Kupang – Arisan Astro, sebuah klub astronomi dan astrofotografi di Indonesia mengampanyekan pelestarian langit gelap di Kupang yang bebas dari polusi cahaya dan polusi udara.
Klub ini mendorong hal tersebut saat sosialisasi astronomi kepada siswa SMA Kristen Citra Bangsa Mandiri Kupang, Kamis ini, 1 Agustus 2024.
Para siswa juga diajak mengamati matahari menggunakan teleskop khusus dan diedukasi melalui dome atau planetarium portabel. Mereka juga mempelajari peta langit atau peta bintang dan mendapatkan kacamata matahari.
Arisan Astro dalam kegiatan ini pun menggandeng Planetarium dan Observatorium Jakarta (POJ), Pecinta Langit Timor (PELATI), maupun Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN).
Baca juga: Ikatan Keluarga Amfoang Gagas Model Bisnis di Kawasan Observatorium Timau
Zulkarnain selaku koordinator kegiatan menekankan tujuan sosialisasi ini demi melestarikan langit Kupang agar jauh dari polusi cahaya dan polusi udara.
Ia mengatakan klub non formal yang terdiri dari para astronom amatir ini memang fokus pada kampanye pelestarian langit gelap.
“Kalau di masa depan polusi cahaya meningkat maka kita khawatir generasi mendatang tidak bisa menikmati langit indah ini. Itu tujuan utama kami yaitu berkampanye melestarikan langit gelap,” jelas Zulkarnain.

Ia sendiri tidak menyangka para siswa begitu antusias terlebih saat pengamatan matahari dengan teleskop dan mempelajari semesta dari dome. Pesannya, para siswa ke depan dapat menjaga langit Kupang dari polusi cahaya dan polusi udara agar pengamatan astronomi bisa terus dilakukan.
Baca juga: Jembatan Putus, Truk Logistik Pemilu ke Amfoang Terobos Sungai
“Anak-anak ini yang nantinya akan meneruskan harapan kita. Mereka generasi penerus yang harus tahu kalau polusi cahaya bisa mempengaruhi pengetahuan kita tentang langit,” tambah dia.

Pihaknya pun mendukung adanya kawasan astro-wisata di Kabupaten Kupang berupa taman nasional langit gelap. Kawasan ini guna mendukung hadirnya Observatorium Nasional Timau.
“Wisata astronomi ini yang mana ada sains dan wisatanya. Bagaimana kita gabungkan ini dan kita jadikan sebagai taman nasional langit gelap,” imbuhnya.
Edukator Astronomi POJ, Muhammad Rayhan, turut menjadi pemateri dalam sosialisasi hari itu. Ia memberi para siswa pemahaman mengapa bintang terlihat jelas dengan mata telanjang di Kupang apalagi bila diamati menggunakan instrumen profesional. Ia juga menjelaskan bagaimana pengaruh polusi cahaya dan polusi udara terhadap kualitas langit dan pengamatan bintang.
Baca juga: Fenomena Ekstrim El Nino di NTT, Mitigasi dan Adaptasi
Ia mengatakan Kupang mempunyai langit malam yang bersih dibandingkan daerah lainnya di Indonesia. Faktor ini yang membuat Observatorium Nasional Timau dapat dibangun di Kabupaten Kupang. Kupang pun menjadi destinasi bagi para astronom atau para pencari langit gelap.
Untuk itu Rayhan berharap Kota Kupang dan Kabupaten Kupang dapat menggunakan tudung lampu yang bisa mengurangi polusi cahaya. Polusi udara juga perlu ditekan agar tak mempengaruhi kualitas langit Kupang.

“Terlepas dari pertumbuhan ekonomi, bisnis dan sosialnya, kita harus membantu operasional Observatorium Timau terhindari dari polusi cahaya dengan memakai tudung lampu dan mengurangi polusi udara misalnya tidak asal membakar sampah,” jelas dia.
Baca juga: WALHI NTT Pastikan Gugat Pemkot Kupang Soal Sampah
Frensly Salhuteru, siswa kelas X SMA Kristen Citra Bangsa Mandiri Kupang, mengakui langit Kota Kupang lebih bersih dibandingkan Jakarta. Frensly sendiri baru berada di Kota Kupang sebulan belakangan.
“Saya tidak mengira langit di sini sangat bagus. Beda banget, di Kupang ini langit lebih bersih tidak sama dengan Jakarta,” tukasnya.
Sosialisasi hari ini pun telah mendorong Frensly untuk mencoba mengamati langit malam di Kabupaten Kupang di kesempatan yang berbeda. ***