24 March 2023
Singkong di Australia Lebih Mahal dari Keju, Potensi untuk NTT
Agribisnis

Singkong di Australia Lebih Mahal dari Keju, Potensi untuk NTT

Feb 28, 2022

Sydney – Bicara singkong pasti dianggap sepele alias tidak penting. Padahal, salah satu komoditas yang dinilai cukup bertahan jika ada perubahan iklim adalah singkong. Kali ini akan diulas singkong untuk konsumsi langsung atau kuliner. Uniknya lagi, membahas konsumsinya di Australia, khususnya Sydney.

Robert Raya, warga Indonesia yang menetap di Australia menuturkan bahwa komoditas singkong sebenarnya punya nilai ekonomis. Fakta ini terjadi di negara bagian New South Wales dengan ibu kota Sydney. Bisa jadi di wilayah lain tidak seperti itu, tapi setidaknya ini satu bukti di wilayah yang luas 809,952 km2 dan berpenduduk sekitar 8.1 juta jiwa tersebut justru singkong segar lebih mahal dari keju.

Satu kilogram (kg) keju biasanya sekitar 7,9 dolar Aus (dengan nilai tukar Rp 10.000 per dolar Aus) maka identik dengan Rp 79 ribu per kg. Sedangkan singkong segar yang dijual oleh au@navafresh.com seharga 20 dolar Aus per kg atau setara dengan Rp 200.000.

“Jadi singkong lebih mahal dari keju. Padahal, di Indonesia singkong sangat murah ya. Saya masih telusuri, apakah ada spesifikasi khusus atau tidak. Nanti informasi lebih detil segera menyusul,” ujar pria asal Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.

Nonton : Wawancara Eklusif Part 2 || UNDANA Siapkan Roadmap Mengglobal dengan Keunikan Lokal

Dengan harga yang mahal tersebut, singkong ternyata sulit dicari. Tidak semua pasar atau pasar modern menyiapkannya dan tentu tidak semua pasar dengan harga setinggi itu. Umumnya hanya bisa diperoleh di toko-toko Asia, Afika dan India, yang biasanya lebih murah.

Tidak seperti di Indonesia yang kadang masih dijual dengan kulitnya dengan harga berkisar Rp 5.000-7000 per kg. Di Australia, singkong yang dijual dalam bentuk beku yang sudah dikemas dan siap saji. Singkong beku yang siap dijual disimpan dalam freezer. Terkadang cukup lama disimpan sehingga rasa dan kandungan vitaminnya bias saja sudah berubah.

Menurut website AgSight, sejarah singkong di Australia menunjukkan bahwa umbi-umbian itu mulai diperkenalkan para pendatang dari berbagai negara Kepulauan Pasifik, Indonesia dan Papua New Guinea. Masa-masa itu adalah awal industri gula di akhir abad ke-19 yang terkait dengan pergerakan pekerja dan pedagang yang datang dan pergi dari Australia.

Nonton : Sup Ubi Legendaris Kota Kupang Laris Manis

Menjelang akhir tahun 1925, sekitar 56.600 meter bibit singkong diperkenalkan dari Indonesia untuk pendirian industri singkong di Negara Bagian Queensland, yang iklimnya lebih mirip dengan Indonesia.

Pada tahun berikutnya lebih dari 40 hektare (ha) singkong ditanam di Distrik Mackay, pantai timur Australia dan penanaman berikutnya dilakukan di Bundaberg dan Rockhampton.

Akan tetapi setelah dibukanya pabrik alkohol listrik Sarina pada tahun 1926, masyarakat di kawasan itu melihat kebutuhan listrik/alkohol dapat dipenuhi dari tebu. Ini yang menyebabkan minat budidaya singkong pun menurun.

Penduduk di daerah Mackay mengaitkan hilangnya tanaman tersebut dengan kampanye pemberantasan sistematis para petani. Kok bias ya? Rupanya singkong dikhawatirkan akan menjadi gulma pertanian tebu. Sejak saat itu singkong tidak menjadi prioritas di Australia dan kebunnya pun sulit ditemukan.

Indonesia sebenarnya mengekspor singkong beku. Catatan dari Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) pernah menyebutkan pada Oktober 2021 lalu, ekspor singkong beku ke pasar Amerika dan Eropa mencapai Rp 137 miliar. Angka tersebut kecil bagi Indonesia, tetapi sebenarnya cukup berarti untuk NTT. Ini potensi sekaligus peluang tentunya. (k-02)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *