• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Selasa, November 18, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Pekerja Migran & Perdagangan Orang

Pemimpin ASEAN Diminta Mendesak Vietnam Bertanggung Jawab atas 7 ABK WNI Hilang

Rita Hasugian by Rita Hasugian
3 tahun ago
in Pekerja Migran & Perdagangan Orang
Reading Time: 3 mins read
A A
0
0
SHARES
107
VIEWS

Mengapa kapten, mandor, dan ABK yang semuanya warga Vietnam ditemukan hidup di dalam kapal, tapi 7 ABK Indonesia tidak ditemukan di kapal tersebut.

Kupang – Para pemimpin ASEAN diminta untuk mendesak Vietnam untuk bertanggung jawab atas 7 anak buah kapal (ABK) warga Indonesia yang  hilang di laut Mauritius, Afrika.

BacaJuga

Gubernur NTT Melki Laka Lena membacakan Deklarasi Bersama Pencegahan dan Pemberantasan Penempatan PMI Ilegal dan TPPO di aula kantor Gubernur NTT, Rabu, 06 Agustus 2025. (Riandi Kore/KatongNTT)

Cegah TPPO di NTT: Deklarasi Bersama, Migrant Centre, dan Desa Migran Emas

8 Agustus 2025
Ilustrasi kapal nelayan rusak diterpa badai. (Dok. KatongNTT.com)

Memberangus Penyelundupan Manusia : Sindikat Manfaatkan Celah dan Perluas Area Operasi

6 September 2025

Permintaan itu disampaikan 3 dari 7 orang tua ABK WNI yang hilang 24 Agustus 2021 di perairan Mauritius.

“Kami keluarga korban 7 ABK WNI yang hilang di Perairan Mauritius  memohon kepada Bapak dan Ibu pimpinan ASEAN agar mendesak pemimpin negara yang warganya tersangkut masalah hilangnya 7 ABK WNI supaya ikut bertanggung jawab mengenai kasus ini,” kata Gabriel Ulu Tunabenani, 59 tahun kepada KatongNTT.com, Sabtu, 6 Mei 2023.

Gabriel, 59 tahun merupakan ayah dari ABK bernama Petrus Crisologus Tunabebani.  Sebelum dinyatakan hilang anaknya sempat mengirimkan melalui Whatsapp foto wajahnya dibacok mandor di dalam kapal.

Baca juga: Kisah Orangtua Cari 7 ABK Hilang di Mauritius dan Urus Akte Kematian

Gabriel yang menerima foto itu kaget dan sangat khawatir dengan hidup anaknya. Beberapa menit setelah menerima foto, Petrus tidak dapat lagi dihubungi.

Dua orang tua ABK lainnya adalah Brigita Telik, 55 tahun dan Wawan Agus Kuswanda, 55 tahun. Brigita kehilangan anaknya bernama Klaudius Ukat. Wawan yang tinggal di Ciamis, Jawa Barat kehilangan anaknya, Dadan.

Ketiganya meminta supaya kapten kapal warga Vietnam bertanggung jawab sepenuhnya atas 7 ABK WNI yang dinyatakan Polisi Mauritius hilang pada 24 Agustus 2021.

Mereka juga menuntut pertanggungjawaban mandor yang disebut Petrus membacok wajahnya.

Selain itu, ketiga orang tua korban menuntut pertanggungjawaban semua ABK warga Vietnam yang hidup dan berada dalam kapal saat ditemukan polisi Mauritius.

Beberapa saat sebelum peristiwa itu terjadi, kapal ikan Weifa berbendera Taiwan sedang bersandar di pelabuhan Mauritius. Kapal itu berisikan kapten dan mandor berwarga negara Vietnam. Para ABK terdiri dari warga Vietnam dan Indonesia.

Terjadi cekcok, kapal pun dibawa lari ke tengah laut hingga ditemukan polisi Mauritius dengan kondisi 7 ABK WNI tidak ada lagi di dalam kapal. Namun kapten, mandor, dan ABK yang kesemuanya warga Vietnam ada di dalam kapal.

Kepolisian Mauritius kemudian mengeluarkan surat nomor OB 439/2021 dan nomor 451/2021 tanggal 24 Agustus 2021 yang menyatakan 7 ABK WNI hilang.

Wajah Petrus Crisologus Tunabenani diduga terkena benda tajam. Petrus adalah salah satu dari 7 ABK yang hilang di perairan Mauritius
Wajah Petrus Crisologus Tunabenani diduga terkena benda tajam. Petrus adalah salah satu dari 7 ABK yang hilang di perairan Mauritius

Baca juga: Padma: Pemerintah Bertanggungjawab Umumkan Resmi Nasib 7 ABK Hilang di Mauritius

Namun, tidak ada penjelasan kepada keluarga 7 ABK WNI tentang hasil pemeriksaan terhadap kapten, mandor, dan ABK yang kesemuanya warga Vietnam itu.

“Kami mohon kepada Bapak Presiden Republik Indonesia agar pertanyakan kasus ini terhadap negara ASEAN yang warganya terlibat dalam kasus ini supaya bertanggung jawab,” ujar Gabriel.

Keluarga 7 ABK WNI ini sudah menyurati sejumlah lembaga yang dinilai berwenang dan dapat membantu mencari tahu keberadaan mereka. Namun tidak ada jawaban yang memuaskan mereka.

Terakhir mereka melayangkan surat ke Badan Antar Pemerintah ASEAN untuk Hak Asasi Manusia (AICHR) pada 3 Mei 2023.

KatongNTT.com mengirimkan surat 3 orang tua dari 7 ABK WNI yang hilang ke perwakilan Badan Antar Pemerintah ASEAN untuk HAM, Yuyun Wahyuningrum pada 3 Mei 2023.

Yuyun menjelaskan surat tersebut sudah dikirim ke Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri untuk ditindaklanjuti.

“Penanganan WN memang dilakukan oleh pemerintah yang bersangkutan. Kalau di level ASEAN lebih pada kebijakan regional,” kata Yuyun kepada KatongNTT.com, Senin 8 Mei 2023.

Klaudius-Ukat-satu-dari-7-ABK-Hilang-di-Perairan-Mauritius (Katongntt)
Klaudius Ukat satu dari 7 ABK hilang di Perairan Mauritius, Afrika pada Agustus 2021. (KatongNTT.com)

Baca juga: Indonesia Jadi Ladang Perekrutan ABK Bergaji Murah

Mereka bertanya mengapa kapten, mandor, dan ABK yang semuanya warga Vietnam ditemukan hidup di dalam kapal, tapi 7 ABK Indonesia tidak ditemukan di kapal tersebut.

“Kenapa mereka yang selamat tidak ditanya kemana anak-anak kami. Mengapa kami tidak diberi akses untuk tanya mereka,” ujar Gabriel beberapa waktu lalu kepada KatongNTT.com.

Herannya lagi, kata Gabriel, perusahaan yang mempekerjakan 7 ABK WNI itu tidak membayar hak-hak anak mereka sesuai surat perjanjian kontrak kerja.

Gabriel menerima Rp 250 juta sebagai klaim asuransi kematian anaknya, Petrus dari PT Lumbung Artha Segara. Brigita juga menerima Rp 250 juta sebagai klaim asuransi jiwa anaknya, Klaudius dari  PT Ade Marina Nusantara.

Adapun 5 ABK lainnya masing-masing menerima Rp 500 juta untuk klaim asuransi kematian atas nama Anton Pradana, Dadan, Gali Chandra Kusuma, Muhamad Jafar, dan Rudi Herdiana.

Sedangkan dalam surat Kepolisian Mauritius, ke 7 ABK WNI dinyatakan hilang (port missing). (Rita Hasugian)

 

Tags: #7ABKHilang#AICHR#ASEAN#KlaudiusUkat#Pekerjamigranindonesia#PetruscrisologusTunabenani
Rita Hasugian

Rita Hasugian

Baca Juga

Gubernur NTT Melki Laka Lena membacakan Deklarasi Bersama Pencegahan dan Pemberantasan Penempatan PMI Ilegal dan TPPO di aula kantor Gubernur NTT, Rabu, 06 Agustus 2025. (Riandi Kore/KatongNTT)

Cegah TPPO di NTT: Deklarasi Bersama, Migrant Centre, dan Desa Migran Emas

by Rita Hasugian
8 Agustus 2025
0

Kupang - Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Melki Laka Lena menegaskan bahwa persoalan Pekerja Migran Indonesia (PMI) ilegal dan Tindak...

Ilustrasi kapal nelayan rusak diterpa badai. (Dok. KatongNTT.com)

Memberangus Penyelundupan Manusia : Sindikat Manfaatkan Celah dan Perluas Area Operasi

by Rita Hasugian
6 September 2025
0

Pengantar: Kejahatan penyelundupan manusia (people smuggling) di Provinsi Nusa Tenggara Timur teridentifikasi marak sejak tahun 2000-an. Kejahatan ini telah melibatkan...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati