• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, Oktober 19, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Sorotan

Pelayanan Publik di Kota Kupang Abaikan Difabel

Rita Hasugian by Rita Hasugian
4 tahun ago
in Sorotan
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Seorang-difabel-mendapat-vaksin-pada-Sabtu-28-Agustus-2021-di-Kota-Kupang-NTT.(Ra-KatongNTT.com)

Seorang-difabel-mendapat-vaksin-pada-Sabtu-28-Agustus-2021-di-Kota-Kupang-NTT.(Ra-KatongNTT.com)

0
SHARES
209
VIEWS

Difabel atau orang dengan kebutuhan khusus di Kota Kupang belum menjadi prioritas dalam berbagai jenis pelayanan publik. Yafas Lay selaku Ketua Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas untuk Inklusi (GARAMIN) NTT menyampaikan ini pada Sabtu, 28 Agustus 2021.

GARAMIN NTT sedang melakukan vaksinasi tahap kedua bagi gelombang pertama di halaman Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

BacaJuga

Jalan rusak parah di Desa Natarmage, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT (Yohanes Fandi/KatongNTT)

Antara Jalan Rusak, Gagal Panen, Obat Kosong dan Semarak Kemerdekaan

18 Agustus 2025
Kampung adat Ratenggaro di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT (Dok.Antara)

Bukan Hanya Soal Dipalak: Belajar dari Ribut-ribut Jajago di Sumba

23 Mei 2025

Yafas menyoroti fasilitas untuk difabel di kantor pelayanan publik dan kesehatan seperti jalur khusus bagi pengguna kursi roda, pendamping tuna rungu dantuna wicara.

Hal ini sering tidak ditemui di fasilitas kesehatan, pendidikan, tempat ibadah. Tidak hanya puskesmas tetapi juga kantor lurah, kantor camat dan lain semacamnya.

“Belum ada akses bidang miring misalnya. Namanya fasilitas publik harus merangkap semua difabel,” kata Yafas.

Proses perencanaan bangunan khsususnya bagi sektor pelayanan publik diharapkan perlu merangkum kebutuhan khusus bagi para difabel.

Difabel juga bagian dari masyarakat, kata dia, namun pemahaman tentang difabel belum merata di masyarakat secara keseluruhan.

Masyarakat cenderung mencap difabel sebagai orang cacat yang yang tidak dapat berbuat apa-apa, termasuk untuk pengurusan administrasi di kelurahan atau kecamatan.

“Pemahaman yang ada di masyarakat itu yang difabel tenang di rumah tapi kebanyakan juga tidak ada yang sampai ke rumah difabel juga,”ujar Yafas.

Aksesibilitas ini juga tidak hanya bagi masyarakat yang datang ke kantor pelayanan publik. Tetapi juga demi pelayan publik dengan kondisi disabilitas maupun ibu hamil. Ia menyebut semua punya hak yang sama dengan warga lainnya.

“Konsep orang yang cacat harus dibantu, dikasihani, bukan itu. Tetapi kami harapkan kita punya hak yang sama dalam mengakses kebutuhan kita, partisipasi kita, dengan cara yang berbeda,” kata dia.

Contoh lainnya seperti pendampingan bagi keluarga difabel agar mudah memiliki indentitas diri dan dokumen kependudukan seperti KTP.

Peran pemerintah tingkat kelurahan dan desa, ujarnya, adalah perlu memantau warga termasuk yang disabilitas memenuhi hak-hak seperti itu.

Yafas pernah menemukan seorang ibu di Kelurahan Maulafa dengan profesi tukang cuci pakaian memiliki lima anak disabilitas mental. Namun hanya dua yang terdaftar BPJS Kesehatan.

Pihaknya saat survei itu berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk menindaklanjuti kebutuhan itu.

“Ketua RT misalnya kalau tahu hal ini maka perlu menjadikan ini prioritas untuk ditindaklanjuti,” kata dia.

GARAMIN NTT pada Sabtu itu memberikan vaksinasi kepada 52 orang difabel yang terdaftar.

Sebelumnya mereka berencana membuat kegiatan di Rumah Jabatan Gubernur NTT. Namunkarena kondisi tempat yang tidak memungkinkan, seperti adanya parit terbuka dan lainnya, mereka lalu pindah ke halaman Kantor TP PKK yang lebih ramah bagi disabilitas. (Ra)

Tags: #Difabel#GaraminNTT#Kotakupang#Pelayananpublik
Rita Hasugian

Rita Hasugian

Baca Juga

Jalan rusak parah di Desa Natarmage, Kecamatan Waiblama, Kabupaten Sikka, NTT (Yohanes Fandi/KatongNTT)

Antara Jalan Rusak, Gagal Panen, Obat Kosong dan Semarak Kemerdekaan

by Difan Fandi
18 Agustus 2025
0

Desa Natarmage - Pagi itu, saya berangkat dari Desa Pruda menuju Natarmage, Kecamatan Waiblama, untuk mengikuti perayaan HUT RI ke-80...

Kampung adat Ratenggaro di Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT (Dok.Antara)

Bukan Hanya Soal Dipalak: Belajar dari Ribut-ribut Jajago di Sumba

by PriyaHusada
23 Mei 2025
0

Ketika video viral tentang wisatawan merasa dipalak di Ratenggaro bikin geger, NTT dihadapkan lagi pada pertanyaan lama: Apakah kita sudah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati