Siapa sangka Paus Leo XIV dalam sejarah Gereja Katolik Roma bukan bangsawan, bukan professor tapi mantan guru matematika dari Chicago Selatan yang pernah bilang “tidak” ke Harvard Law. Ini kemungkinan demi melayani orang miskin di pelosok Peru.
Berikut ini 9 fun facts soal Paus Leo XIV yang bakal bikin kamu berkata, “Wow, ini Paus rasa indie-film!”
1. Paus XIV Tolak Harvard Law School Demi Jadi Misionaris di Peru .
Robert Francis Prevost (nama lahir Paus Leo XIV) tahun 1975 diterima di Harvard Law School. Tapi dia malah bilang “nggak, makasih” dan memilih tinggal di desa miskin pegunungan Andes, Peru. Bukan karena dia gagal tapi karena dia terpanggil. Siapa bilang panggilan hidup nggak bisa plot twist?
2. Pindah ke Desa Tanpa Jalan, Air, atau Sinyal.
Nggak main-main, Prevost tinggal di desa yang bahkan nggak ada jalannya. Untuk bantu orang sakit, dia bawa mereka naik keledai berjam-jam demi cari pengobatan. Kadang dia tidur di lantai tanah dan ngajar anak-anak tanpa sepatu di bawah atap bolong. Ini bukan film dokumenter—ini kenyataan.
Baca juga: Konklaf Pilih Kardinal Warga AS Pimpin Umat Katolik Sedunia
3. Fasih bahasa Quechua, Bahasa Kuno Suku Inca.
Banyak orang Amerika Latin aja nggak bisa Quechua, tapi Paus Leo XIV lancar banget. Bahasa ini bukan cuma alat komunikasi, tapi juga simbol identitas masyarakat adat. Bayangin seorang bule Chicago pidato misa dalam Quechua… dan umatnya menangis.
4. Pernah Berjalan 8 Jam untuk Membawa Bantuan.
Ketika banjir besar melanda wilayah utara Peru, Prevost nggak tinggal diam. Dia berjalan kaki selama 8 jam melewati lumpur dan medan berat untuk membawa makanan dan obat-obatan ke desa-desa yang terisolasi. Warga setempat menjulukinya “Santo dari Utara” karena dedikasinya yang luar biasa.
5. Bantu Beli Pabrik Oksigen Saat Pandemi COVID-19.
Selama pandemi, banyak rumah sakit di Peru kekurangan oksigen. Sebagai Uskup Chiclayo, Prevost memimpin inisiatif untuk membeli pabrik oksigen guna menyelamatkan nyawa pasien. Aksinya ini menunjukkan kepemimpinan yang responsif dan penuh empati.
6. Paus XIV Tetap Menyimpan Janji pada Peru
Walau sekarang beliau adalah seorang Paus bagi 1,4 miliar pemeluk Katolik tapi dalam wawancara terakhir sebelum konklaf, Paus XIV berjanji: “Saya tak akan melupakan mereka.” Banyak yang percaya, bila waktunya tiba, ia akan kembali bukan sebagai pemimpin dunia, tapi sebagai saudara tua yang berjalan kaki membawa kabar baik, seperti dulu.

Baca juga: Paus, Roh Kudus, dan Akal Sehat yang Disandera
7. Belajar Cinta Kasih dari Ibunya—sejak Umur 8 Tahun
Saat kecil di Chicago, Robert kecil sering terlihat berjalan cepat ke gereja sebelum matahari terbit, mengenakan jubah misdinar yang sedikit kebesaran. Prevost tak pernah mengeluh soal bangun pagi—karena yang mengantarnya setiap minggu adalah ibunya sendiri, seorang relawan aktif di paroki yang dikenal ramah tapi tegas. Suatu hari, saat seorang tunawisma duduk di luar gereja, ibunya berhenti, menyerahkan sarung tangannya, dan berkata, “Gereja itu rumah semua orang.” Sejak saat itu, Prevost tahu: kasih itu bukan wacana, tapi tindakan nyata—bahkan dalam hal sekecil sarung tangan di musim dingin.
8. Hobi Main Tenis dan Dukung Klub Sepak Bola Peru
Di waktu luangnya, Paus Leo XIV suka main tenis dan mengikuti pertandingan sepak bola. Selama tinggal di Peru, dia menjadi pendukung setia klub Alianza Lima. Hobi-hobinya ini menunjukkan sisi manusiawi dan kedekatannya dengan budaya lokal.
9. Paus XIV Pakai Sandal Lama dan Tolak Kemewahan
Meskipun kini menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Leo XIV tetap hidup sederhana. Dia masih memakai sandal lamanya dan menolak fasilitas mewah. Sikapnya ini mencerminkan komitmennya terhadap kesederhanaan dan pelayanan. [*]