Suami Istri Bermental Baja Bisnis Minuman Herbal Beromzet Rp 120 Juta Per Bulan - Katong NTT    
Sabtu, 28 Januari , 2023
  • Login
NEWSLETTER
Katong NTT
No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Ekonomi dan Bisnis Dekranasda NTT

Suami Istri Bermental Baja Bisnis Minuman Herbal Beromzet Rp 120 Juta Per Bulan

Editor: KatongNTT
23 Juli 2022
in Dekranasda NTT
0
Minuman herbal jahe merah merk Almetira produksi sepasang suami istri di Kupang, NTT yang dijual di lebih dari 20 toko . apotik dan di Dekranasda NTT. (KatongNTT.com)
Minuman herbal jahe merah merk Almetira produksi sepasang suami istri di Kupang, NTT yang dijual di lebih dari 20 toko . apotik dan di Dekranasda NTT. (KatongNTT.com)

Minuman herbal jahe merah merk Almetira produksi sepasang suami istri di Kupang, NTT yang dijual di lebih dari 20 toko . apotik dan di Dekranasda NTT. (KatongNTT.com)

0
SHARES
87
VIEWS
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

Kupang –Sepasang suami istri, Alfred Suandi dan Imelda Rohi menjalankan bisnis minuman herbal jahe merah yang meraih banyak pelanggan. Keduanya menggeluti bisnis ini setelah merasakan khasiat jahe merah ketika terjangkit virus Covid-19.

“Awal merintis ini (usaha) itu mulai dari saya dan istri saya kena Covid di 2020,” kata Alfred saat ditemui di rumahnya, akhir pekan ini.

RekomendasiUntukmu

Lurah Nefonaek, Kota Kupang, Provinsi NTT, Josephina Neltji Ungirwalu, (kiri) memamerkan produk Mimo bersama Nyi Raden Citra Masniary Bratawidjaja selaku pemilik usaha Mimo pada Rabu, 25 Januari 2023. ( Putra Bali Mula-KatongNTT.com)

Mimo, Susu Kelor Produksi Warga Kota Kupang Jadi Asupan Mengatasi Stunting

25 Januari 2023
Nita Liwulangi, pemilik UMKM Ensikei yang membuat aksesoris tenun NTT (KatongNTT-Ruth)

Tekun Jalankan UMKM Aksesoris NTT, Nita Liwulangi Diundang ke Seoul

21 Januari 2023

Kisah tentang khasiat jahe merah ini kemudian menarik banyak minat pembeli yang berjuang menghindar terjangkit Covid-19.

 Sebelum pandemik, Alfred dan Imelda sebenarnya sudah memproduksi minuman jahe merah. Namun saat itu tahap coba-coba dengan kemasan seadanya. Penjualannya pun masih seputar kenalan dan kerabat.

Di tengah pembelian minuman jahe merah meningkat, Alfred dan Imelda pun mengembangkan usaha ini dengan memproduksi 10 jenis minuman herbal.

“Sudah ada 10 produk (minuman herbal) yang kami olah,” ujar Alfred.

10 produk tersebut di antaranya jahe merah instan dengan campuran gula pasir, gula aren, dan tanpa gula. Lalu jahe putih, temulawak, kunyit putih, beras kencur, kunyit asam, kopi almetira, dan kopi stamina.

Produk mereka ini diberi nama Almetira. Awalnya diberi nama Aquila namun kemudian diubah setelah pendaftaran hak atas kekayaan intelektual (HAKI) utuk nama merk ini tidak berhasil.

“Aquila ini nama tengah anak pertama saya. Karena kami daftar haki, tidak gol, jadi kami jadikan itu sebagai nama perusahaan CV Aquila Indonesia. Lalu kami ubah, kami coba gabungkan nama saya, istri, dan anak pertama. Jadi produk kami itu Almetira,” jelas Alfred.

Imelda kemudian mengajak penulis untuk mengikuti proses pembuatannya di Kelurahan Merdeka, Kota Kupang, Provinsi NTT.

Hal pertama yang harus dilakukan ialah menimbang jahe merah. Setelah itu, secara manual dipatah-patahkan menjadi lebih kecil, untuk kemudian dicuci. Proses pencucian dilakukan sebanyak 4 kali agar jahenya benar-benar bersih.

Setelah itu, jahe diiris lebih kecil lagi untuk kemudian dihaluskan dengan air menggunakan mesin. Ini dilakukan untuk mengeluarkan sari jahe tersebut.

Jahe yang sudah dihaluskan tersebut kemudian diperas. Air sarinya lalu dimasak dengan gula sekitar satu jam hingga benar-benar kering dan sampai menjadi serbuk.

Setelah jadi serbuk, disaring lagi agar dipisahkan yang benar-benar halus dengan yang masih kasar.

“Kalau yang kasar, nanti diperhalus lagi. Yang sudah halus siap dikemas dengan bubuk kayu manis dan kapulaga,” jelas Imelda.

Sedangkan ‘ampas’ dari perasan tadi dijemur di bawah sinar matahari selama sekitar delapan jam. Lalu dihaluskan sekali lagi menggunakan mesin penghalus yang berbeda.

“Untuk ampasnya yah, padahal bukan ampas juga sih sebenarnya dijemur, lalu dihaluskan lagi. Terus dipacking. Nah ini yang jadi minuman jahe merah tanpa gula itu,” ujar perempuan 47 tahun tersebut.

Imelda Rohi, istri Alfred Suandi, menceritakan tentang bisnis minuman herbal jahe merah merek Almetira di kota Kupang, NTT pada akhir pekan ini. (Ruth – KatongNTT.com)

Oleh karena khasiatnya yang baik bagi tubuh, dan terus konsisten memproduksi, deretan minuman herbal buatan Imelda dan Alfred laku terjual. Produk herbal mereka sudah tersedia di lebih dari 20 supermarket di kota Kupang. Juga di apotek-apotek dan di Dekranasda NTT sebagai pemasok 10 produk ini.

Imelda mengisahkan, resep dan cara membuat minuman jahe merah hanya mereka dapatkan lewat YouTube. Dia dan suaminya melewati berkali-kali percobaan sampai akhirnya bisa menghasilkan minuman jahe merah.

“Kami belajar ini dari YouTube. Dan satu kali buat tidak langsung jadi. Awal kami buat itu karena kami tidak perhatikan api jadi dia (sari jahe merah) overcook. Akhirnya tidak jadi serbuk tapi jadi seperti dodol,” cerita Imelda tertawa.

Namun keduanya terus mencoba. Ketekunan dan kesabaran pasangan ini membuat omzet penjualan produk herbal buatan mereka mencapai Rp 120 juta per bulan.

 “Modal awal itu hanya gula pasir dua kilo. Karena jahenya kami tanam sendiri. Jadi kami coba buat. Untuk haluskan ini jahe waktu itu belum ada mesin-mesin jadi harus ke pasar,” ujar perempuan dua anak itu.


Kegagalan dan Pengkhiatan Karyawan

Kesuksesan hari ini adalah buah dari ketekunan dan semangat pantang menyerahnya pasangan tersebut. Untuk sampai ke titik ini, keduanya harus melewati banyak kegagalan dan pengkhianatan dari karyawan-karyawan mereka.

Banyak usaha yang sudah mereka coba bahkan sejak mereka masih duduk di bangku perkuliahan pada 1997.

“Jadi sebelum beta (saya) dan suami menikah, kami sudah buka usaha. Pertama itu usaha cafe. Awalnya maju usahanya, tapi karena kekurangan pegawai, dan akhirnya kami menyadari kalau dua-duanya wiraswasta, kami tidak ada pegangan apa-apa. Kami juga baru kuliah saat itu, ” ujar Imelda.

Usaha cafe akhirnya ditinggalkan. Imelda kemudian bekerja di sebuah bank. Alfred bekerja DI proyek pemerintah di desa-desa seperti membangun jalanan dan lainnya.

Setelah menikah, Alfred kemudian bekerja di pusat perbelanjaan Ramayana namun kemudian mundur  karena akan dipindahtugaskan ke Bogor.

Keduanya kemudian membuka usaha bakso babi dan jualan parfum di sekitaran Air Nona, Kota Kupang. Awalnya berjalan baik bahkan pendapatan mencapai Rp 800 ribu per hari tahun 2010. Pendapatan itu dari usaha bakso babi saja. Mereka pun mulai memperbanyak menu di warung. Tindakan curang para karyawannya membuat usaha mereka mendapat citra buruk.

“Karena kami sering tinggalin, karena saya masih kerja dan suami juga masih urus usaha lain selain dua itu. Jadi kami kasih orang percaya (untuk mengatur bisnis tersebut saat mereka tak ada). Nah di samping ruko kami itu ada salon, jadi dari salon ini makan bakso gratis di katong (kami).  Katong pung karyawan pergi smoothing rambut, cat rambut di sebelah. Jadi mereka saling bertukar begitu”, kisah Imel.

Tak hanya itu, porsi bakso pun mereka kurangi. Karyawan di tempat jualan parfumnya pun mencampur parfum yang berbeda-beda. Penjualan pun  menurun karena kualitas yang semakin jelek.

Imelda sampai keluar dari bank untuk fokus ke usaha tersebut. Karena citranya yang sudah tidak bagus di masyarakat,  usaha itu pun ditutup.

Imelda kembali bekerja di bank yang berbeda dari sebelumnya. Alfred ke Jakarta selama empat tahun untuk belajar lebih dalam terkait bagaimana me-loby proyek dan mengerjakannya.

Empat tahun berselang, Imelda mundur dari pekerjaanya dan memilih merawat anaknya. Alfred kembali dan mulai bekerja proyek di daerah-daerah.

“Tetapi karena perkembangan proyek ini naik turun naik turun (tidak pasti), akhirnya dapatlah ini (usaha minuman herbal),” kata Imel.

Tak berhenti sampai situ, keduanya masih terus ditempa dengan banyaknya hambatan yang datang.

“Kita pas ada di satu tempat, di Soe sana, di PPMT, itu ada kerja sama dengan bintang tujuh unutk pembibitan dan penanaman jahe merah. Nah kebetulan suami saya tertarik dengan produk ini. Kebetulan kami punya tanah di Manulai yang luasnya 1.500 (meter persegi-red)  dan belum dimanfaatkan, jadi awalnya dari situ,” ujar Imel mengisahkan kembali.

Mereka hanya mengambil bibit di PT. Bintang Tujuh, Rp 25 juta dengan total sekitar 100 kilogram jahe merah. Kondisi tanah yang tidak cocok, jahe merah yang ditanam tak membuahkan kualitas yang sama dengan yang ditanam di Flores.

“Kenapa saya bilang rugi, karena kami beli dengan Rp 25 juta, lalu kami tanam, itu sampai 150 kilo. Kami mau jual, tapi orang belum kenal ini jahe merah. Jadi akhirnya katong bagi-bagi. Terus, selama perawatan beta bayar orang selama satu tahun dua bulan. Kemudian orang curi lagi hampir seribu pohon anakan,” jelas Meli mengenang kejadian dua tahun lalu itu.

Alfred Suandi, suami Imelda Rohi, menjelaskan tentang bisnis minuman herbal yang mencapai omzet Rp 120 juta per bulan. (Ruth – KatongNTT.com)

Kini bahan baku produsi minuman herbal dipasok dari Flores yang kualitasnya lebih bagus.

Tak sampai situ, cobaan datang lagi saat Imelda dan Alfred memilih untuk menggunakan jasa sales. Oleh karena produksi yang makin banyak namun minim penjualan.

Dengan pengalaman pernah bekerja di Ramayana, Alfred mengenal beberapa sales dan merekrut mereka.

“Target suami saya di 2022 pendapatan harus Rp 50 juta. Tapi dia (kepala sales) bilang itu terlalu kecil. Kami kasih pak Rp250 juta,” cerita Imelda menirukan gaya bicara sales yang baru direkrut.

“Dengan begitu kan suami sudah berbunga-bunga nih. Hari pertama suami langsung kasih motor untuk dibawa pulang, suami sudah buat baju semua. Jadi Senin, mereka jalan dan bawa 150 renceng jahe merah, mereka bilang ini sudah laku di sini, sudah PO di sini,” lanjut Imelda.

 

Namun, karena pesanan yang disebutkan banyak, Alfred memilih untuk mengantar menggunakan mobil di hari pertama. Dia bermaksud agar karyawan barunya tidak kesusahan menggunakan motor.

“Pas (saat) mau kasih turun begini (ke pelanggan), ini PO nya sekian-sekian, pas mau kasih turun, mereka bilang mereka tidak order. Jadi ada 50 bal yang mereka bawa entah  ke mana, ada yang mereka bawa ke rumah mereka juga,” jelas Imelda.

Untuk setiap kegagalan dan kecurangan yang dilakukan karyawannya berkali-kali, Imelda dan Alfred tak mau menyerah. Mereka menganggap hal wajar jatuh bangun dalam bisnis.

“Dari kumpul yang sedikit-sedikit jadi besar itu harus begitu. Mengalami pengkhianatan, jadi saya belajar, namanya pembelajaran ada harga yang harus dibayar,” ucap Imel.

“Saya belajar dari banyak orang bahwa, apa yang kita tekuni, kita jalani, kita sungguh-sungguh, pasti Tuhan kasih berkat luar biasa untuk kita.” pungkas Alfred. *****

 

Silakan hubungi nomor +6282147269231 jika berminat untuk membeli produk UMKM ini. Ayo kita dukung kemajuan UMKM NTT!

SendShareTweetShare
Previous Post

Gubernur NTT dan Presiden Timor Leste Bahas Zona Free Trade di Perbatasan

Next Post

Gempa Guncang Flores

KatongNTT

KatongNTT

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Rekomendasi Untukmu

Dekranasda NTT

Mimo, Susu Kelor Produksi Warga Kota Kupang Jadi Asupan Mengatasi Stunting

25 Januari 2023
Lurah Nefonaek, Kota Kupang, Provinsi NTT, Josephina Neltji Ungirwalu, (kiri) memamerkan produk Mimo bersama Nyi Raden Citra Masniary Bratawidjaja selaku pemilik usaha Mimo pada Rabu, 25 Januari 2023. ( Putra Bali Mula-KatongNTT.com)

Sebanyak 23 anak yang mendapatkan asupan Mimo terdiri dari 13 anak stunting dan 10 anak yang berpotensi stunting. Hal ini...

Read more
by Rita Hasugian
0 Comments
Dekranasda NTT

Tekun Jalankan UMKM Aksesoris NTT, Nita Liwulangi Diundang ke Seoul

21 Januari 2023
Nita Liwulangi, pemilik UMKM Ensikei yang membuat aksesoris tenun NTT (KatongNTT-Ruth)

Namun oleh karena tenun, Nita dapat menginjakkan kakinya di Melbourne, Australia dan di Seoul, Korea Selatan. Ia kemudian membangun UMKM...

Read more
by Ruth Botha
0 Comments
Dekranasda NTT

Strategi Unik Evi Novesa Jual Pisang Goreng Madu, Enam Bulan Modal Kembali

14 Januari 2023
Evi Novesa Rinni pemilik UMKM Pisang Goreng Madu Dimadu di Kota Kupang (Rita Hasugian-KatongNTT.com)

Strategi pemasaran unik lainnya, Evi dan Tymmi mengirimkan proposal penjualan pisang goreng madu ke perusahaan dan instansi di Kota Kupang.

Read more
by Rita Hasugian
0 Comments
Dekranasda NTT

Merry Pongkapadang Awalnya Produksi Abon Ikan, Kini Merambah ke Keripik Abon, Laris Manis

7 Januari 2023
Merry Pongkapadang, pemilik UMKM I’ak Malole yang memproduksi Abon san Keripik Abon di NTT (Ruth-KatongNTT)

Merry yang awalnya adalah ibu rumah tangga ini memperbanyak varian produknya. Dari abon rasa original dan pedas gurih, berlanjut dengan...

Read more
by Ruth Botha
0 Comments
Dekranasda NTT

Angky Fiah Raup Rp 10 Juta Per Bulan dari Aksesoris Antik NTT

31 Desember 2022
Angky Fiah, sedang membuat aksesoris antik NTT (Ruth-KatongNTT)

Menjadi pekerjaan turun temurun dari leluhurnya, membuat Angky, pria asal Rote Ndao Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memilih menjadi pengrajin...

Read more
by Ruth Botha
0 Comments
Dekranasda NTT

Kisah Penenun Yakoba Dedo Dijanjikan Modal Hingga Tolak Berjualan Online

24 Desember 2022
Yakoba Tanggu Dedo, penenun asal Sumba Timur yang kini menetap di Lasiana, Kupang (Ruth Botha-KatongNTT)

Kupang – Menjadi penenun sudah terbesit dalam benaknya sejak di bangku sekolah. Bukan karena paksaan, tetapi ia sadar benar jika...

Read more
by Ruth Botha
0 Comments
Next Post
Gempa guncang Flores

Gempa Guncang Flores

Ilustrasi anak dalam tahanan (wdrfree.com)

Peringati Hari Anak Nasional, 1.028 Anak Terima Remisi Hukuman

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Popular News

  • Yosef Lejap, korban dugaan penganiayaan oleh aparat kepolisian di Lembata (Dok. Andreas Lejap)

    Penganiayaan ODGJ, Satu Polisi Disebut Minta Maaf atas Ulah Rekannya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Aparat Polisi Diduga Aniaya ODGJ di Lembata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komnas Disabilitas: Penganiaya ODGJ di Lembata Rendahkan Martabat Manusia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Potret Kesederhanaan Nono, Juara Matematika Dunia dan Kagumi Elon Musk

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Budaya Politik Baru Berkearifan Lamaholot untuk Memajukan Peradaban (Bagian Pertama)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Newsletter

Silahkan klik tombol di bawah untuk berlangganan berita KatongNTT.
SUBSCRIBE

Anggota dari :

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2022 KatongNTT

No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024

© 2022 KatongNTT

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
Sign Up with Linked In
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist