Jakarta – Lembaga Daya Dharma (LDD) Keuskupan Agung Jakarta menggelar pelatihan teknologi untuk penyandang diabilitas, termasuk tunanetra. Dengan pelatihan tersebut diharapkan teknologi membantu mobilitas penyandang tunanetra dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Kami mendorong penyandang tunanetra untuk mandiri lewat teknologi di era digital saat ini, teknologi dalam hal ini HP (hand phone) dan laptop dibutuhkan penyandang tunanetra untuk berkomunikasi, membebaskan dari kemiskinan informasi, bahkan mampu melahirkan ide atau gagasan yang bagus,” ujar Penanggung Jawab Pelatihan Laptop dan HP Bicara, Lembaga Daya Dharma (LDD) Keuskupan Agung Jakarta, Ferry Jansen Situngkir, di Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Baca : Komnas Disabilitas Pastikan Layanan DITA 143 Inklusif
Dia melanjutkan, penguasaan penggunaan laptop dan HP penting bagi kelancaran pekerjaan maupun pendidikan. Saat ini teknologi sudah berkembang demikian pesatnya. Bagi masyarakat, tak terkecuali penyandang tunanetra yang tidak mampu beradaptasi dengan teknologi atau dengan kata lain tidak mampu mengoperasikannya, tentu akan banyak tertinggal.
“Hampir semua sektor berbasis digital, apalagi sektor pekerjaan dan pendidikan. Kami harap pelatihan ini dapat membantu mereka,” tukas Ferry.
Berbeda aplikasi HP dan laptop pada umumnya, aplikasi pada HP dan laptop yang digunakan penyandang tunanetra dilengkapi pembaca layar, sehingga memudahkan penggunanya bernavigasi melalui pendengaran. Instrukturnya pun tunanetra, menunjukan pengalaman dan kapasitasnya, sehingga lebih bisa diterima peserta.
Baca : Dinna Noach, Staf Khusus Gubernur NTT Melawan Stigma dan Diskriminasi Penyandang Disabilitas
Pelatihan dimulai pada Mei, dengan sepuluh kali pertemuan, dan berakhir pada Juli 2023. Robert Trikora, salah satu peserta pelatihan mengatakan, banyak manfaat yang diperolehnya dari pelatihan tersebut.
“Awalnya memang tidak mudah, karena harus banyak menggunakan indera pendengaran, juga perabaan jari. Namun lama-lama terbiasa. Memang beginilah cara kami menggunakan teknologi,” ungkapnya.
Sementara itu, pemerintah dikabarkan pernah menggarap proyek laptop Merah Putih atau diberi nama Diktiedu. Laptop karya anak bangsa itu digarap gotong royong bersama tiga universitas ternama di Indonesia, yakni Universitas Gajah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS).
Dua tahun silam, Sekretaris Direktur Jenderal Dikti, Paristiyanti Nurwardani mengatakan, laptop anyar itu dirancang untuk bisa digunakan tunanetra. Kemudian juga dilengkapi dengan unik software untuk e-modul Dikti serta secure test.
Namun saat ini, belum ada perkembangan lagi terkait dengan program laptop yang juga pernah diutarakan oleh jajaran Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi. [IH]