• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Kamis, Juli 17, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Cuaca, Iklim dan Lingkungan

Limbah Beracun Dibuang di Pemukiman Warga di Maumere

‘’Botol infus dan botol obat pertanian kadalwarsa tersebut sudah ada lama tapi kami tidak tau siapa yang membuangnya di lokasi tersebut,” kata Servasius.

Tim Redaksi by Tim Redaksi
4 bulan ago
in Cuaca, Iklim dan Lingkungan
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Warga Kampung Waerii di Desa Kolisia, Kabupaten Sikka menunjuk limbah berbahaya dan beracun yang dibuang di pekarangan rumah mereka. (Yohanes Fandi/KatongNTT.com)

Warga Kampung Waerii di Desa Kolisia, Kabupaten Sikka menunjuk limbah berbahaya dan beracun yang dibuang di pekarangan rumah mereka. (Yohanes Fandi/KatongNTT.com)

0
SHARES
5.1k
VIEWS

Maumere– Lahan pemukiman warga kampung Waerii di Desa Kolisia, Kabupaten Sikka menjadi tempat pembuangan limbah mengandung bahan berbahaya dan beracun (limbah B3).

Limbah berbahaya dan beracun yang sering ditemukan warga di pekarangan rumah mereka berupa botol-botol infus, botol obat, bahkan limbah berbahaya untuk pertanian yang sudah kadaluarsa.

BacaJuga

Direktur RSUD TC Hillers Maumere, dr Clara Y Francis. (Yohannes Fandy/KatongNTT.com)

Direktur RSUD TC Hillers Maumere: Insinerator Dihentikan karena Warga Keberatan

14 Maret 2025
Direktur RSUD Johannes Kupang, dr Stefanus Dhe Soka, (Kelvin/KatongNTT.com)

Direktur RSUD W.Z.Johannes: Insinerator Kami Memang Tidak Memenuhi Persyaratan

14 Maret 2025

Jurnalis KatongNTT saat berkunjung ke Kampung Waerii, 24 Marett 2025, menemukan limbah B3 medis dan non-medis berserakan di kebun rumah warga.  Jarak tumpukan limbah tersebut ke rumah warga sekitar 10 meter.

Baca juga: Pengelolaan Limbah B3 Rumah Sakit di NTT Amburadul

Marselus Servasius, 60 tahun, warga Kampung Waerii menjelaskan, warga sudah lam menyaksikan limbah berbahaya dan beracun itu dibuang ke pekarangan rumah mereka. Biasanya limbah itu dibuang pada malam hari dengan menggunakan mobil. Namun warga sepertinya enggan mencari tahu siapa pelakunya atau melaporkannya ke pemerintah.

Jarak Kampung Waerii dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah berkisar 600 meter. Servasius menduga, pelaku membuang limbah berbahaya dan beracun itu ke pemukiman penduduk karena jaraknya dekat ke TPA Waerii.

‘’Botol infus dan botol obat pertanian kadalwarsa tersebut sudah ada lama tapi kami tidak tau siapa yang membuangnya di lokasi tersebut. Mungkin jarak kami dengan TPA dekat sehingga mereka membuang disitu,” kata Servasius kepada KatongNTT.

Warga tampaknya kurang mempersoalkan limbah berbahaya dan beracun itu dibuang di pekarangan rumah mereka.  Mereka selama ini tidak mendapatkan informasi bahwa limbah itu berbahaya bagi manusia.

Warga Protes Asap Hitam dan Bau Busuk TPA Waerii

Warga fokus memprotes asap hitam dan bau menyegat dari TPA Waerii. Asap hitam muncul dari pembakaran sampah di TPA saat musim panas. Pembakaran berlangsung biasanya pada jam 8 malam WITA.

Sedangkan bau busuk menyengat berasal dari sampah yang lembab saat musim hujan.

Servasius dan keluarganya sejak tahun 2010 merasakan dampak dari pembakaran sampah di TPA Waerii dan bau busuk saat musim hujan. Terkadang mereka tidak bisa tidur pulas di malam hari karena terpapar asap dari pembakaran sampah. Bau busuk sampah diperparah dengan ulah orang-orang yang membuang bangkai hewan ke TPA Waerii.

 

Limbah berbahaya dan beracun (Limbah B3) dibuang di pekarangan rumah warga Waeirri di Desa Kolisia, Kabupaten Sikka. (Yohanes Fandi/KatongNTT.com)
Limbah berbahaya dan beracun (Limbah B3) dibuang di pekarangan rumah warga Waeirri di Desa Kolisia, Kabupaten Sikka. (Yohanes Fandi/KatongNTT.com)

 

Saat musim hujan tiba, kata Servasius, sampah dari TPA Waerii dibawa air hujan masuk ke pemukiman warga. TPA Waerii terletak di perbukitan dan di bawahnya adalah pemukiman Kampung Waerii.

Baca juga: Nelayan Temukan Limbah Aspal di Laut hingga Pantai Tablolong

Servasius kemudian mengungkapkan cucu-cucunya dan tetangganya sering mengalami dia, sedikitnya dua kali dalam setahun. Dia menduga penyakit itu bersumber dari air sumur warga yang sudah terkontaminasi dari sampah TPA Waerii.

“Saya punya cucu-cucu dan warga sekitar sering mengalami diare setahun 2 kali, kami di sni menggunakan air dari sumur sehingga mungkin saja air tersebut sudah terkontaminasi zat kimia yang berasal dari sampah di TPA,” katanya..

Alexander Leksi, warga Kampung Waerii mengamini protes Servasius. Dia dan keluarganya sudah tinggal di kampung tersebut sejak tahun 2004.  Mereka memprotes keberadaan TPA di dekat pemukiman mereka.

Namun, sekitar tahun 2010, mereka mendapatkan informasi tentang upaya mensertifikasi lahan untuk dijadikan TPA.

“Kami sempat melakukan penolakan karena berpikir soal dampaknya namum kami tidak berhasil,” kata Alex.

Baca juga: Direktur RSUD TC Hillers Maumere: Insinerator Dihentikan karena Warga Keberatan

Di tahun 2013, warga Waerii melakukan protes melalui Kepala Desa dan juga pada saat musyawarah perencanaan pembangunan Kabupaten Sikka . Namun tidak membuahkan hasil. Pihak Pemda Sikka mengatasinya dengan memadamkan api menggunakan air yang disiram dan menggeser tumpukan sampah dengan menggunakan alat berat.

Alex realistis dengan kekalahan warga. Dia berharap Pemerintah Daerah Sikka meningkatkan upaya pengelolaan sampah di TPA Waerii agar sesuai dengan peraturan. Dengan begitu, dampak buruk dari sampah di TPA Waerii dapat ditiadakan.  [Difan/Rita]

 

 

 

Tags: #Insinerator#katongntt#LimbahB3#Maumere#PemdaSikka#RSUDTCHillers#TPAWaeRii
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Direktur RSUD TC Hillers Maumere, dr Clara Y Francis. (Yohannes Fandy/KatongNTT.com)

Direktur RSUD TC Hillers Maumere: Insinerator Dihentikan karena Warga Keberatan

by Tim Redaksi
14 Maret 2025
0

Dr Clara Y. Francis sebagai Direktur RSUD TC Hillers Maumere menerima jurnalis KatongNTT pada 4 Maret 2025 di ruang kerjanya....

Direktur RSUD Johannes Kupang, dr Stefanus Dhe Soka, (Kelvin/KatongNTT.com)

Direktur RSUD W.Z.Johannes: Insinerator Kami Memang Tidak Memenuhi Persyaratan

by Tim Redaksi
14 Maret 2025
0

Setelah menunggu hampir tiga jam di ruang tunggu pada 11 Maret 2025, jurnalis KatongNTT  diberi kesempatan untuk mewawancarai Direktur RSUD...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati