Bogor – Tumbuhan sisal atau Agave sisalana adalah tanaman penghasil serat alami yang cukup populer di Indonesia. Seratnya tidak cuma berguna sebagai bahan baku pembuat benang, namun juga bermanfaat sebagai material bangunan, konstruksi hingga otomotif.
Sejumlah informasi menyebutkan tanaman endemik asal Meksiko ini pertama kali dibawa ke Indonesia pada abad ke-17. Di tanah air, peta persebaran Agave sisalana terbilang cukup luas, namun dalam jumlah yang terbatas.
Jika ditinjau dari habitatnya, tanaman ini dapat berkembang secara baik pada lingkungan yang tandus, panas dengan karakteristik tanah yang kering. Salah satu syarat pertumbuhan Agave di habitatnya adalah sinar matahari penuh dengan tingkat kelempaban udara 70-80% (moderate), serta curah hujan berkisar 1.000-1.250 mm per tahunnya.
Sekilas, tanaman sisal memang tampak seperti lidah buaya atau Aloe vera, hanya saja dengan ukuran daun yang lebih besar, tebal dan juga lebih panjang.
Pada tahun 2014 lalu, pernah dilakukan uji coba pengembangan sisal di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu dilakukan oleh sebuah perusahaan swasta, PT Mergo Agro Abadi (PT MAA), yang hampir bersamaan PT Muria Sumba Manis (MSM) yang menjajaki investasi tebu.
Saat itu, tanaman penghasil serat sudah mulai diujicobakan di kawasan Melolo. Adapun pihak yang melakukan fasilitasi adalah Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigasi (Kemendes PDTT) yang disambut baik oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. Uji coba tersebut dinilai berhasil, tidak saja di NTT tapi juga di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Informasi yang diperoleh KatongNTT menyebutkan pengembangan sisal tertunda karena ada kendala keuangan dari pihak investor dan rencana penetapan kawasan ekonomi khusus (KEK) Melolo saat itu belum terwujud.
Beberapa jurnal penelitian mengulas sisal berbiak dengan cara generatif maupun vegetatif. Bunganya bersifat biseksual dengan tinggi tingkai antara 3-5 m. Penyerbukan bunga sendiri biasanya terbantu oleh hewan-hewan seperti serangga, burung serta kelelawar, dengan tingkat efisiensi yang berbeda-beda sesuai spesiesnya. Pembiakkan secara generatif sebenarnya menguntungkan, sebab biji yang flora ini hasilkan terhitung cukup banyak.

Secara vegetatif, tanaman sisal berkembang biak dengan rimpang dan umbi akar (bulbil). Rimpang akan tetap melekat pada induknya sampai siap memisahkan diri dan membentuk individu baru.Apabila melalui bulbil, umumnya tanaman tersebut akan membentuk tiruannya sendiri yang tumbuh dari cabang perbungaan dan tangkai aksilar buah. Seratnya dapat digunakan untuk tali-temali, pengikat daun tembakau, juga sebagai bahan pembuatan karung goni.
Sisal mengandung lignin tinggi pada bagian batang. Lignin dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan alat musik seperti drum. Kandungan saponin pada sisal dimanfaatkan sebagai bahan produksi sabun dan industri farmasi. [Anto]