Kupang – Sekitar 100 civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Nusa Cendana (Undana) berunjuk rasa menuntut Rektor Maxs U.E Sanam merampungkan pembangunan gedung tahun ini.
Unjuk rasa pada hari Kamis, 17 Februari 2022 berlangsung dari jam 9.30 pagi hingga siang hari di depan gedung Rektorat Undana dipimpin Melkisedek N.B.C. Neolaka. Melki, begitu dia disapa, hadir bersama sejumlah dosen dan staf Fisip.
Sekitar 45 menit menggelar orasi oleh Dekan, guru besar Fisip, dan beberapa mahasiswa, Rektor Maxs memenuhi tuntutan para pengunjuk rasa untuk menjelaskan alasan penghentian pembangunan gedung FISIP.
Dalam orasi itu, para pengunjuk rasa menolak penghentian pembangunan gedung Fisip yang sedang berjalan. Sesuai komitmen dan perencanaan antara Rektor dan Dekan FISIP, gedung disepakati rampung tahun ini, 2022.
“Kami menolak penghentian pembangunan gedung, kami berhak mendapatkan fasilitas perkuliahan yang layak,” ujar sejumlah mahasiswa Fisip yang berdemo persis di pintu masuk gedung Rektorat Undana.

Rektor Maxs mengatakan, dia belum mengetahui persoalan yang dituntut oleh civitas akademika FISIP. Surat pernyataan sikap civitas akademika FISIP juga baru dia terima dan baca hari ini, 17 Februari 2022. Sehingga dia belum dapat memberikan penjelasan rinci kepada para pengunjuk rasa.
Maxs menyatakan dukungannya kepada para mahasiswa menggelar unjuk rasa untuk mengkritisi kebijakan pimpinan Undana. Hanya saja dia meminta unjuk rasa dilakukan dengan tertib dan menerapkan prosedor kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
Namun mahasiswa terus mendorong Maxs untuk menjelaskan alasan penghentian pembangunan gedung Fisip. Melki menegaskan, mahasiswanya di program Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi sejak tahun 2008 tidak punya ruang belajar yang permanen. Mereka belajar terpencar-pencar di gedung Perpustakaan atau menumpang gedung fakultas lainnya.
Harapan Melki, jika gedung itu rampung dibangun, maka para mahasiswa dari dua program studi itu dapat belajar dengan layak.
“Mereka selama ini belajar berpindah-pindah, nomaden,” ujarnya.
Rektor Maxs kemudian bersedia berdialog dengan para civitas akademika FISIP di ruang pertemuan di Gedung Rektorat lantai 2.
Sekitar 30 orang perwakilan civitas Akademika FISIP hadir dalam pertemuan dengan Rektor Maxs dan beberapa wakil rektor dan staf rektorat.
Sekitar dua jam pertemuan berlangsung, Maxs menjelaskan rektor sebagai Kuasa Pengguna Anggaran akan melanjutkan pembangunan gedung dengan cara memotong anggaran sebesar Rp 2,5 miliar dari anggaran pembangunan gedung tahun 2022 sebesar Rp 10 miliar. Pembangunan kemudian dituntaskan pada 2023.
Anggaran yang dipotong sebesar Rp 2,5 miliar, menurut Maxs akan dipakai untuk kebutuhan fakultas lainnya. Ini sebagai langkah efisiensi.
Namun, Melki menyatakan ketidaksetujuannya. “Pak Rektor tidak dibangun tidak apa-apa, terimakasih.”
Mendengar pernyataan Melki, Maxs berujar: “Anda dengar sendiri kalau Dekannya menolak, tidak apa-apa. Terserah. Saya sudah sampaikan, jangan salahkan saya.”
Dalam pernyataan pers Civitas Akademika Fisip Undana dijelaskan, kondisi ruang kuliah yang ditumpangi para mahasiswa Program Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi di Gedung Perpustakaan Undana sangat jauh dari situasi kondusif untuk proses belajar mengajar. Situasi ini diperparah oleh kerusakan yang timbul akibat Badai Seroja pada 4 April 2021.
Kondisi bangunan itu dinilai membahayakan jiwa mahasiswa dan dosen. “Plafon bisa saja sewaktu-waktu roboh dan menimpa orang di dalam ruangan kelas,” ujar pernyataan pers itu.
Jumlah mahasiswa Ilmu Politik sebanyak 699 orang dan Ilmu komunikasi sebanyak 928 orang. Sedangkan kontribusi Fisip dalam bentuk Uang Kuliah Tunggal sebesar Rp 17 miliar. Jumlah ini naik terus dari tahun ke tahun seiring semakin tingginya minat publik pada Fisip Undana.
Namun sayangnya hal ini berbanding terbalik dengan kewajiban pihak kampus untuk memberikan pelayanan maksimal dan memadai sebagai bentuk tanggung jawab pelayanan terhadap mahasiswa. (k-02)