• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Kamis, Oktober 30, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Bisnis

Perubahan Iklim, Limbah Makanan dan Pangan Berkelanjutan di Flores Barat

Tim Redaksi by Tim Redaksi
2 tahun ago
in Bisnis
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Perubahan Iklim, Limbah Makanan dan Pangan Berkelanjutan di Flores Barat

Para milenial peserta Festival Golo Koe di Labuan Bajo, Manggarai Barat.

0
SHARES
157
VIEWS

Manggarai Barat – Dampak perubahan iklim semakin parah, termasuk mengancam ketahanan pangan. Perubahan pola hujan, kenaikan permukaan air laut, dan kejadian cuaca ekstrem berdampak pada pertanian.

Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI, Puji Sumedi, mengatakan untuk menghadapi tantangan global itu perlu tindakan nyata, salah satunya melalui aksi iklim nyata di tingkat lokal.

BacaJuga

Produk olahan hasil laut NTT oleh UMKM CV Elitism di Kupang Exotic Festival 2025 di halaman kantor Gubernur NTT, 26 Juni 2025. (Rita Hasugian/KatongNTT)

UMKM NTT Mulai Olah Hasil Laut Jadi Produk Unggulan

29 Juni 2025
Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

12 September 2024

Dia menuturkan rangkaian kegiatan masyarakat sipil saat Festival Golo Koe di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, bertujuan membangun pemahaman publik khususnya generasi muda lokal tentang dampak perubahan iklim dan kaitannya pada lingkungan dan ketahanan pangan.

“Kami berharap kegiatan ini dapat membangun pola pikir generasi muda yang berorientasi pada budaya pangan lokal yang ekologis dan ekonomi berkelanjutan,” kata Puji.

Festival pada 10-15 Agustus 2023 itu melibatkan koalisi masyarakat sipil diantaranya Yayasan KEHATI, Koalisi Pangan Baik, Hivos, VCA, dan Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP).

Baca : El Nino, Pangan Lokal, Bapanas, dan Cium Nasi Putih

Selanjutnya, Koalisi Food and Land Use (FOLU) Indonesia-World Resources Institute (WRI) bekerja sama dengan Keuskupan Ruteng dan Kantor Utusan Khusus Presiden Bidang Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan serta Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI. Terdaftar lebih dari 500 anak muda dari tiga wilayah (Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur) yang tergabung dalam Orang Muda Katolik (OMK) mengikuti rangkaian kegiatan Festival Golo Koe di tahun ini.

Rangkaian kegiatan dimulai dengan melakukan kegiatan penanaman bibit mangrove dan bersih-bersih pantai pada 11 Agustus 2023. Selanjutnya, seminar dan talkshow di Aula Paroki Wae Sambi.

Hadir saat sebagai keynote speaker yaitu Utusan Khusus Kepresidenan (UKP) Bidang Kerjasama Pengentasan Kemiskinan dan Ketahanan Pangan, Muhamad Mardiono; Direktur The Climate Reality Project Indonesia, Amanda Katili Niode PhD dengan topik bahasan mengarusutamakan perubahan iklim global ke konteks lokal.

Baca : Edisi Perempuan NTT: Potret Buram Kemiskinan, Para Perempuan Kehilangan Anaknya

Selain itu, Romo Inno Sutam membahas topik penerapan Laudato Si dalam mendorong aksi iklim, pangan, dan ekonomi berkelanjutan. Dia memandang kontribusi agama dalam menyelesaikan persoalan perubahan iklim semakin relevan. Mengutip pernyataan Paus Fransiskus dalam Laudato Si, Romo Inno menyatakan bumi kita dalam krisis. Ensiklik kedua Paus ini mengkritik konsumerisme, pembangunan yang tidak terkendali, kerusakan lingkungan, dan pemanasan global.

Baca : Laku Tobe, Tumpeng Singkong dari Timor

Romo Inno berharap generasi muda Katolik dapat menjadi penggerak ketahanan pangan lokal dan ekonomi berkelanjutan yang berbudaya dan berkeadilan iklim.

Mardiono pada keynote speech-nya mengajak peserta mengampanyekan program makan sehat cukup gizi dan cukup porsi. Kampanye ini bertujuan mendorong gaya hidup sehat dan mencegah terjadinya sampah makanan.

Program lain adalah belanja dengan bijak untuk mengurangi perilaku konsumtif masyarakat terutama kelas menengah atas, serta program berbagi untuk mengurangi volume makanan yang akan kadaluarsa dan terbuang. Permasalahan sampah makanan (food waste) menjadi ironi di tengah perjuangan beberapa daerah membangun ketahanan pangan.

Menurut hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) bersama sejumlah lembaga, Indonesia membuang sampah makanan 23-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019 atau setara 115-184 kilogram per kapita per tahun. Kerugian ekonomi sebesar Rp 213-551 triliun per tahun atau setara 4-5 persen PDB Indonesia per tahun.

Baca : Novilia, Pelaku UMKM di Oebelo Tertatih Cari Pasar Camilannya

Secara sosial, kehilangan ini setara dengan kandungan energi untuk porsi makan 61-125 juta orang per tahun. Secara ekologi food waste menyumbang 8-10% emisi gas rumah kaca.

Permasalahan ini diharapkan berangsur-angsur terselesaikan melalui pelibatan generasi muda. Sebagai agen perubahan, peranan generasi muda sangat penting untuk mempengaruhi tindakan individu, masyarakat, dan pemerintah menghadapi tantangan perubahan iklim.

Kepala Sekretariat FOLU Indonesia, Gina Karina, mengatakan sebagai pemimpin masa depan, generasi muda harus terlibat aktif dalam transformasi menuju sistem pangan yang berkelanjutan.

Ia mengajak anak-anak muda NTT dan Indonesia untuk berpartisipasi dalam kompetisi Gen-Z for Sustainable Food System (GSFS) 2023 yang sedang diselenggarakan.

“Para peserta terpilih nantinya akan berkesempatan magang bersama organisasi masyarakat sipil serta berkontribusi langsung terhadap ketahanan pangan Indonesia,” ujar Gina.

Generasi muda harus berjejaring, berkolaborasi, dan menghadirkan gerakan yang lebih besar dalam menghadapi isu perubahan iklim, tambahnya. Kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan deklarasi oleh anak muda sekaligus peluncuran gerakan stop boros pangan dan ekonomi sirkular.

Pojok Dapur Mama

Selepas seminar di Aula Wae Sambi, peserta dimanjakan dengan sajian 1.700 gelas kopi dan minuman rempah, serta 1.700 olahan pangan lokal khas Manggarai Raya di area Pojok Dapur Mama.  Tidak sekedar untuk melepas rasa lapar dan dahaga, dalam penyajiannya Pojok Dapur Mama tidak menyediakan makanan berbahan baku terigu dan disajikan tanpa plastik.

“Pesan bahwa masyarakat NTT memiliki ketahanan pangan yang tangguh melalui pemanfaatan potensi pangan lokal yang ramah lingkungan, dan rendah emisi,” kata Said Abdullah, Koordinator Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan.

Direktur Program Yayasan KEHATI, Rony Megawanto, mengatakan kehadiran narasumber dalam kegiatan itu memberikan perspektif perubahan iklim lengkap. Mulai dari aksi lokal, nasional, sampai solusi perubahan iklim di tingkat global.

KEHATI akan terus mendorong program adaptasi perubahan iklim, salah satunya melalui aksi lokal oleh masyarakat seperti mengonsumsi pangan lokal, termasuk sorgum. ***(Markus M)

Tags: #Festival#Golo Koe#Iklim#KehatiPangan
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Produk olahan hasil laut NTT oleh UMKM CV Elitism di Kupang Exotic Festival 2025 di halaman kantor Gubernur NTT, 26 Juni 2025. (Rita Hasugian/KatongNTT)

UMKM NTT Mulai Olah Hasil Laut Jadi Produk Unggulan

by Rita Hasugian
29 Juni 2025
0

Di tengah laut biru dan pantai berpanorama indah, potensi ekonomi dari hasil laut di Nusa Tenggara Timur masih tersembunyi di...

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

by Rita Hasugian
12 September 2024
0

Boleh jadi kita tidak pernah terlintas cari tahu tentang jenis jagung yang kita konsumsi, apakah berasal dari bibit jagung lokal...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati