Cilacap – Sejak akhir tahun 2022 lalu, investor Malaysia dan Singapura melirik potensi udang di Nusa Tenggara Barat (NTB). Rencana pemerintah membangun integrated shrimp farming di Nusa Tenggara Timur (NTT) pun perlu menggandeng pihak swasta. Untuk itu, semua pihak terkait, terutama jajaran pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur (NTT), perlu lebih proaktif menarik investasi untuk mengembangkan potensi perikanan, khususnya udang.
Anton Chen, praktisi udang yang berbasis di Cilacap, Jawa Tengah, menjelaskan program pemerintah dalam mengembangkan udang pasti lebih banyak terkait infrastruktur dasar. Berbagai infrastruktur dan fasilitas dasar itu untuk menarik minat investor. Kondisi inilah yang diharapkan bisa menopang investasi di NTT yang minim selama ini.
Baca : Perlu Diperjelas Dana Investasi Udang Rp 7,5 Triliun di Sumba Timur
“Investor akan masuk jika sudah ada kemudahan dan fasilitas infrastruktur. Namun, pemerintah, khususnya pemerintah daerah, juga harus aktif mencari calon investor. Bila perlu beri sejumlah insentif karena NTT bersaing dengan daerah lain,” ujarnya kepada KatongNTT.com, Senin (24/4/2023).
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana membangun integrated shrimp farming di Desa Palakahembi, Pandawai, Kabupaten Sumba Timur. Sejauh ini mekanisme dan model pembiayaan yang ditawarkan KKP belum diketahui secara pasti. Namun, upaya mendorong investasi swasta juga harus perlu dilakukan.
“Tidak mungkin semua hal dikerjakan pemerintah. Swasta harus dilibatkan agar bisnis berkelanjutan,” ujar Anton yang sudah mengelola ratusan hektare (ha) tambak.
Baca : Butuh 5.000 Karyawan, Jokowi Sebut Desain Tambak Udang Sumba Timur Selesai
Berbeda dengan NTT, Nusa Tenggara Barat (NTB) justru sangat giat dalam menarik investor udang. Sekalipun ada sejumlah kendala terkait lahan dan legalitas lainnya, hal itu tidak membatasi daerah tersebut mengajak pihak swasta. Hal itu karena tekad Pemerintah Provinsi NTB dalam meningkatkan produksi udang.
Pada Februari 2023 lalu, para investor bertemu dengan Gubernur NTB Zulkieflimasnsyah dalam rangka menjalin kerja sama membangun pabrik pengolahan udang di Sumbawa.
“Kami ingin menjadikan Sumbawa sebagai pusat kuliner di Indonesia dan pusat ekspor udang Indonesia. Kami sedang merencanakan dan mengatur semuanya sekarang,” kata investor Lim Chen Chong Djamis, seperti ditulis media lokal.
Secara keseluruhan, investor tersebut akan menggelontorkan 30 juta USD atau setara Rp 454 miliar lebih untuk membangun budi daya, pemrosesan, sistem pendingin, logistik, hingga pembangunan pabrik pakan.
Pada tahap pertama, kapasitas pengolahan udang yang akan diproduksi sekitar 3.000 ton udang per tahun dan terus meningkat setidaknya 50 persen per tahun.
Baca : Lahan dan Dana Pinjaman Jadi Kendala Investasi Udang NTB, NTT Perlu Lebih Siap
Sebelumnya, Gubernur NTB Zulkieflimansyah juga menyebutkan rencana pembukaan pabrik pengolahan udang oleh salah satu perusahaan udang terbesar di Malaysia.
Dengan hadirnya investor tersebut maka NTB tidak lagi hanya mengirim dan mengekspor udang mentah ke luar NTB.
“Tapi mulai diolah dan diproses di NTB sendiri. Inilah yang disebut industrialisasi itu,” ujar Bang Zul, sapannya.
Dalam sejumlah kesempatan, Bang Zul menegaskan industrialisasi sebagai jalan yang membawa masyarakat NTB menuju kemakmuran. Industrialisasi harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan bersama.
Selain Singapura dan Malaysia, investor Korea Selatan juga dikabarkan pernah menjajaki potensi perikanan, termasuk udang, di NTB. Namun sejauh ini, belum ada tindak lanjut dari pelaku usaha Korea Selatan tersebut. [Anto]