Warga Dusun di Labuan Bajo hidup tanpa air bersih dan penerangan listrik bertahun-tahun. Mereka tepatnya tinggal di Dusun Seraya Kecil, Kelurahan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi NTT
Warga dusun di Labuan Bajo ini setiap hari menggunakan air sumur yang terasa asin hanya untuk mencuci pakaian dan mandi. Untuk kebutuhan air minum dan memasak, mereka terpaksa membeli air bersih dengan menyeberangi laut menuju Kota Labuan Bajo,
Warga Dusun Seraya Kecil tidak merasakan manfaat dari penetapan kota Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata Super Prioritas.
Seorang warga bernama Ahmad Sabar mengatakan masyarakat mengeluarkan uang cukup besar untuk membeli air bersih.
Mereka menggunakan perahu motor untuk membeli air di Labuan Bajo. Satu galon air dibandrol Rp 15 Ribu.
Di malam hari, sebagian besar masyarakat mengunakan lampu pelita untuk penerangan.
Segelintir warga yang terbilang mampu secara ekonomi mengunakan lampu listrik dari mesin diesel dan panel surya.
“Kami setiap hari dan tahun terus krisis air minum bersih dan ketiadaan listrik,” kata Ahmad Sabar kepada KatongNTT, Kamis, 9 September 2021.
Dia kemudian menjelaskan, warga di Pulau Seraya Kecil setiap hari mandi dan mencuci pakaian mengunakan air sumur yang terasa asin.
Sudah puluhan tahun warga dusun di Labuan Bajo ini menggunakan air sumur yang terasa asin itu. Untuk membeli air galon, mereka harus merogoh dompet hingga puluhan ribu rupiah.
“Setiap hari warga beli air galon, satu galon dua belas ribu rupiah. Kalau air tawar yang mengandung zat kapur tujuh ribu rupiah ukuran jerigen 20 liter,”ujar Ahmad Sabar.
Hasnawati, ibu rumah tangga di Pulau Seraya Kecil menuturkan, air tawar mengandung zat kapur di Pulau Seraya Kecil dijual Rp 7.000 untuk ukuran 20 liter.
Dia menjelaskan, air sumur yang terasa asin hanya digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian. Untuk kebutuhan konsumsi harus mengunakan air tawar yang dibeli di Labuan Bajo. Repotnya, perahu ke Labuan Bajo tidak setiap hari tersedia.
“Itu makannya penduduk di Dusun Seraya Kecil belum terlihat maju, baik usaha mikro kecil maupun usaha lain,” ujar Hasnawati.
Ketiadaan listrik, membuat warga Dusun Seraya Kecil yang berprofesi sebagai nelayan terpaksa menjual murah ikan supaya tidak busuk.
“Listrik nol.Ini makanya hasil tangkapan kami kerap dijual murah karena takut ikan busuk,”jelas Ahmad Sabar.
Menurutnya, ikan hasil tangkapan ikan para nelayan dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kampung Ujung Labuan Bajo.
Pada masa pandemi Covid-19, kehidupan para nelayan satu dusun di Labuan Bajo ini semakin terpuruk. Ikan hasil tangkapan mereka tidak laku di pasar.
Populasi penduduk Dusun Seraya Kecil yang mencapai 500 Kepala Keluarga memiliki anak-anak usia sekolah. Kegiatan Belajar dan Mengajar anak-anak, baik di sekolah maupun di rumah, tanpa penerangan listrik,
Ahmad Sabar meminta perhatian Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan PT PLN untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan penerangan listrik untuk warga di Dusun Seraya Kecil.
“Kita berharap ada perhatian pemerintah pusat dan pihak PLN agar kebutuhan air minum bersih dan listrik dipenuhi,” ujarnya penuh harap.
“Masyarakat Pulau Seraya Kecil juga ingin merasakan seperti masyarakat di pulau kecil lainnya di Kecamatan Komodo menikmati air minum bersih dan menikmati penerangan listrik PLN.” (Ri)