
18 Ribu Ton Beras Bulog Untuk NTT Dalam Perjalanan dari Jawa Timur
Kupang – Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil NTT Eko Yoga Cahyo Utomo mengatakan stok beras secara keseluruhan sebanyak 20 ribu ton. Beras ini aman hingga 4 bulan mendatang. Hanya saja, yang tersedia di gudang Bulog NTT saat ini hanya 2 ribu ton. Sisanya, 18 ribu ton masih dalam pengiriman dari Jawa Timur.
Faktor cuaca menjadi penyebab 18 ribu ton beras belum tiba di gudang Bulog NTT. Beras tersebut dijadwalkan tiba paling lambat April 2023.
“Cuma yang 18 ribu ton itu stoknya masih dalam perjalanan dari Jawa Timur. Harapannya periode Maret-April ini mulai masuk,” kata Eko dalam keterangannya kepada media, Senin 13 Maret 2023.
Baca juga: Stok Beras Bulog Kosong Dua Pekan, Pembeli Beralih ke Premium
Eko menyampaikan ini usai launching Gerakan Operasi Pasar Murah Bersubsidi Kota Kupang di Kantor Bulog Kanwil NTT.
Menurutnya, 2 ribu ton beras yang ada tidak akan langsung disalurkan. Beras tersebut disiagakan untuk situasi bencana alam dan termasuk golongan anggaran. Sehingga tidak digunakan dalam Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Bulog sendiri telah menyalurkan ke Satgas untuk beras SPHP sekitar sebanyak 4 ton. Beras SPHP lini didistribusikan bersama-sama dengan 7 komoditi yang mendapat subsidi dari Bank Indonesia.
Tujuh komoditi yang disediakan ini antara lain minyak goreng, gula, telur, cabai rawit, cabai merah, bawang putih dan bawang merah.
Ia menyebut pasar murah ini direncanakan akan dioperasikan hingga Juni 2023 dengan lokasi yang telah disepakati oleh tim TPID Kota Kupang.
Sedangkan selama periode Januari hingga saat ini, sambung Eko, telah tersalur sebanyak sekitar 10.700 ton di seluruh wilayah NTT.
Bulog juga pada Senin 13 Maret 2023 menyiapkan 100 ton yang dikirimkan ke pengecer. Setiap pengecer mendapatkan masing-masing 1 ton.

Baca juga: Ratusan Mama-mama Berdesakan Berburu Sembako Murah di Kota Kupang
Ia menegaskan para pengecer menjual sesuai dengan ketentuan SPHP agar beras ini dapat sampai ke masyarakat.
“Jangan sampai dijual borongan yang tentunya oleh spekulan dijual dengan harga yang lebih tinggi dari HET. Itu istilahnya sasarannya tidak tepat,” ujarnya.
Bulog telah mencoret pengecer dari daftar penerima beras karena pengecer tersebut menjual beras di atas HET. Langkah ini akan diambil bila pengecer tidak mematuhi ketentuan penjualan beras SPHP.
Para pengecer telah membuat surat pernyataan pada awalnya, kata dia, sehingga tidak diperbolehkan untuk melanggar hal tersebut.
Sistem penjualan hingga dengan dua karung untuk setiap pembeli pun dinilai tidak tepat karena harusnya dijual secara eceran.
“Kalau dijualnya per karung tentunya akan mengurangi hak-hak masyarakat atau konsumen yang lain,” pungkas Eko. (Putra Bali Mula)