Kupang – Pembangkit Listrik Tenaga Surya( PLTS) baru saja resmi beroperasi di Desa Mata Wee Lima, Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa Mata Wee Lima merupakan satu dari 22 desa terpencil di provinsi NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Tengah yang menjadi target proyek “Accelerating Clean Enegery Access to Reduce Inequality (ACCESS).
Proyek ACCESS ini merupakan kolaborasi strategis antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), dan Korea International Cooperation Agency (KOICA). Kolaborasi ini bermisi untuk memperluas energi bersih dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan ke 22 desa terpencil di Indonesia.
Baca juga: Proyek PLTS Sumba Terbesar di Dunia Masih Kekurangan Konsorsium Besar
Dengan dukungan KOICA, proyek ACCESS telah membangun PLTS off-grid, memberdayakan operator lokal melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas, serta memperkuat lembaga lokal, khususnya Badan Usaha Milik Desa atau BUMDesa. Hal ini untuk memastikan keberlangsungan pengoperasian PLTS seraya membuka peluang pertumbuhan ekonomi lokal sekitar.
Dalam upacara peresmian PLTS diadakan di Desa Mata Wee Lima, Sumba Barat Daya, turut hadir Sekretaris Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Sahid Junaidi . Melalui pidatonya Sahid menyatakan: “Hasil dari pembangunan PLTS yang kita resmikan ini mencerminkan komitmen Pemerintah dalam mencari solusi untuk mencapai target elektrifikasi nasional. Secara rasio tahun 2023, pelayanan listrik PLN telah menjangkau 98,3% penduduk Indonesia, namun masih ada tersisa 1,7% yang belum mendapatkan akses.”
Sahid melanjutkan, “Di beberapa wilayah dengan kondisi geografis yang sulit, PLN menghadapi tantangan dalam membangun jaringan listrik. Sehingga energi terbarukan menjadi alternatif yang sangat penting.
Memastikan kesetaraan gender dan inklusi sosial
Proyek ACCESS ini telah berhasil memasang PLTS dan infrastruktur jaringan terkait di semua provinsi target, menyediakan kapasitas listrik total sebesar 1,1 Megawatt untuk lebih dari 3 .000 rumah tangga, yang menguntungkan lebih dari 20.000 individu.
Selain memberikan penerangan kepada desa-desa, instalasi tenaga surya ini telah berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup di komunitas sekitarnya, menciptakan peluang baru untuk pembangunan lokal. Sebanyak 20 BUMDesa telah didirikan atau direvitalisasi, memastikan pengelolaan dan pemeliharaan PLTS yang berkelanjutan ke depan.
UNDP Berkolaborasi dengan Media Perempuan Atasi Ketidaksetaraan Gender
Selain itu, BUMDesa tersebut juga berhasil meluncurkan berbagai usaha, termasuk perdagangan, peternakan dan budidaya ikan nila dengan sistem bioflok, serta jasa seperti fotokopi, transportasi kargo, dan jasa ekskavator.
Sebagian besar inisiatif bisnis ini menggunakan energi bersih dari PLTS dalam operasi sehari-harinya. BUMDesa-BUMDesa ini menghasilkan pendapatan bulanan mulai dari Rp 1,5 juta hingga Rp 11,6 juta.
Salah satu contoh cerita sukses adalah BUMDesa Eka Pata di Sumba Barat Daya, yang berhasil menjual 130 ayam hingga menghasilkan pendapatan lebih dari Rp8 juta dengan laba hampir Rp2 juta.
“Selamat kepada semua yang terlibat dalam penyelesaian pembangunan 22 PLTS off-grid di bawah Proyek ACCESS. Menggapai tujuan bersama untuk elektrifikasi 100% bukanlah pekerjaan yang mudah, terutama mengingat besarnya tantangan pandemi Covid-19 selama waktu implementasi dan sulitnya akses untuk mencapai lokasi terpencil. Dedikasi dan kolaborasi multi pihak sangat penting dalam mencapai tonggak penting ini,” kata Sooyoung Park, Wakil Direktur KOICA Indonesia.
Baca juga: Hadirkan Ruang Digital Aman untuk Perempuan
“Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerja keras Anda. Saat kami merayakan keberhasilan ini, kami juga harus fokus pada keberlanjutan infrastruktur ini. Kepemilikan yang kuat dari kementerian di tingkat nasional hingga tingkat provinsi dan kabupaten sangat penting untuk memastikan dampak jangka panjang dan manfaat berkelanjutan. Komitmen Anda yang berkelanjutan adalah kunci keberhasilan proyek ini di masa depan,” ujar Park.
Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, sangat penting melibatkan berbagai kelompok, termasuk perempuan dalam sektor energi. Sujala Pant, Wakil Residen UNDP Indonesia , menyoroti penekanan kuat pada kesetaraan gender dan inklusi sosial.
“Kami berkomitmen memastikan kesetaraan gender dan inklusi sosial dengan menanamkan prinsip-prinsip tersebut ke dalam setiap aspek proyek. Misalnya, 46% dari total operator teknis lokal yang dilatih dan disertifikasi adalah perempuan. Ini adalah hasil penting yang akan mengarah pada perubahan representasi sistemik perempuan di sektor ini sehingga perempuan dapat menjadi agen aktif di sektor ini.”
Dengan mendirikan dan memperkuat lembaga lokal seperti BUMDesa dan UMKM lokal, serta memastikan partisipasi aktif perempuan dalam proses-prosesnya, proyek ini telah mendorong komunitas yang tangguh yang dapat terus berkembang setelah penyelesaian proyek.
Saat Indonesia terus melanjutkan perjalanannya menuju masa depan energi yang lebih adil dan berkelanjutan, keberhasilan proyek ACCESS bisa menjadi contoh tentang apa yang dapat dicapai melalui kolaborasi, inovasi, dan komitmen yang solid. [*]