Kupang – Pameran Seni Media SANDU SANGGU merupakan sebuah perjalanan eksplorasi terhadap tiga konsep yang sangat terkait dengan alat musik Sasandu.
Sandu Sanggu sendiri merupakan istilah bahasa Rote. Sandu merujuk pada getaran dan Sanggu yang berarti badai. Sandu Sanggu mencerminkan getaran yang menghasilkan badai.
Kisah penciptaan alat musik dari Rote itu pun erat dengan Sangguana Nalle, sosok terkenal dari Rote Thie. Sangguana menjadi titik temu berbagai versi cerita asal mula Sasandu.
Baca juga : Sasando dan Lontar yang Menyimpan Sejumlah Cerita
Sejarawan Matheos Messakh juga mengaitkan munculnya ragam versi cerita ini tak lepas dari sejarah banyaknya nusak di Rote. Tidak saja Sasandu, produk budaya lainnya pun memiliki ragam cerita berbeda.
Kini alat musik yang terbuat dari serat daun lontar ini sudah menjadi simbol warisan musik tradisional Indonesia yang menjajal berbagai panggung internasional.
Sasandu mampu berpadu dengan berbagai budaya dan bahan, bentuknya pun bertransformasi, dulu Sasandu Gong kini muncul Sasandu Elektrik. Sasandu kian berevolusi dengan mempertahankan esensi akar budaya Rote.
Baca juga : Women From Rote Island Raih 4 Piala Citra, Kisah Luka Perempuan NTT
Tujuan pameran ini, papar Ifana Tungga selaku kurator, untuk merekam dan memamerkan cerita asal-usul Sasandu yang dikenal luas namun tersembunyi.
Tujuan lainnya untuk mendorong diskusi seputar Sasandu terkait isu-isu sosial, membuka interaksi publik dan membuat eksperimen dengan produk budaya lokal dalam seni media.
Baca juga : Kisah Tiga Pria Warga Desa Maubesi Jadi Korban Perdagangan Saudara Sendiri
Pameran ini bakal dimulai 21 – 25 November 2023 di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang (bekas gedung Asisten Residen, di samping Gedung Kebaktian Jemaat Kota Kupang). Pameran ini dibuka sejak pukul 17.00 sampai 21.00 WITA.
Pameran SANDU SANGGU jadi bagian dari program XPLORE: New Media Art Incubation bertema Curating After New Media yang diselenggarakan oleh Arcolabs dengan dukungan Goethe-Institut Indonesia.
Baca juga : Alumni Santa Ursula Jakarta Gelar Pameran Lukisan untuk Perempuan NTT
Penyelenggaraannya didukung juga oleh SkolMus Multimedia Untuk Semua, de Museum Cafe JKK, dan Timore Art Graffiti.
Adapun karya-karya di pameran ini juga berasal dari seniman dan kolaborator muda NTT seperti Felzip Pandi (Ilustrasi Digital dan Animasi), Vickram Sombu (Fotografi), Lif Haning (Instalasi Audio), juga kolaborator yaitu Agri Oematan (Programmer). ***