Atasi Stunting, Kabupaten Manggarai Timur Jajaki Tempe dari Bahan Lokal - Katong NTT    
Minggu, 29 Januari , 2023
  • Login
NEWSLETTER
Katong NTT
No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result

Atasi Stunting, Kabupaten Manggarai Timur Jajaki Tempe dari Bahan Lokal

Editor: KatongNTT
12 Maret 2022
in Lingkungan
0
Ilustrasi tempe (Ist)

Ilustrasi tempe (Ist)

Manggarai Timur  – Upaya mengatasi stunting memerlukan sejumlah terobosan dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan menjajaki konsumsi tempe guna meningkatkan ketersediaan protein.

“Tempe merupakan makanan bergizi dan bisa jadi alternative atasi stunting. Kami dapat informasi bahwa pembuatannya bisa dengan kacang-kacang lokal. Jadi tidak harus kacang kedelai yang didatangkan dari luar NTT,” demikian Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Matim Boni Hasudungan Siregar, dalam percakapan dengan KatongNTT.com.

RekomendasiUntukmu

Penampungan air kotor dari parit di desa Wolowea Kabupaten Nagekeo, Provinsi NTT (Dok.Dobo Deu )

Krisis Air Bersih, Warga Desa Wolowea di Nagekeo Sudah 2 Tahun Konsumsi Air Kotor dari Parit

26 Januari 2023
Sampah Plastik kiriman dari sungai di Liliba yang berujung di Ekowisata Mangrove Oesapa, Kupang, NTT. (Ruth-KatongNTT)

10 Brand Penyumbang Sampah Plastik di Perairan Kupang

12 Januari 2023

Boni menjelaskan pihaknya akan menjajaki inovasi tempe dengan bahan baku lokal tersebut. Selain meningkatkan ketersediaan protein, pemanfaatan bahan baku lokal juga menggerakkan ekonomi warga di desa-desa. Sejauh ini, pemberian makanan tambahan (PMT) masih difokuskan dengan susu dan telur.

Baca : NTT Perlu Kembangkan Singkong untuk Atasi Stunting

“Inovasi seperti ini akan kami gali lebih lanjut dan tentunya diharapkan menjadi solusi bersama,” ujar Boni, belum lama ini.

Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa tempe merupakan makanan kaya nutrisi. Tempe merupakan makanan khas Indonesia, berbahan dasar kacang kedelai yang telah difermentasi atau dipecah oleh mikroorganisme. Adapun tempe mengandung banyak nutrisi baik yang dibutuhkan tubuh, seperti protein tinggi, dan rendah kandungan lemak. Bukan itu saja, tempe juga mengandung kalsium, fosfor, thiamin, vitamin B12, serta retinol yang jumlahnya jauh lebih tinggi dari daging sapi.

Wida Winarno, Founder Indonesian Tempe Movement (ITM) dalam sejumlah kesempatan mengatakan tempe sebanrnya bisa menjadi salah satu makanan untuk mengatasi stunting. Selain kedelai, tempe juga dapat dibuat dari beragam jenis kacang lainnya.

“Apalagi di Indonesia Timur, seperti Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara itu punya sejumlah kacang-kacang lokal yang bisa diproses menjadi tempe. Tempe itu warisan leluluh Indonesia dan tidak harus dengan kacang kedelai,” ujar Wida.

Belum lama ini, Wida menerima kunjungan dari salah satu milenial di Kabupaten Mangarai yang sedang mengembangkan usaha tempe tersebut. Dirinya memberi apresiasi atas upaya generasi muda untuk merintis usaha tempe.

Baca : Klaim Stunting Menurun, Pemkab Manggarai Timur-NTT Butuh Dukungan

Seperti diketahui, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan prevalensi stunting Manggarai Timur (Matim) masih cukup tinggi dan masuk dalam 10 besar kebupaten secara nasional. Pemerintah Kabupaten Matim sendiri terus berupaya dengan sumber daya yang ada untuk mengatasi stunting. Namun, disoroti juga dua indikator prevalensi stunting diukur dengan studi status gizi Indonesia (SSGI). Di sisi lain, penginputan secara elektronik oleh petugas kesehatan di Puskesmas atau dikenal dengan pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).

Sebelumnya, Gubernur NTT Viktor B Laiskodat mengakui, ada tiga tantangan besar yang dihadapi pemerintah dalam proses pembangunan di wilayahnya, salah satunya adalah masalah kekerdilan (stunting). Sedangkan tantangan lainnya adalah yaitu infrastruktur jalandan kemiskinan penduduk. [K-02]

Previous Post

Dinas Penanaman Modal NTT Gandeng Polisi Hadapi Investor Tak Kirim LKPM

Next Post

Jokowi ke Titik Nol IKN Nusantara dan Bermalam Bersama 5 Gubernur

KatongNTT

KatongNTT

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Next Post
Maket IKN Nusantara di Penajam Utara, Kalimantan Timur (Kementerian PUPR)

Jokowi ke Titik Nol IKN Nusantara dan Bermalam Bersama 5 Gubernur

Guru Ana Paji Jiara menggunakan bahasa ibu mengajar siswa SD Inpres Wunga di Pedalaman Sumba Timur di NTT pada Januari 2022. (Alex Japalatu)

Berita Top Sepekan: Isu Pendidikan, Kesehatan, dan Lingkungan Paling Diminati

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Anggota dari :

  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
  • Iklan
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2022 KatongNTT

No Result
View All Result
  • Peristiwa
    • Kekerasan Berbasis Gender
    • Pekerja Migran
    • Lingkungan
    • Inspirasi
  • Ekonomi dan Bisnis
    • Industri Pariwisata
    • Dekranasda NTT
    • Agribisnis
  • Sorotan
  • Perspektif
    • Opini
  • Pemilu 2024

© 2022 KatongNTT

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In