• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Selasa, November 18, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Perempuan dan Anak

Berita Femisida di Media Minim Perspektif Korban

Kompas.com, Detik.com, dan Suara.co lebih banyak menampilkan sensasi ketimbang konteks struktural kekerasan terhadap perempuan.

Rita Hasugian by Rita Hasugian
7 bulan ago
in Perempuan dan Anak
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Dipicu Cemburu, Suami Bakar Istri Disaksikan Anaknya

Mbati Mbana, 41 tahun, meninggal pada Minggu, 1 Desember 2024 jam 13.13 WITA di ruang ICU RSUD Prof Dr WS Johannes Kupang akibat luka dibakar suaminya, Gabriel Sengkoen. (Rita Hasugian/KatongNTT.com)

0
SHARES
84
VIEWS

 Kupang – Pemberitaan femisida di media masih minim perspektif korban di tengah jumlah kasus yang semakin meningkat. Penggunaan bahasa yang sensasional seperti “tragis,” “sadis,” atau “mengenaskan” pun masih kerap ditemukan dalam laporan-laporan ini.

Selain itu, identitas korban dan keluarganya juga banyak dibongkar, mencakup nama lengkap, alamat tempat tinggal, hingga foto pribadi. Padahal, pengungkapan ini tidak hanya melanggar privasi, tetapi juga berpotensi menimbulkan trauma berulang bagi keluarga korban.

BacaJuga

Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur menjalani sidang putusan perkara pencabulan dan persetubuhan tiga anak di pengadilan negeri kupang, 21 Oktober 2025. (rita hasugian/katongntt)

Laporan Kejahatan Seksual Anak Meningkat di Dunia, Indonesia di Urutan Empat

5 November 2025
data hiv/aids di kabupaten sikka, ntt.

Kisah Penyintas HIV/AIDS di Sikka Takut Anaknya Didiskriminasi Masyarakat

19 September 2025

Baca juga: Femisida di NTT, Saksi Ungkap Penganiayaan Sadis Albert Solo terhadap Istrinya, Maria Mey

Magdalene, melalui pemantauan media yang dilakukan pada 14–31 Januari 2025, menemukan, pemberitaan dari tiga portal berita utama—Kompas.com, Detik.com, dan Suara.com—lebih banyak menampilkan sensasi ketimbang konteks struktural kekerasan terhadap perempuan.

Dari total 193 berita yang dianalisis, sebanyak 185 berita (95,3 persen) menulis femisida sebagai pembunuhan biasa yang bersifat sporadis, tanpa menjelaskan konteks sosial, budaya, atau struktural yang menjadi akar kekerasan. Sebanyak 109 berita (56,2 persen) memuat identitas korban, dengan Kompas.com menjadi media yang paling banyak membuka identitas ini.

Dalam hal pemilihan narasumber, 124 berita (64,5 persen) hanya mengutip pernyataan aparat penegak hukum. Tidak sedikit berita yang memberikan porsi besar pada narasi pelaku, bahkan ada yang menyampaikan pembelaan dari pelaku itu sendiri.

Minimnya kontekstualisasi dan kurangnya suara dari organisasi advokasi atau akademisi yang memahami isu kekerasan berbasis gender memperparah narasi. Hal ini membuat publik gagal memahami bahwa femisida bukan sekadar tragedi individual, tetapi bagian pola kekerasan sistemik dan berakar pada ketimpangan gender.

Sebagaimana diungkapkan peneliti Jane Caputi dan Diana E.H. Russell dalam Femicide: The Politics of Woman Killing (1992), media yang gagal membingkai kekerasan terhadap perempuan sebagai kejahatan struktural, turut berkontribusi pada rendahnya kepedulian sosial dan lambatnya perubahan kebijakan.

Baca juga: Dipicu Cemburu, Suami Bakar Istri Disaksikan Anaknya

Pemimpin Redaksi Suara.com, Suwarjono mengatakan hasil pemantauan Magdalene menjadi bahan evaluasi internal newsroom. Evaluasi mengenai pentingnya memenuhi Kode Etik Jurnalistik, kode perilaku, dan pedoman media siber mengenai khususnya pemberitaan tentang perempuan dan anak.

Pemimpin Redaksi Kompas.com, Amir Sohirin menjelaskan, dia perlu membaca hasil penelitian Magdalene secara keseluruhan terlebih dahulu.

Begitupun menurut Amir, penelitian seperti yang diselenggarakan Magdalene sangat dibutuhkan oleh pers untuk dijadikan pembelajaran bersama.

“Apa yang harus dilakukan setelah penelitian? Apakah hanya berhenti di penelitian dan seminar saja? Ataukah perlu ada follow up agar hasil penelitian punya impacts buat dunia pers? Saya menantikan ini,” kata Amir kepada KatongNTT, 23 April 2025.

Memahami Femisida

Femisida, atau pembunuhan perempuan karena gendernya, merupakan kekerasan berbasis gender yang paling ekstrem. United Nations Entity for Gender Equality and the Empowerment of Women (UN Women) mendefinisikan femisida sebagai manifestasi paling ekstrem dari ketidaksetaraan gender dan kekerasan terhadap perempuan yang terus meningkat di berbagai belahan dunia.

UN Women melalui akun Instagramnya menyebutkan tak ada satu negarapun yang bebas dari femisida. Bagaimana dengan Indonesia?

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat 290 kasus femisida sepanjang 2024, menjadikannya tahun kedua tertinggi dalam lima tahun terakhir.

Baca juga: Kasus Petani Bunuh dan Mutilasi Istri di Malaka Nyaris Tak Terdengar, Apa Kabarnya?

Magdalene mengajak kawan-kawan media untuk bertanggung jawab dalam melaporkan femisida dengan perspektif yang berpihak pada korban. Salah satunya dengan berhenti menggunakan bahasa sensasional, tidak mengungkap identitas korban, serta mengedepankan narasumber yang kompeten dalam isu kekerasan terhadap perempuan.

Magdalene sendiri akan merilis rangkaian liputan mendalam mengenai femisida, baik berupa artikel maupun video selama empat minggu, dimulai pada 21 April 2025. Saban minggunya, laporan akan mengangkat sudut pandang berbeda, termasuk dinamika pemberitaan, tantangan pendampingan, hingga kebijakan yang mendesak untuk dibenahi. Seluruh laporan dapat diakses di laman Magdalene.co. [*]

Tags: #Detik#Femisida#KodeEtikJurnalistik#komnasperempuan#Kompas.com#Magdaleneid#Media#Suara.com#UNWomencom
Rita Hasugian

Rita Hasugian

Baca Juga

Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur menjalani sidang putusan perkara pencabulan dan persetubuhan tiga anak di pengadilan negeri kupang, 21 Oktober 2025. (rita hasugian/katongntt)

Laporan Kejahatan Seksual Anak Meningkat di Dunia, Indonesia di Urutan Empat

by Rita Hasugian
5 November 2025
0

Kupang – Fajar Widyadharma Lukman Sumaatmaja, eks Kapolres Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur telah memanfaatkan situs tertutup (dark web) dan...

data hiv/aids di kabupaten sikka, ntt.

Kisah Penyintas HIV/AIDS di Sikka Takut Anaknya Didiskriminasi Masyarakat

by Difan Fandi
19 September 2025
0

Sikka– Angka kasus HIV/AIDS di Kabupaten Sikka terus meningkat. Berdasarkan data Komite Penanggulangan HIV/AIDS, hingga Februari 2025 tercatat 1.195 kasus...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati