungkapkan jumlah usaha pertanian di NTT yang sebanyak 902.385 unit. Usaha pertanian ini terdiri dari usaha pertanian perorangan, perusahaan pertanian berbadan hukum dan usaha pertanian lainnya.
Sementara jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) tahun 2023 ini sebanyak 873.096 rumah tangga.
Menurut Kepala OJK NTT, Japarmen Manalu, tingkat kredit sektor pertanian masih belum signifikan kendati sektor ini masuk dalam 5 kategori kredit tertinggi di NTT.
Baca juga : Sektor Pertanian NTT Terancam Minimnya Jumlah Petani Milenial
“Padahal masyarakat NTT sebagian besar (bekerja) di pertanian, perburuan dan kehutanan tapi hanya 4,95 persen,” tukasnya di Hotel Harper Kupang, Kamis 7 Desember 2023.
Top 5 kredit sektor ekonomi tertinggi di NTT adalah sektor penerima kredit bukan lapangan dengan sebesar Rp 24.8 triliun atau 55,88 persen; sektor perdagangan besar dan eceran Rp 11,4 triliun atau 25,66 persen; sektor pertanian, perburuan dan kehutanan Rp 2,04 triliun; sedangkan sektor konstruksi dan juga sektor industri pengolahan masing-masing nominalnya Rp 1 triliun.
Baca juga : Sektor Pertanian Bertumbuh, Petani NTT Masih Miskin
“Kami imbau ke seluruh perbankan, ayolah kita ciptakan ekosistemnya dan kita tingkatkan market share-nya untuk sektor pertanian,” imbau Japarmen.
OJK telah menyampaikan ke perbankan untuk meningkatkan ekonomi di sektor pertanian hingga kehutanan ini.
“Ini berkaitan dengan supply and demand-nya. Ketika tidak ada perputaran yang memadai ke sektor pertanian maka berdampak ke mana-mana,” jelas Japarmen.
Baca juga : Capsen Sumbang 100 Persen Penjualan Produk Baru untuk SDN Saenam di NTT
OJK juga mempertimbangkan faktor risikonya, kata Japarmen, namun pemberian kredit bagi sektor ini tetap bisa menjadi peluang bagi perbankan.
“Walaupun kita akui sangat tinggi risikonya di sini karena anomali iklim dan lain hal tapi mudah-mudahan secara bertahap kita tingkatkan ini,” tukas Japarmen. ***