Kupang – Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat banyak pekerja asal NTT berangkat ke Malaysia yang cenderung mengupah murah ketimbang Singapura atau Australia.
BP2MI RI juga mencatat kasus terbanyak terhadap pekerja juga terjadi di Malaysia. Warga NTT yang menjadi korban juga dominan baik itu pekerja prosedural atau non prosedural.
Bila dibandingkan dengan upah pekerja dan jumlah kasus sebenarnya Singapura lebih aman bagi pekerja ketimbang Malaysia.
Baca juga : TJPS Gagal Cegah Warga NTT Jadi PMI Ilegal
Kepala Dinas Koperasi, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi (Disnakertrans) NTT, Sylvia Peku Djawang, menyampaikan hal tersebut.
Sylvia melanjutkan pesan dari Kepala BP2MI Benny Rhamdani agar orang NTT juga dapat memilih negara lain selain Malaysia.
“Dari BP2MI pusat, Pak Beni bilang, kalau boleh orang NTT jangan memilih Malaysia karena membayar sangat murah,” ungkap Sylvia beberapa waktu lalu dalam diskusi soal TPPO di Kota Kupang.
Baca juga : Polda NTT Minta Keluarga PMI Non Prosedural Tidak Tutup Mulut
Ada berbagai alasan orang NTT berangkat ke Malaysia, jelas Sylvia, karena diajak keluarga atau direkrut kerabat mereka sendiri, adanya desakan ekonomi, maupun budaya atau bahasa yang dianggap hampir sama.
“Atau mungkin skill orang NTT kurang, atau manut-manut saja, orang NTT no choice, tetapi kita orang NTT sudah senang karena ringgit saat dirupiahkan menjadi besar,” tambah Sylvia.
Pihaknya mengupayakan untuk mengurangi jumlah keberangkatan pekerja ke Malaysia dan memberangkatkan ke Singapura nantinya.
Baca juga: Resmi, Anggaran Gugus Tugas TPPO Pindah ke Polisi
Ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI) NTT, John Salmon Saragih, merespon hal ini. Persoalannya, kata John, karena negara kurang membuka kran business to business (B to B) selain dengan Malaysia saja.
“Yang enak-enak diambil. Malaysia memang terkenal susah dari dulu. Saudi Arabia juga susah. Yang enak itu Jepang, Korea tapi itu G to G (government to government) bukan B to B,” tukas dia.
Baca juga : Modus TPPO di NTT, Pakai Jerat Utang Hingga Rekrut Lewat Medsos
Ia menambahkan jumlah pekerja asing di Australia ada 450 ribu orang dan kebanyakan berasal dari Vietnam dan Kamboja tetapi dari Indonesia sedikit yang resmi.
Menurut dia Australia pun sebetulnya lebih memilih warga NTT tetapi ini perlu direspon segera dengan kerja sama city to city.
“Gaji Australia lebih tinggi daripada Malaysia. Australia itu lempar batu sampai tapi kita tidak pernah ada pekerja ke sana,” kata dia. ****