• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Minggu, September 28, 2025
  • Login
Katong NTT
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi
No Result
View All Result
Katong NTT
No Result
View All Result
Home Bisnis

Kerugian Akibat Rabies dan Virus ASF Mendekati Realisasi PAD NTT 2022

Tim Redaksi by Tim Redaksi
2 tahun ago
in Bisnis
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Kerugian Akibat Rabies dan Virus ASF Mendekati Realisasi PAD NTT 2022

Vaksinasi yang dilakukan atas dukungan Australia Indonesia Health Security Partnership (AIHSP).

0
SHARES
261
VIEWS

Kupang – Kerugian ekonomi akibat rabies dan virus African Swine Fever (ASF) pada ternak babi di Nusa Tenggara Timur (NTT) diperkirakan lebih dari Rp 3 triliun. Prediksi kerugian ini sudah mendekati realisasi pendapatan asli daerah (PAD) NTT selama tahun 2022 atau identik dengan target modal dasar Bank NTT pada awal 2024 agar tidak diturunkan statusnya.

Seperti diketahui, dampak dari rabies dan serangan virus pada babi sangat memukul perekonomian masyarakat. Informasi yang dihimpun KatongNTT.com dari sejumlah sumber dan kajian memperjelas kerugian ekonomi tersebut.

BacaJuga

Produk olahan hasil laut NTT oleh UMKM CV Elitism di Kupang Exotic Festival 2025 di halaman kantor Gubernur NTT, 26 Juni 2025. (Rita Hasugian/KatongNTT)

UMKM NTT Mulai Olah Hasil Laut Jadi Produk Unggulan

29 Juni 2025
Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

12 September 2024

Baca : Mindset “Pemadam Kebakaran” Mengatasi Serangan Rabies di NTT

Untuk rabies saja, kerugian ekonomi dalam 25 tahun terakhir diprediksi lebih dari Rp 600 miliar. Sejak tahun 1998, rabies sudah endemik di NTT. Sedangkan kerugian akibat serangan virus demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) juga diperkirakan lebih dari Rp 2,5 triliun.

Baca : Rabies di NTT, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia Turun Tangan

“Rabies telah menulari NTT sejak tahun 1998. Hampir 50% total kerugian merupakan biaya vaksinasi manusia paska gigitan anjing tersangka rabies. Vaksinasi pasca gigitan memang 100% dapat mencegah munculnya gejala rabies pada manusia. Namun, vaksinasi pasca gigitan jauh lebih mahal jika tanpa dibarengi vaksinasi pada populasi anjing,” ujar pakar epidemiologi dan ekonomi kesehatan hewan, Ewaldus Wera, pekan lalu.

Dikatakan, rata-rata di NTT mencapai 10.000 kasus gigitan setiap tahun. Sebagian besar, bahkan hampir semua kasus gigitan mendapat vaksin antibodi dengan total biaya Rp 10 miliar. Jumlah ini dengan asumsi Rp 1 juta per pasien. Kemudian biaya transportasi dan waktu kerja yang hilang diperkirakan sekitar Rp 25 miliar per tahun.

Baca : 666 Kasus Gigitan Anjing Terjadi di TTS Pasca KLB Rabies

Sementara itu, serangan virus demam babi Afrika di NTT hingga akhir 2022 lalu menimbulkan kerugian mencapai Rp 2,3 triliun. Prediksi tersebut belum termasuk serangan ASF selama 2023 dan kerugian karena terhentinya sejumlah mata rantai terkait perdagangan babi.

Data yang dikumpulkan KatongNTT.com tersebut berdasarkan jumlah kematian babi yang pernah dikeluarkan pemerintah atau lembaga yang berkompeten. Data  Dinas Peternakan Provinsi NTT pada Juli 2022 lalu menyebutkan dari awal hingga pertengahan 2022 tercatat 122 ribu babi mati akibat ASF.

Baca : Pengawasan Lalu Lintas Babi Lemah Ancam Efektivitas Biosekuriti Cegah Penularan ASF

Informasi lain sebagai rujukan yakni dari Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (PRISMA). Lembaga ini mempunyai program terkait pencegahan virus ASF tersebut.

CEO Nina FitzSimons di Kupang, Selasa (7/2/2023) lalu menyebutkan jumlah ternak babi yang mati di NTT akibat virus ASF mencapai 500 ribu ekor. Program kemitraan pembangunan Australia- Indonesia ini menyebutkan kematian babi sejak pertama kali mewabah pada 2020 sangat merugikan perekonomian peternak.

Jika mengacu pada data PRISMA saja dan dengan asumsi rata-rata harga babi sekitar Rp 4 juta per ekor, maka kerugian langsung mencapai Rp 2 triliun. Padahal, ada juga babi dewasa bisa mencapai Rp 7 juta per ekor. Jumlah tersebut belum memasukan data kerugian versi Dinas Peternakan NTT dan kerugian tidak langsung terkait bisnis babi.

Baca : Alumni IPB NTT Sambut Tawaran Visa Pertanian Australia

Ketua Himpunan Alumni (HA) IPB NTT Petrus M Bulu sangat prihatin atas potensi kerugian akibat serangan rabies dan virus ASF tersebut. “Kerugian ekonomi itu menunjukkan beban yang sangat besar untuk pemerintah dan masyarakat NTT. Untuk itu, berbagai upaya pencegahan harus dilakukan,” ujar doktor jebolan Murdoch University, Australia ini.

Prediksi yang dihimpun KatongNTT.com menyebutkan jumlah kerugian akibat ASF dan rabies sudah mencapai Rp 3,2 triliun. Jumlah tersebut sebenarnya sudah mendekati realisasi pendapatan asli daerah (PAD) NTT selama tahun 2022 yang mencapai Rp 4,38 Triliun. Sebagai perbandingan lain, prediksi kerugian juga identik dengan target modal dasar Bank NTT pada awal 2024 agar tidak diturunkan statusnya. Data yang dikutip dari Asbanda.org  menyebutkan sebagai bank sehat, pada awal tahun 2024 nanti modal dasar Bank NTT ditargetkan mencapai Rp 3 triliun lebih. Hal itu agar Bank NTT tidak akan turun status menjadi BPR, apalagi sampai dibubarkan. [Anto]

Tags: #ASF#Babi#PAD NTT#Rabies#vaksin#Virus
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Media berita online berkantor di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Fokus pada isu-isu ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, dan lingkungan.

Baca Juga

Produk olahan hasil laut NTT oleh UMKM CV Elitism di Kupang Exotic Festival 2025 di halaman kantor Gubernur NTT, 26 Juni 2025. (Rita Hasugian/KatongNTT)

UMKM NTT Mulai Olah Hasil Laut Jadi Produk Unggulan

by Rita Hasugian
29 Juni 2025
0

Di tengah laut biru dan pantai berpanorama indah, potensi ekonomi dari hasil laut di Nusa Tenggara Timur masih tersembunyi di...

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

Warga Desa Kairane di NTT Rawat 9 Jenis Bibit Jagung Lokal dari Kepunahan

by Rita Hasugian
12 September 2024
0

Boleh jadi kita tidak pernah terlintas cari tahu tentang jenis jagung yang kita konsumsi, apakah berasal dari bibit jagung lokal...

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Katong NTT

Merawat Suara Hati

Menu

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

Follow Us

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
Sign In with Linked In
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Sorotan
  • Perempuan dan Anak
  • Cuaca, Iklim dan Lingkungan
  • Pekerja Migran & Perdagangan Orang
  • Lainnya
    • Bisnis
      • Agribisnis
      • Industri Pariwisata
    • Inspirator
    • Opini
    • Pemilu 2024
    • Kolaborasi
      • Cerita Puan
      • Dekranasda Provinsi NTT
      • Kabar dari Badan Penghubung NTT
      • Media dan Literasi

Merawat Suara Hati