Kupang – Kebutuhan garam industri di Indonesia yang masih tinggi terus mendorong sejumlah sentra di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) meningkatkan produksi. Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi NTT, merupakan salah satu yang terus memperluas kemitraan dan investor dalam menunjang sarana dan prasarana produksi.
Marthen Dira Tome, perintis dan pembina PT Nataga Raihawu Industri (NRI) pihaknya terus mendorong perluasan lahan sehingga meningkatkan produksi garam dengan merek Nataga. Saat ini sudah ada 32 hektare (ha) lahan tambak garam yang digarap pihak swasta dan ditargetkan mencapai 100 ha hingga akhir April 2024.
Baca : Impor Garam Industri 2024 Bisa 2,4 Juta Ton, Optimalkan Potensi NTT
Untuk itu, pihaknya terus menjalin sejumlah mitra pengembangan garam, termasuk investor, agar kapasitas dan kualitas garam dari Sabu Raijua semakin meningkat. Pengembangan tersebut juga termasuk sarana dan prasarana yang menunjang perdagangan garam dari Sabu Raijua.
“Beberapa mitra yang selama ini bergerak dalam produksi garam sudah berkunjung ke Sabu Raijua. Mereka mengakui kualitas garam dari Sabu Raijua berpotensi untuk terus dikembangkan,” ujarnya kepada KatongNTT.com, belum lama ini.
Baca : Plan Latih Perempuan Muda TTS Bertani dan Beternak Gunakan Teknologi Maju
Dikatakan, sejumlah mitra tersebut adalah Cheetam Garam dan Sumatraco, kemudian ada beberapa mitra yang akan fokus dalam pengembangan pasar. Pihaknya berharap kemitraan yang dikembangkan bisa menopang sejumlah kendala di Sabu Raijua, seperti sarana transportasi dan logistik.
“Kalau produksi semakin meningkat maka perlu dukungan sarana dan kemudahan transportasi, kemudian pelabuhan agar kapal besar bisa merapat. Hal ini akan semakin membuat produksi garam semakin efisien,” jelas mantan Bupati Sabu Raijua ini.
Seperti diketahui, heboh pengembangan garam di NTT sudah ramai sejak satu dekade silam, terutama di Kupang dan sejumlah wilayah Timor. Namun, belum ada perkembangan yang berarti sejak panen perdana dan kunjungan Presiden Joko Widodo beberapa tahun silam.
Baca : Impor Meningkat, 13 Menteri Hingga Presiden Pernah Berkunjung dan Bahas Garam NTT
Pada Agustus 2023, tercatat ada perusahaan di Kupang, yakni PT Timor Livestock Lestari di Desa Nunkurus, PT Tjakrawala Timur Sentosa di Kelurahan Babau, dan PT Garam Terang Indonesia di Desa Merdeka, melakukan panen raya. Adapun produksi garam dari ketiga perusahaan ini sudah mencapai standar yang sangat baik, termasuk kadarnya NaCl.
Kendati produksi dan kualitas garam NTT membaik, Indonesia sepertinya masih saja tetap melakukan impor garam industri yang diklaim belum bisa dipenuhi dari dalam negeri. Tahun 2024 ini, pemerintahan Presiden Joko Widodo sudah mengalokasikan impor garam industri sebesar 2,4 juta ton. [Anto]