Kupang – Rencana Pemerintah Daerah Lembata melakukan tes HIV/AIDS kepada seluruh aparat sipil negera (ASN) memunculkan tanda tanya: bagaimana situasi HIV/AIDS di Nusa Tenggara Timur dibandingkan provinsi lainnya?
Menurut Ketua Sekretaris Daerah Jaringan Indonesia Positif NTT, Jhon L Mau, jumlah penyandang HIV tahun 2023 meningkat di hampir semua kabupaten dan kota di NTT dibandingkan 2022.
Baca juga: Mulai 2024 Seluruh ASN Hingga Kades di Lembata Dites HIV-AIDS
Jhon mengutip data Dinas Kesehatan Provinsi NTT bahwa ada 5.547 orang dengan HIV/AIDS (Odha) di NTT tahun 2023. Semua kabupaten/kota di NTT tidak ada yang bebas dari HIV/AIDS. Jumlah ODHA terkecil ada di Kabupaten Sabu Rajua dan Sumba Tengah masing-masing 23 ODHA.
Lonjakan tertinggi terjadi di Kota Kupang yakni dari 844 ODHA pada 2022 menjadi 1.067 ODHA pada 2023. Menyusul Sumba Barat Daya dari 38 ODHA pada 2022 menjadi 127 ODHA pada tahun ini. Malaka di posisi ketiga dengan jumlah 50 ODHA pada 2022 dan meningkat menjadi 121 ODHA pada tahun ini.
Adapun Sumba Barat dan Flores Timur mengalami penurunan jumlah ODHA pada tahun ini dibandingkan 2022. Jumlah ODHA di Sumba Barat 38 orang pada 2022 menjadi 33 orang pada tahun ini. Di Flores Timur, dari 207 orang pada 2022 menurun menjadi 193 orang tahun ini.
Jhon kemudian menjelaskan, saat JIP dan jaringan kerjanya melakukan tes HIV untuk memperingati Hari AIDS Dunia pada 1 Desember 2023 di Car Free Day di Kupang, ditemukan satu warga yang positif HIV.
Baca juga: 174 Penderita HIV di Lembata Meninggal Selama 15 Tahun Terakhir
“Waktu kami kegiatan Car Free Day di jalan Eltari, kami adakan tes HIV. Ditemukan satu orang yang positif dan dia juga baru tahu saat itu,” kata Jhon saat diwawancara KatongNTT.com pada 12 Desember 2023.
Atas temuan itu, orang tersebut didampingi untuk melakukan tes lanjutan di Puskesmas Sikumana. Hasilnya memperkuat hasil tes sebelumnya. Dia langsung mendapat pengobatan Anti retro viral (ARV).
“Enaknya di Kota ( Kupang-Red), sudah ada alat tes dan bisa langsung diberi pengobatan,” ujar Jhon.
Menurut Jhon dengan pemeriksaan lebih awal bagi ODHA yang masih berada di stadium 1 atau 2, maka pengobatan ATR ini tidak akan menularkan ke siapapun.
Baca juga: 218 Pekerja Seks Anak di Lembata, Punya Grup Online Sampai Dijual Pacar Sendiri
Permasalahannya, tingginya stigma dan label membuat orang-orang enggan melakukan tes HIV atau yang sudah tertular berusaha menutupinya. Inilah yang membuat penyebaran HIV/AIDS di NTT melonjak tajam.
” Stigma yang salah di masyarakat jangan membuat seseorang takut untuk memeriksakan diri. Kalau dicek lebih awal mereka bisa menyelamatkan banyak orang sebagai generasi penerus bangsa,” kata Jhon.
“Kan ada yang gejalanya belum kelihatan, bahkan sampai tahunan. Tingkat resiko untuk menularkannya lebih besar . Apalagi kalau yang terkena HIV itu suami, lalu menularkan ke isteri bahkan kalau sampai mengandung janinnya juga terkena. Nah kalau lebih cepat diketahui,bisa dilakukan pengobatan ke ibu dan janinnya,” papar Jhon.
Baca juga: Dinkes Ungkap Usia Termuda Pengidap HIV di Lembata
Melalui pencegahan, pemeriksaan, dan pengobatan yang tepat serta dukungan dari semua pihak , tuturnya, masyarakat bisa lebih sadar akan HIV dan terhindar dari penyebaran virus ini. (Yunda)