Kupang – Singkong merupakan sumber pangan yang akrab dengan kawasan Indonesia Timur, termasuk Nusa Tenggara Timur (NTT). Singkong bisa mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras karena konsumsi singkong sudah menjadi tradisi. Komoditas tersebut juga cukup adaptif dengan kekeringan (kemarau Panjang) yang saat ini tengah melanda Indonesia.
Kartika Noerwijati selaku peneliti Pusat Riset Tanaman Pangan (PRTP) dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan singkong merupakan salah satu komoditas yang bisa beradaptasi dengan kekeringan. Hal ini cocok dengan kondisi NTT atau kawasan lainnya yang dilanda El Nino atau kemarau panjang sehingga produksi padi dan jagung pun sulit.
“Umbi-umbian dan singkong bisa menjadi alternatif sumber pangan ketika dilanda kekeringan. Kalau padi dan jagung sulit tumbuh, ada ketersediaan pangan dari singkong dan berbagai jenis umbi,” ujarnya dalam webinar yang digelar Propaktani-Kementerian Pertanian dan Masyarakat Singkong Indonesia (MSI).
Baca : Kemarau Landa NTT, Budidaya Singkong Jadi Pilihan Atasi Krisis Pangan
Hal senada disampaikan pelaku usaha pertanian di Kupang, Gestiano Sino, dan praktisi kuliner di Ende, Betty Lori. Singkong bisa diolah untuk konsumsi langsung dan sudah menjadi tradisi untuk beberapa daerah tertentu. Salah satunya dari Ende yang dikenal dengan Uwi Ai Ndota, yakni singkong yang dicincang lalu dimasak.
“Masyarakat sudah turun-temurun mengolah singkong menjadi uwi ai ndota. untuk skala rumah tangga. Rasa lezat jika dikonsumsi dengan kuah ikan,” ujarnya kepada KatongNTT.com, Rabu (20/9/2023).
Baca : Kekeringan, Harga Beras Naik, dan Tanam Singkong
Gestiano menjelaskan, singkong juga bisa dikeringkan (gaplek) lalu diolah menjadi berbagai produk. Gaplek bisa disimpan lama sebagai stok pangan. “Kalau mau dimakan tinggal rendam beberapa saat lalu dimasak atau dikukus. Biasanya disajikan bersama parutan kelapa,” ujar pendiri GS Organik di Kupang.
Gestiano yang merintis usaha hortikultura sejak satu dekade silam mengatakan singkong mempunyai banyak manfaat. Selama ini pihanya menggunakan singkong sebagai tanaman sela dengan budidaya yang tidak terlalu sulit.
Singkong sebagai sumber karbohidrat bisa menjadi pengganti beras dan jagung. NTT, merupakan salah satu wilayah dengan ketersediaan beras yang sangat terbatas (dipasok dari luar NTT) sehingga bisa dioptimalkan singkog.
Baca : Uwi Ai Ndota, Singkong Cincang dari Ende yang Lezat dengan Kuah Ikan
Dalam catatan MSI, untuk mengantisipasi El Nino hingga akhir tahun 2023 ini, NTT sudah mendapatkan bantuan beras yang dipasok Badan Pangan Nasional dan Perum Bulog NTT.
Perum Bulog Kantor Wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebutkan persediaan beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat NTT mencapai 29.000 ton, cukup hingga akhir tahun ini. Menurut Manajer Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Kanwil NTT, Faizal Jafar, dengan stok tersebut, NTT bisa lewat bulan Desember tahun ini,” kata Faizal belum lama ini.
Adapun beras tersebut didatangkan dari Jawa Timur dan Sulawesi Selatan yang difasilitasi Perum Bulog, Badan Pangan Nasional, dan pihak terkait dari pemerintah pusat. [Anto]