Kupang – Generasi muda asal Pulau Sumba berharap bisa ikut dalam program visa pertanian (Agriculture Visa Program) yang ditawarkan Pemerintah Australia.
Program tersebut bisa menambah keterampilan bidang pertanian/peternakan, sekaligus bekal untuk kembali membangun wilayah Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Meri Ina Kii yang sedang merintis wirausaha ternak yakin program visa pertanian Australia itu sebagai peluang bagus untuk para tenaga keja muda dalam menambah pengalaman.
Bekal pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh bisa digunakan untuk mengelola lahan di Pulau Sumba yang belum digarap.
Lulusan Program Parsca Sarjana dari Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut berharap ada kemudahan bagi generasi muda NTT, khususnya dari Sumba agar banyak yang bisa magang dan menimba ilmu.
“Ini gagasan yang bagus dan kesempatan belajar, peluang bagi orang muda untuk menambah pengetahuan tentang pertanian modern. Banyak hal yang bisa dipelajari dan menjadi bekal ketika kembali ke NTT,” ujarnya Senin (21/2/2022).
Meri mengakui ada sejumlah kendala dan tantangan ketika hendak berkarir di Australia, tetapi Agriculture Visa Program ini bisa memberikan kemudahan dan fasilitasi khusus bagi Indonesia, terutama NTT.
“Di Sumba Barat banyak lahan kosong yang belum dikelola. Program ini bisa menyiapkan tenaga kerja yang handal dan tentunya membutuhkan banyak dukungan lainnya,” ujar Meri kepada KatongNTT.com.
Dalam kunjungannya ke Indonesia, Menteri Pertanian dan Wilayah Utara Australia David Littleproud MP menawarkan visa khusus bagi pekerja pertanian Australia tersebut.
Tawaran itu sudah disampaikan kepada Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Hal yang sama juga disampaikan pihak Australia dalam pertemuan dengan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Menaker Ida Fauziyah menyambut baik inisiatif tersebut. Namun, masih banyak hal yang harus didalami seperti upah, perlindungan sosial, kontrak kerja, dan cost structure.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat menerima kunjungan David Littleproud mendorong kerja sama bagi petani milenial Indonesia. Namun, karena ada perbedaan kondisi pertanian Indonesia dan Australia, maka perlu berbagai pelatihan pendahuluan dan penyesuaian.
“Saya cukup berbahagia karena Menteri Pertanian Australia menawarkan agar petani muda milenial kita bisa bekerja atau magang di Australia,” kata Syahrul.
Secara terpisah, Robert Raya , warga NTT yang tinggal di Sydney, Australlia, juga mendorong semakin banyak yang ikut program tersebut. Australia saat ini membutuhkan banyak tenaga kerja, terutama pada masa panen pertanian dan produk hortikultur lainnya.
Di beberapa sentra produsen, banyak buah/sayur tidak bisa dipanen karena minimnya tenaga kerja. “Tidak sedikir buah-buahan dan sayuran yang tidak dipanen sehingga pasokan ke pasar atau toko berkurang dan akhirnya harga pun meningkat,” kata Robert.
Tawaran program dari Australia ini untuk semua negara di Asia Pasifik sehingga Indonesia perlu lebih aktif untuk berpartisipasi. Apalagi, posisi Australia sangat dekat dengan Indonesia, khususnya NTT yang sebenarnya bisa menjadi mitra dalam jangka panjang. [K-02]