• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Senin, November 17, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Opini

Hormati Perempuan Memilih Childfree

Oleh: Asti Melisa, Mahasiswa Prodi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Kupang

KatongNTT by KatongNTT
12 bulan ago
in Opini
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Ilustrasi pernikahan (Pixabay)

Ilustrasi pernikahan. (Pixabay)

0
SHARES
67
VIEWS

Indonesia dengan budaya patriarkinya yang kuat dan norma sosial yang seringkali kaku, telah menempatkan perempuan dalam kotak-kotak yang telah ditentukan.  Salah satu kotak tersebut adalah ekspektasi untuk menjadi seorang ibu yang melahirkan anak. Kenyataannya, semakin banyak perempuan dengan berani memilih untuk tidak memiliki anak (childfree). Ini pilihan yang kerap disambut dengan stigma negatif dan penilaian yang tidak adil.

Baru-baru ini Badan Pusat Statistik tahun 2023 mengeluarkan laporan bertajuk “Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia. BPS menganalisis fenomenam childfree dari sisi maternal dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Fokus survei ini adalah perempuan berusia 15-49 tahun atau usia subur yang pernah kawin, namun belum pernah melahirkan anak serta tidak menggunakan KB. Hasilnya, BPS menemukan ada 8 persen atau sekitar 71 ribu perempuan memilih childfree.

Baca juga: Menteri PPPA: Perempuan dan Anak Target Utama Sindikat Perdagangan Orang

BacaJuga

Tim Badan Gizi Nasional didampingi Kepala SMP Negeri 8 Kota Kupang, Maria Theresia Rosalina Sadinah Lana memberikan penjelasan resmi tentang keracunan massal siswa SMP Negeri 8 Kota Kupang setelah mengkonsumsi makanan bergizi gratis pada 23 Juli 2025. (dok. katongntt).

Membaca Krisis MBG (Negara) dari Pinggir

16 Oktober 2025
Beberapa contoh UMKM di NTT yang disebut Kadis Kemenparekraf sebagai salah satu hal yang bisa menarik wisatawan ke NTT (KatongNTT-Ruth)

Program Dukungan UMKM di Daerah Masih Sebatas Jargon

13 Oktober 2025

Bercermin dari data BPS ini, sudah saatnya kita memahami pilihan ini dengan lebih luas dan menepis stigma yang menghambat kebebasan perempuan. Pilihan untuk childfree, atau tidak memiliki anak, bukanlah sebuah pernyataan melawan alam atau penolakan terhadap peran perempuan.  Ini adalah sebuah pilihan hidup yang didasarkan pada berbagai faktor personal, yang kompleks dan beragam.  Beberapa perempuan mungkin memilih childfree karena alasan karir.  Ambisi profesional dan keinginan untuk mencapai puncak karier dapat menjadi prioritas utama, dan memiliki anak dapat dianggap sebagai hambatan yang signifikan. Investasi waktu, energi, dan sumber daya yang dibutuhkan untuk membesarkan anak dapat menghambat perkembangan karier mereka.

Stigma “egois” yang disematkan kepada perempuan childfree merupakan penghakiman yang dangkal.  Mereka bukan sekadar “tidak mau” memiliki anak, tapi memilih untuk tidak memiliki anak,  setelah mempertimbangkan matang-matang berbagai aspek dalam hidup.  Memilih childfree adalah bentuk emansipasi perempuan yang berani menentukan jalan hidup dan  kebahagiaan  tanpa terikat norma-norma  yang  menekan.

Perempuan childfree bukan berarti  tidak punya empati atau kasih sayang. Justru mereka  memiliki  kepekaan  yang  tinggi  terhadap  kehidupan  dan  memilih  untuk  mencurahkan  kasih  sayang  dan  energi  mereka  pada  hal-hal  lain  yang  mereka  tekuni.  Mereka  bisa  fokus  pada  karir,  hobi,  keluarga  dekat,  atau  aktivitas  sosial  yang  membuat  mereka  bahagia  dan  bermakna.

Baca juga: Divinia Uran, Pebisnis Bunga Buket yang Inspiratif untuk Perempuan NTT

Alasan lain bisa bersifat finansial.  Membesarkan anak di Indonesia, dengan biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan hidup lainnya yang terus meningkat, membutuhkan sumber daya yang besar.  Perempuan yang merasa tidak mampu secara finansial untuk memberikan kehidupan yang layak bagi anak mereka mungkin memilih untuk tidak memiliki anak.  Ini bukan soal ketidakpedulian, melainkan sebuah keputusan yang bertanggung jawab.

Selain itu,  faktor kesehatan fisik dan mental juga berperan penting.  Kehamilan dan persalinan dapat berisiko bagi kesehatan, baik fisik maupun mental.  Perempuan yang memiliki kondisi kesehatan tertentu atau khawatir dengan dampak kehamilan dan persalinan terhadap kesejahteraan mereka mungkin memilih childfree.  Ini bukanlah sebuah kelemahan, melainkan sebuah prioritas terhadap kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri.

Terakhir, dan mungkin yang paling sering diabaikan, adalah faktor pilihan pribadi.  Setiap individu memiliki hak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, termasuk keputusan untuk memiliki atau tidak memiliki anak.

Menghormati pilihan pribadi ini adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan menghargai kebebasan individu.

Stigma negatif terhadap perempuan childfree seringkali muncul dari tekanan sosial dan norma budaya yang telah mapan.  Perempuan seringkali dihadapkan pada pertanyaan yang tidak pantas, bahkan dihakimi dan dianggap egois atau tidak lengkap.  Namun,  kebahagiaan dan kepuasan hidup seseorang tidak ditentukan oleh kehadiran atau ketiadaan anak. Setiap perempuan berhak untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, tanpa harus merasa bersalah atau dihakimi.

Baca juga: Perempuan NTT dalam Lingkaran Kemiskinan Panjang dan Tradisi yang Membebani

Masyarakat  Indonesia  perlu  memahami  bahwa  kebahagiaan  setiap  individu  berbeda.  Terlepas  dari  pilihan  mereka  untuk  memiliki  anak  atau  tidak,  kita  semua  harus  menghormati  kebebasan  dan  hak  asasi  masing-masing  individu  untuk  menentukan  jalan  hidup  mereka  sendiri

Untuk menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan mendukung, kita perlu mengubah cara pandang kita terhadap pilihan childfree.  Kita perlu menepis stigma negatif, menghormati pilihan pribadi, dan memberikan dukungan bagi perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak.  Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi semua perempuan, terlepas dari pilihan hidup mereka.  Perempuan Indonesia, dengan segala pilihannya, pantas untuk dihargai dan dihormati. [*]

Tags: #BPS#Childfree#NTT#Perempuan#Pernikahan
KatongNTT

KatongNTT

Baca Juga

Tim Badan Gizi Nasional didampingi Kepala SMP Negeri 8 Kota Kupang, Maria Theresia Rosalina Sadinah Lana memberikan penjelasan resmi tentang keracunan massal siswa SMP Negeri 8 Kota Kupang setelah mengkonsumsi makanan bergizi gratis pada 23 Juli 2025. (dok. katongntt).

Membaca Krisis MBG (Negara) dari Pinggir

by KatongNTT
16 Oktober 2025
0

MBG (Makanan Bergizi Gratis) adalah program unggulan Presiden Prabowo yang terlalu rapuh. Dengan dana begitu besar, desain program MBG bermasalah...

Beberapa contoh UMKM di NTT yang disebut Kadis Kemenparekraf sebagai salah satu hal yang bisa menarik wisatawan ke NTT (KatongNTT-Ruth)

Program Dukungan UMKM di Daerah Masih Sebatas Jargon

by KatongNTT
13 Oktober 2025
0

Laurensius Bagus, mahasiswa di Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta. (KatongNTT) Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah terus menempatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati