• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Selasa, November 18, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Perempuan dan Anak

Stunting Ancam Indonesia Petik Bonus Demografi 2030 yang Berkualitas

Rita Hasugian by Rita Hasugian
3 tahun ago
in Perempuan dan Anak
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo melakukan pengukuran tinggi badan anak stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (dok. BKKBN)

Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo melakukan pengukuran tinggi badan anak stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (dok. BKKBN)

0
SHARES
62
VIEWS

Jakarta – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan permasalahan stunting harus tuntas untuk membangun Indonesia yang berkualitas.

“Bapak Presiden berpesan keluarga harus jadi perhatian serius, karena keluarga jadi pondasi utama dalam pembangunan bangsa. Sehingga BKKBN diminta untuk memperhatikan kualitas keluarga,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Kick Off Meeting yang diikuti di Jakarta, Kamis (16/2/2023).

BacaJuga

Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur menjalani sidang putusan perkara pencabulan dan persetubuhan tiga anak di pengadilan negeri kupang, 21 Oktober 2025. (rita hasugian/katongntt)

Laporan Kejahatan Seksual Anak Meningkat di Dunia, Indonesia di Urutan Empat

5 November 2025
data hiv/aids di kabupaten sikka, ntt.

Kisah Penyintas HIV/AIDS di Sikka Takut Anaknya Didiskriminasi Masyarakat

19 September 2025

Berkaca pada struktur penduduk Indonesia dari piramida penduduk tahun 2020, Hasto menuturkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Tetapi masih terpantau tumbuh seimbang dan terkendali.

Baca juga: Bulan Timbang Balita Mencegah Stunting Dimulai di Kota Kupang

Pertumbuhan penduduk seimbang itu, menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pembangunan lewat sumber daya manusianya. Indonesia juga diproyeksikan akan memiliki banyak penduduk usia produktif dan meraih bonus demografi di tahun 2030.

Sayangnya, seperti dilansir Antara, setiap kelompok mempunyai kerentanan dan dampak berbeda-beda bagi pembangunan bangsa. Salah satunya stunting dalam kelompok usia balita dan anak. Stunting dinilai sebagai suatu masalah yang sangat serius.

Bahkan stunting mendapatkan atensi lebih dari Presiden RI Joko Widodo. Sebab dalam jangka waktu panjang stunting dapat menurunkan kemampuan kognitif dan menurunkan produktifitas. Ini disebabkan anak menderita penyakit ini mudah terpapar penyakit.

Terlebih stunting bisa mengenai anak sejak dalam kandungan. Hal tersebutlah yang mengancam Indonesia memetik bonus demografi yang berkualitas.  Meski angka prevalensi stunting berdasarkan data SSGI 2022 memang turun menjadi 21,6 persen dari 24,4 persen di tahun 2021. Namun, stunting masih banyak ditemukan di sejumlah provinsi. Bahkan angka di enam provinsi jika merujuk dari data yang sama, diketahui justru mengalami kenaikan.

“Makanya kalau anak sejak remaja ini kalau putus sekolah, kawin muda, hamil di usia dini dan sering hamil, banyak, kita bisa miss demographics independence. Jadi musibah karena semuanya merupakan faktor risiko stunting,” ujar Hasto.

Baca juga: BKKBN: Presiden Pantau Stunting Empat Titik Keluarga di NTT

Oleh karenanya, pembangunan bangsa yang dimulai dari keluarga adalah pondasi tercapainya kemajuan bangsa. Dalam hal ini, pemerintah melalui Program Bangga Kencana bertujuan untuk mewujudkan keluarga sehat, produktif dan berkualitas.

Program Bangga Kencana menyasar generasi milenial dan post-milenial. Cara yang ditempuh pemerintah pun tidak hanya melalui intervensi spesifik (lewat aspek kesehatan) maupun sensitif (lewat aspek di luar kesehatan). Melainkan mengubah pola komunikasi dalam menggaungkan pencegahan stunting.

Misalnya, mengkonsumsi banyak protein hewani yang bersumber dari pangan lokal dengan harga yang terjangkau. Protein hewani bisa didapatkan dari telur, ikan lele, ikan kembung, daging ayam dan susu. Tidak harus melalui salmon atau daging sapi yang mahal.

Kemudian terkait pentingnya pemeriksaan kesehatan sejak dari usia muda. Pemerintah mulai memperketat pemantauan kesehatan calon ibu sejak remaja, yakni melalui pemberian tablet tambah darah. Kemudian dilanjutkan dengan skrining melalui Aplikasi Elsimil guna mendapatkan data ril atas kesehatan ibu.Hingga menggemakan kembali pemakaian alat kontrasepsi setelah ibu melahirkan.

“Makanya pembangunan manusia berkualitas luar biasa penting untuk kita. (Pembangunan) infrastruktur memang penting, tapi pembangunan manusia penting untuk mencegah stunting dan mental emotional disorder,” kata Hasto. [K-02]

Tags: #BKKBN#BonusDemografi2030#GenerasiMilenial#Presidenjokowi#stunting
Rita Hasugian

Rita Hasugian

Baca Juga

Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur menjalani sidang putusan perkara pencabulan dan persetubuhan tiga anak di pengadilan negeri kupang, 21 Oktober 2025. (rita hasugian/katongntt)

Laporan Kejahatan Seksual Anak Meningkat di Dunia, Indonesia di Urutan Empat

by Rita Hasugian
5 November 2025
0

Kupang – Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur telah memanfaatkan situs tertutup (dark web) dan...

data hiv/aids di kabupaten sikka, ntt.

Kisah Penyintas HIV/AIDS di Sikka Takut Anaknya Didiskriminasi Masyarakat

by Difan Fandi
19 September 2025
0

Sikka– Angka kasus HIV/AIDS di Kabupaten Sikka terus meningkat. Berdasarkan data Komite Penanggulangan HIV/AIDS, hingga Februari 2025 tercatat 1.195 kasus...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati