Kupang – Lima Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ditembak polisi Malaysia (Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia) pekan lalu bukan yang pertama kali dilakukan. Sejumlah PMI asal Provinsi Nusa Tenggara Timur sering menjadi korban. Ada yang terluka bahkan meninggal.
“November 2023 kami menerima jenazah PMI nonprosedural dari Kabupaten Malaka yang meninggal tenggelam di laut setelah kapalnya ditembaki polisi Malaysia. Tembakan di arahkan ke lambung kapal, lalu bocor dan yang tidak bisa berenang meninggal. PMI dari Malaka ini meninggal karena tidak bisa berenang,” ungkap Kepala Badan Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia NTT, Suratmi Hamida kepada KatongNTT pada Kamis, 30 Januari 2025.
Jasad PMI asal Malaka berjenis kelamin perempuan ini ditemukan Polisi Perairan Indonesia saat patrol di dekat Batam. Suratmi menduga ada identitas korban yang ditemukan aparat polisi, sehingga BP3MI NTT menerima informasi tersebut. Jenazah kemudian dikirimkan ke Kupang dan dibawa ke kampung halamannya untuk dimakamkan.
Baca juga: 5 PMI Ditembak, Tindakan Berlebihan Polisi Malaysia?
Setahun lalu, Suratmi melanjutkan, juga ada PMI NTT yang ditemukan tewas tenggelam setelah kapalnya ditembak polisi Malaysia saat berpatroli.
Seorang PMI asal Ende selamat setelah berhari-hari bertahan hidup di lautan sekitar Batam hingga diselamatkan Polisi Perairan Indonesia. Dia memberikan keterangan kepada BP3MI NTT bahwa kapal yang membawa dirinya ditembak Polisi Malaysia dan tenggelam. PMI asal Ende ini bisa berenang, jadi dia bertahan hingga diselamatkan.
“Hampir setiap tahun ada kasus PMI NTT yang nonprosedural mengalami masalah kapalnya ditembak polisi Malaysia saat mereka masuk atau keluar dari negara itu,” ujarnya.
Peristiwa yang dialami PMI NTT ini tidak menjadi perhatian nasional, hingga peristiwa penembakan 5 PMI oleh polisi Malaysia (APMM) pada Jumat, 24 Januari 2025.
“Untuk kali ini terungkap ke publik,” ujar Suratmi seraya menegaskan dirinya tidak percaya PMI menyerang polisi Malaysia dengan senjata tajam.
Baca juga: Dua PMI Asal Riau Ungkap Tak Ada Serangan Senjata Tajam ke Polisi Malaysia
Cara Australia dan Malaysia Atasi Imigran Ilegal
Polisi Malaysia semakin keras dalam menangani kasus imigran ilegal yang masuk ke negara mereka. Meski berisiko pada nyawa imigran yang masuk atau keluar dari Malaysia secara ilegal melalui laut.
Berbeda dengan pemerintah Australia dalam menangani imigran gelap yang lebih mempertimbangkan keselamatan hidup imigran. Pasukan penjaga perbatasan Australia tidak menembaki kapal yang berisi para imigran ilegal. Lebih dulu para imigran dipindahkan ke kapal yang disediakan, lalu penjaga perbatasan Australia membakar kapal yang digunakan imigran ke perbatasan Australia.
Setelah itu, beberapa imigran dilatih singkat untuk menavigasikan kapal yang akan membawa mereka keluar dari wilayah perairan Australia. Biasanya, kata Suratmi, kapal diarahkan ke perairan Indonesia terdekat yakni Pulau Rote.
Baca juga: 6 Fakta PMI NTT Dieksploitasi di Malaysia
“Pemerintah kita dibebani untuk menerima para imigran ini sebelum dideportasi,” ujarnya.
Mengenai lima PMI yang ditembak polisi Malaysia pekan lalu, Kementerian Luar Negeri telah memulangkan jenazah PMI yang menjadi korban penembakan oleh APMM di Malaysia. Jenazah bernama Basri yang diantar tim Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perlindungan Pekerja Migran dimakamkan di kampungnya di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Sebanyak empat PMI lainnya masih dalam perawatan di rumah sakit di Malaysia. Sebanyak dua orang asal Riau dan dua lainnya berasal dari Aceh.
Pemerintah Indonesia meminta pemerintah Malaysia melakukan investigasi menyeluruh tentang perisitwa penembakan terhadap lima warga Indonesia oleh polisi Malaysia (APMM) di perairan Tanjung Rhu, Selangor pada Jumat, 24 Januari 2025 dini hari. [*}