24 March 2023
Rektor Siapkan Roadmap Undana Mengglobal dengan Keunikan Lokal NTT
Peristiwa

Rektor Siapkan Roadmap Undana Mengglobal dengan Keunikan Lokal NTT

Mar 2, 2022

Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang merupakan universitas negeri pertama di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berdiri pada 1 September 1962. Max E. U. Sanam merupakan Rektor ke-10 yang memimpin Undana.

Sanam dilantik pada 6 Desember 2021. KatongNTT mendapatkan kesempatan mewawancarainya pada Jumat, 25 Februari 2022.  Sanam membeberkan berbagai program kerjanya untuk membawa Undana menjadi kampus yang mendunia, sesuai visi Undana. Berikut petikan wawancaranya.

KatongNTT: Apa program yang akan dilakukan untuk mengangkat peringkat Undana?

Rektor Undana: Sebenarnya visi Universitas kita sudah tepat. Walaupun cenderung generalis dan simpel, tapi sebenarnya kalau kita interpretasi lebih jauh, lebih dalam, semangatnya bisa kita ambil dari situ. Undana ini memiliki visi Universitas berwawasan global, mengandung pengertian bahwa pemahaman kita global tetapi kita mengakar didalam keunggulan-keunggulan lokal yang kita miliki. Menggunakan pengetahuan-pengetahuan global, kerja sama global untuk memberdayakan kelebihan-kelebihan lokal yang kita punya. Kita mengglobal dengan keunikan dan kelebihan-kelebihan lokal NTT.

Saya baru bertemu dengan Wakil Menteri Kehutanan, di sana saya katakan, komodo itu berada di NTT. Komodo itu aset, kemudian mendunia. Tapi peran kami ada dimana. Orang NTT dan Undana itu ada di mana. Jadi sekarang berikan kami akses agar kami bisa masuk ke sana. Universitas kembali pada keunikan lokal tadi. Komodo tidak dimiliki oleh siapa pun di dunia. Maka kalau Undana bisa beriset di situ, misalnya dari aspek ekosistemnya. Semua orang (semua mahasiswa) bisa di sana, bukan hanya peternakan, biologi, kedokteran hewan tapi aspek antropologinya, bagaimana masyarakat bisa menunjang konservasinya, bagaimana masyarakat menginterpretasi kehadiran mereka dalam keamanan dan kelangsungan hidup Komodo. Manusia dan satwa liar ini, mau tidak mau harus menentukan kehidupan bersama. Nah Undana ingin berperan di situ.

Komodo hanya satu contoh. Ada satwa-satwa endemis lain di NTT. Ada kura-kura leher ular, ada burung Kakatua jambul kuning. Ini aset kita. Budaya-budaya adat. Saya bertanya selama ini, dimana peran kita peneliti-peneliti Undana. Kalau keunikan lokal NTT yang kita angkat, publikasi kita luar biasa, orang lain tidak punya.

Kita sudah mulai (penelitian) tapi tidak terorganisir. Maka saya katakan, petakan kembali roadmap penelitian kita. Jadi berdampak penelitian kita, akan berkontribusi bukan hanya Undana diketahui dimana-mana, tapi akan berdampak, bagaimana kita mereserve Komodo ini supaya dia tidak punah. Nah suatu ironi apabila kita tidak mengerjakan apa-apa dan Komodo punah. 

KatongNTT: salah satu sumber penelitian ilmiah di NTT adalah pangan lokal seperti umbi-umbian, apa yang akan dilakukan?

Rektor Undana: Kita harus fokus pada tema tadi, uniqueness dan lokal kita. Keunikan lokal NTT menjadi fokus. Roadmap penelitian kita susun kembali. Supaya misalnya tahun ini kita mau menghasilkan produk umbi-umbian lokal, pangan lokal dengan galur yang bagus, produksi yang besar, tahan hama, pada tahun ke berapa kita akan menghasilkan itu. Harus dibuat roadmap seperti itu. Jadi kalau saya selesai empat tahun mendatang, sudah ada target-target penerus saya ini. Dia akan bekerja berdasarkan roadmap yang ada. Jadi tidak membuat roadmap yang baru lalu membuang resource yang ada. Tahun ini roadmap sudah harus jadi. Mereka sudah tahu, itu tugasnya LP2M.

Rektor Undana (Universitas Nusa Cendana) Maxs U.E Sanam mendukung iklim demokrasi di Undana dan memimpin berdasarkan prinsip lead by ezample, saat diwawancara KatongNTT.com di ruang kerjanya, Jumat, 25 Februari 2022. (KatongNTT.com)
Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Maxs U.E Sanam menyatakan kepada KatongNTT.com, Jumat, 25 Februari 2022 bahwa dia menerapkan prinsip lead by example dalam memimpin. (KatongNTT.com)

KatongNTT: Kenapa jurusan tenun ikat itu hanya D3?

Rektor Undana: Sejarahnya itu, dulu ketika Bapak Saleh Husin, Menteri Perdagangan, beliau datang ke Undana memiliki ide bagaimana Undana menjadi leader dalam hal memiliki prodi-prodi vokasi yang menghasilkan anak-anak yang memiliki ketrampilan dalam karya tenun. Untuk mempercepat itu, mereka waktu itu punya program prodi vokasi D3.

Saya lihat begini, walaupun Dirjen vokasi mempunyai pandangan yang berbeda tentang ini, untuk masyarakat NTT kita masih orientasi pada gelar. Kalau kamu D3 kenapa tidak S1. Dunia sekarang tidak membutuhkan gelar, dia membutuhkan orang itu punya kompetensi. Orang mendapatkan kompetensi tidak harus masuk melalui jalur pendidikan formal.

Di NTT, D3 itu sudah cukup, dia akan punya pengetahuan dan menguasai skill yang ada, sudah cukup. Lama waktu pendidikannya ini relatif pendek. Dia bisa langsung terus bekerja. Orang NTT itu butuh seperti itu. Tapi sebagian orang masih berorientasi pada gelar. Tapi ketika dia tamat, lapangan pekerjaannya tidak sebanding. Tapi kalau orang tenun, D3 nya orang sudah pakai.

KatongNTT: Kalau dari segi riset sains untuk jurusan tenun ini seperti apa?

Rektor Undana: Ke depan kita akan berpikir seperti itu. Diplomanya tetap ada tapi S1 kita kembangkan lagi untuk riset sains. Mereka harus menemukan tentang misalnya pewarnaan alam yang bagus, yang tahan lama, yang berkualitas. Itukan riset. Nah riset itu tidak dilakukan oleh anak-abak D3 karena mereka fokusnya bekerja. Kalau berbicara tentang riset sains tentunya kalau kompetesi ya kompetensi sarjana.

KatongNTT: Terkait integritas, Bapak bilang bahwa pejabat yang dilantik tidak perlu berterima kasih. Bisa dijelaskan apa maksudnya?

Rektor Undana: Dalam Permendikbudristek Nomor 25 tahun 2021 tentang OTK Undana yang baru, disitu rektor memiliki hak untuk mengangkat pejabat yang baru atau pejabat yang lama tetap melanjutkan tugasnya sampai selesai masa jabatannya. Apa yang saya lakukan itu perintah Undang-undang. Jadi mereka (para pejabat) tidak perlu merasa berutang budi. Saya tidak mau orang merasa berutang budi lalu kemudian mereka tidak kritis lagi terhadap saya. Setiap pujian yang berlebihan itu bisa saja menjatuhkan kita. Bekerjalah sesuai dengan tupoksi dan target-target kinerja yang ada tanpa pernah merasa berutang budi.

KatongNTT: Tiga program prioritas dalam empat tahun ke depan ini apa?

Rektor Undana: Pertama, terkait dengan peningkatan kualitas akreditasi. Sekarang ini kalau kita mau mendapatkan lulusan yang kualitas bagus itu, mereka akan kritis. Mereka akan mempertanyakan akreditasi kita. Dengan akreditasi yang unggul, calon mahasiswa tidak akan ragu. Dengan akreditasi yang baik, KIP Kuliah ini akan naik. Yang semula dia hanya dua juta bisa jadi sembilan juta. Nah ini bagus untuk mahasiswa. Juga tentunya menjadi kebanggaan fakultas dan universitas.

Akreditasi ini tentunya pembenahan di berbagai bidang. Dari pembelajaran, sarana prasarana, kualitas dosennya. Dosen juga tidak hanya S2, dia harus S3 bahkan sampai level Profesor. Dengan akreditasi ini saja, berbagai program antara itu akan naik.

Kemudian bagaimana untuk meningkatkan kualitas penelitian. Kita lihat kembali roadmap penelitian yang kemudian menjadi acuan bagi para peneliti di Undana. Keunikan lokal NTT menjadi tema kita. Kita meneliti apa saja, jangan sampai kita meneliti ruang angkasa yang tidak menjadi prioritas Undana.

Yang tidak kalah penting menjadi prioritas saya adalah aspek pembelajarannya. Kita menghasilkan mahasiswa yang benar-benar dihasilkan dari proses pembelajaran yang bermutu dan bermartabat. Ukuran lulusan mahasiswa yang dihasilkan tidak hanya berpatokan pada gelarnya, pada IPKnya. Saya mau juga bahwa mereka yang lulus itu bahagia. Mereka tidak lulus dari sebuah sistem yang penuh tekanan, intimidasi, dengan adanya, mungkin ancaman-ancaman kekerasan fisik, kekerasan seksual di dalamnya. Tidak boleh. Apa artinya mereka yang lulus dengan nilai IPK yang tinggi? Jangan sampai mereka mendapatkan IPK tinggi hasil dari bargaining untuk mendapatkan ini itu. Dia harus lulus dengan bahagia. Karena dengan cara itu dia akan menjadi masyarakat yang berguna. Dia tidak akan mengulang trauma yang didapat di Perguruan Tinggi, dia seolah-olah melakukan ini sebagai hal yang biasa.

Aspek itu yang kita sebut dengan pembelajaran yang lentur. Tabah menghadapi berbagai perubahan dan mau life long learning. Sistem ini yang harus kita ubah. Maka saya selalu tegur kalau ada pembelajaraan seperti itu.

KatongNTT: Sistem akuntabilitas untuk dosen dan mahasiswa bisa menyampaikan praktek-praktek yang tidak terpuji itu, apakah ada call centernya?

Rektor Undana: Saya sekarang ini menindaklanjuti instruksi Menteri, kami sudah ada Peraturan Rektor tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi. Peraturan Rektornya tinggal saya tandatangan saja. Jadi itu nanti ada Satgas yang membuka ruang untuk menerima laporan-laporan itu. Dan ini dari segi aturannya kita akan melakukan seleksi untuk personalnya.

Terkait dengan konsep-konsepnya, kita buka help promoting university. Jadi pusat studi untuk kesehatan. Ini sebenarnya dulu kerjasama kita dengan Universitas Gajah Mada. Jadi bukan kesehatan yang hanya dihubungkan dengan penyakit menular. Tapi didalamnya sehat mental, bebas bullying, termasuk kekerasan seksual. Mereka akan menangani hal seperti itu. Saya sudah lantik orangnya. Jadi kita akan melibatkan dokter dan psikolog yang kita punya.

Orang bilang kekerasan ini gunung es, karena tidak semua orang mendapatkan kekerasan dan dia berani lapor. Kekerasan misalnya dibully oleh temannya atau dosennya, mereka tidak berani lapor karena kalau dia lapor bisa saja dia ditekan. Tapi anak-anak itu sudah berani lapor, mereka bilang Bapak Rektor identitas saya jangan dibongkar. Saya jamin itu. Tapi saya mau ini ditangani secara sistem dengan personal-personal yang punya integritas kuat. (K-04)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *