Kupang – Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) meminta agar volume TOA atau pengeras suara di masjid dikurangi. Volume pengeras suara agar tidak sampai mengganggu umat lainnya.
Ketua DMI NTT, H. Muhammad Abdurahman, mengimbau agar hal tersebut diperhatikan oleh para pengurus DMI di wilayah kabupaten dan kota Provinsi NTT.
Ia menyampaikan ini kepada media usai pengamatan hilal penentu Ramadan di Gedung Pelayanan BMKG NTT, Rabu 22 Maret 2023.
Menurut Abdurahman, imbauan mengenai suara TOA masjid ini sudah sesuai dengan ketentuan Kementerian Agama. Kementerian Agama pada 21 Februari 2022 telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE. 05 Tahun 2022 Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
Baca juga: Simak, Aturan Baru Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala
Edaran ini mengatur penggunaan pengeras suara terdiri atas pengeras suara dalam dan luar yang tidak menimbulkan potensi gangguan ketenteraman, ketertiban dan keharmonisan antarwarga.
Volume pengeras suara diatur sesuai dengan kebutuhan dan paling tinggi volumenya 100 dB (desibel). Penggunaan pengeras suara atau toa juga perlu memerhatikan kualitas rekaman, waktu, dan bacaan akhir ayat, selawat atau tarhim.
Sementara saat pelaksanaan salat tarawih, ceramah atau kajian Ramadhan dan tadarrus Al-Qur’an hendaknya menggunakan pengeras suara dalam masjid.
Pengeras suara luar digunakan dalam jangka waktu paling lama 5 menit sebelum azan, pembacaan Al-Qur’an atau selawat/tarhim. Sesudah azan dikumandangkan maka yang digunakan ialah pengeras suara dalam masjid.
“Kepada seluruh pengurus masjid agar volume daripada toa itu sedikit dikecilkan,” kata Abdurahman.
Baca juga: Hilal Penentu Ramadhan Tidak Terpantau dari Pulau Timor
Untuk wilayah Provinsi NTT, lanjut Abdurahman, sudah diatur mengenai hal serupa pada masa kepemimpinan Gubernur NTT Ben Mboi.
Ketentuan ini pun perlu diikuti oleh pengurus masjid dan umat untuk saling menjaga tenggang rasa dan toleransi dengan umat beragama lainnya di NTT.
“Umat lainnya saat itu mungkin beristirahat atau apa sehingga tidak begitu mengganggu,” lanjut dia.
Abdurrahman juga mengimbau kepada pengurus masjid agar bisa menjaga kerukunan antar agama selama bulan Ramadan ini dan mengedepankan toleransi.
Selain toa masjid, ia juga mengingatkan agar di masjid tidak ada praktek aktivitas politik. Ia melarang keras hal itu agar tidak terjadi karena hal demikian berpotensi membuat umat terpecah.
Terkait menjaga kerukunan, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi NTT, Reginaldus Saverinus S. Serang, juga telah menegaskan hal serupa.
Ia berpesan kepada seluruh umat beragama di Provinsi NTT untuk mendukung dan mewujudkan solidaritas bagi umat Muslim yang menjalankan bulan suci Ramadan.
Ia mengatakan tahun ini umat kristiani juga sedang menjalankan puasa menyambut Paskah. Pengamatan hilal juga berlangsung saat Nyepi tahun ini.
Reginaldus berharap Provinsi NTT terus dapat menjaga solidaritas dan teladan sebagai provinsi dengan kerukunan antar umat beragama tertinggi di Indonesia.
“Untuk itu kita saling mendoakan dan mendukung agar kerukunan di NTT bisa selalu terjaga,” (Putra Bali Mula)




