Kupang -“Untuk orang-orang di luar sana saya berharap tidak lagi melihat kami difabel sebagai orang yang perlu dikasihani kami tidak butuh dikasihan. Kami hanya butuh dikasih kesempatan yang sama agar kami dapat berkembang seperti kalian”.
Pernyataan ini dilontarkan Dinna Noach, staf khusus Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur bidang difabel saat ditemui KatongNTT.com di ruang kerjanya, 14 November 2022.
Tentu Dinna punya alasan kuat mengeluarkan pernyataan tegas. Perempuan berusia 27 tahun ini seorang difabel sejak bayi. Dia mengalami masalah pertumbuhan fisik Achondroplasia atau lebih dikenal dengan dwarfisme(Kerdil).
Masyarakat selalu melihat difabel adalah orang yang tidak mampu bekerja apapun dan perlu dikasihani. Mereka pun menganggap difabel tidak layak mengenyam pendidikan normal.
Baca juga: Cerita Teman Tuli Menggeluti Bisnis di Kafe Kopi Sa
Anggapan ini dapat membuat para difabel jadi canggung. Bahkan rasa percaya diri mereka rendah. Secara tidak langsung mereka mengkotak-kotakkan para difabel . Misalnya, mereka disarankan bersekolah di tempat khusus, tinggal di panti rehabilitas. dan hanya bekerja di di shelter workshop.
Indonesia memiliki jumlah penyandang disabilitas yang cukup besar. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Kementerian Kesehatan RI terdapat lebih dari 920 ribu penyandang disabilitas. Mulai dari disabilitas ringan, disabilitas berat, hingga ketergantungan total.
Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat ada sekitar 800 penyandang disabilitas di NTT pada tahun 2020.
Menurut Dinna Noach, masih banyak stigma dan diskriminasi dialami penyandang disabilitas. Bahkan mereka kerap mengalami bullying.
Baca juga: Kisah Tukang Sol Sepatu Memaknai Cinta dari Pahitnya Hidup
Lalu bagaimana Dinna, alumni Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana mengatasi stigmatisasi dan diskriminasi? Bahkan dia diangkat sebagai staf khusus Gubernur NTT ?
‘’Waktu itu saya mengikuti lomba karya tulis ilmiah jadi lomba itu dibuat oleh Bank NTT karena temanya tentang keuangan digital yang inklusif. Saya mencoba untuk mnegikutinya karena sekalian juga mengadvokasi ke bank-bank karena selama ini sangat minim akses untuk disabilitas. Contohnya mesin ATM yang tinggi serta pelayanannya tidak dapat menyesuaikan dengan kami para penyandang disabilitas,” kata Dinna.
Dinna meraih juara 3 dalam lomba tersebut. Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat menyerahkan penghargaan kepada Dina. Saat penyerahan penghargaan, hanya dia penyandang disabilitas. Viktor kemudian mengangkat Dinna sebagai staf khusus penyandang disabilitas.
“Ketika penyerahan hadiah , saya sendiri penyandang difabel . Saya diberi kesempatan untuk berbicara mengenai motivasi saya mengikuti lomba. Saya menjawab bahwa kami disabilitas sebenarnya mampu namun tidak pernah dikasih kesempatan yang sama. Mungkin itu yang membuka pikiran Bapak Gubernur untuk mempercayai saya sebagai staf khusus,”ujarnya.
Saat diangkat sebagai staf khusus Gubernur NTT, Dinna masih berstatus mahasiswa jurusan Ilmu komunikasi semester akhir di Undana. Di awal bekerja, dia menemukan minim fasilitas untuk penyandang difabel. Misalnya, kursi dan meja kerja khusus difabel tidak ada.
Baca juga: Ironi Eliasar, Penyandang Disabilitas Berjualan Buah di Tepi Jalan
“Membutuhkan waktu untuk saya menyesuaikan dengan fasilitas di kantor karena fasilitas sangat minim. Belum ada fasilitas khusus untuK saya sebagai penyandang disabilitas. Saya lalu memberikan pemahaman terhadap mereka bahwa perlu ada fasilitas khusus untuk kami penyandang disabilitas,” tutur Dinna.
Gubernur NTT telah mengesahkan Peraturan Gubernur tentang perlindungan dan hak penyandang disabilitas. Ini satu pencapaian Dinna selama empat tahun sebagai staf khusus Gubernur.
“Jadi setelah empat tahun ini kami sudah dapat menghasilkan perda serta pergub tentang disabilitas. Sewaktu proses penuyusunannya kami melibatkan semua teman disabilitas . Tujuannya memudahkan advokasi hak-hak kami sebagai penyandang disabilitas,” pungkas Dinna. (Difan)