Manggarai Timur – Upaya mengatasi stunting memerlukan sejumlah terobosan dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), akan menjajaki konsumsi tempe guna meningkatkan ketersediaan protein.
“Tempe merupakan makanan bergizi dan bisa jadi alternative atasi stunting. Kami dapat informasi bahwa pembuatannya bisa dengan kacang-kacang lokal. Jadi tidak harus kacang kedelai yang didatangkan dari luar NTT,” demikian Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Matim Boni Hasudungan Siregar, dalam percakapan dengan KatongNTT.com.
Boni menjelaskan pihaknya akan menjajaki inovasi tempe dengan bahan baku lokal tersebut. Selain meningkatkan ketersediaan protein, pemanfaatan bahan baku lokal juga menggerakkan ekonomi warga di desa-desa. Sejauh ini, pemberian makanan tambahan (PMT) masih difokuskan dengan susu dan telur.
Baca : NTT Perlu Kembangkan Singkong untuk Atasi Stunting
“Inovasi seperti ini akan kami gali lebih lanjut dan tentunya diharapkan menjadi solusi bersama,” ujar Boni, belum lama ini.
Berbagai penelitian ilmiah membuktikan bahwa tempe merupakan makanan kaya nutrisi. Tempe merupakan makanan khas Indonesia, berbahan dasar kacang kedelai yang telah difermentasi atau dipecah oleh mikroorganisme. Adapun tempe mengandung banyak nutrisi baik yang dibutuhkan tubuh, seperti protein tinggi, dan rendah kandungan lemak. Bukan itu saja, tempe juga mengandung kalsium, fosfor, thiamin, vitamin B12, serta retinol yang jumlahnya jauh lebih tinggi dari daging sapi.
Wida Winarno, Founder Indonesian Tempe Movement (ITM) dalam sejumlah kesempatan mengatakan tempe sebanrnya bisa menjadi salah satu makanan untuk mengatasi stunting. Selain kedelai, tempe juga dapat dibuat dari beragam jenis kacang lainnya.
“Apalagi di Indonesia Timur, seperti Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara itu punya sejumlah kacang-kacang lokal yang bisa diproses menjadi tempe. Tempe itu warisan leluluh Indonesia dan tidak harus dengan kacang kedelai,” ujar Wida.
Belum lama ini, Wida menerima kunjungan dari salah satu milenial di Kabupaten Mangarai yang sedang mengembangkan usaha tempe tersebut. Dirinya memberi apresiasi atas upaya generasi muda untuk merintis usaha tempe.
Baca : Klaim Stunting Menurun, Pemkab Manggarai Timur-NTT Butuh Dukungan
Seperti diketahui, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan prevalensi stunting Manggarai Timur (Matim) masih cukup tinggi dan masuk dalam 10 besar kebupaten secara nasional. Pemerintah Kabupaten Matim sendiri terus berupaya dengan sumber daya yang ada untuk mengatasi stunting. Namun, disoroti juga dua indikator prevalensi stunting diukur dengan studi status gizi Indonesia (SSGI). Di sisi lain, penginputan secara elektronik oleh petugas kesehatan di Puskesmas atau dikenal dengan pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).
Sebelumnya, Gubernur NTT Viktor B Laiskodat mengakui, ada tiga tantangan besar yang dihadapi pemerintah dalam proses pembangunan di wilayahnya, salah satunya adalah masalah kekerdilan (stunting). Sedangkan tantangan lainnya adalah yaitu infrastruktur jalandan kemiskinan penduduk. [K-02]