
Kinerja BRIN Disorot, Hasil Riset Green Economy and Population di NTT Belum Dipublikasikan
Kupang – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini menjadi sorotan lantaran berbagai langkah kerja yang menuai perdebatan dan kontroversi. Teranyar, BRIN pada Desember lalu menyebarkan informasi menghebohkan mengenai adanya badai besar. Informasi itu kemudian diluruskan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Pada Senin 30 Januari 2023, Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto angkat bicara. Menurutnya BRIN tidak bekerja dengan efektif menggunakan anggaran Rp 6 triliun pada 2022.
Dalam pernyataannya seperti disitat pada laman Komisi VII DPR RI, ia menyebut kerja BRIN tidak tepat sasaran. Banyak anggaran yang terbuang percuma. Ia meminta pemerintah menindak tegas.
Baca juga: Penduduk Miskin NTT Bertambah Jadi 1,15 Juta Orang, Dipicu Harga BBM Naik
“Kita malah ingin anggaran BRIN itu naik tapi anggaran Rp 6 triliun saja banyak program yang tidak jelas. Jika bisa segera kita minta usut kenapa bisa banyak sekali anggaran yang tidak tepat sasaran,” kata Mulyanto.
BRIN sendiri diketahui pernah melakukan riset dengan kajian kualitatif di wilayah Provinsi NTT bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Saat itu BPS melakukan Long Form Sensus Penduduk 2022.
Penelitian ini mencakup 34 provinsi mengenai Green Economy and Population termasuk NTT. Topik tentang pembangunan ekonomi hijau dan kondisi sosial demografi penduduk Indonesia ini dilakukan di Sumba Timur dan Manggarai.
Sedangkan diseminasinya berlangsung di Kota Kupang pada 23 November 2022 lalu terkait hasil kajian di NTT dan NTB.
Hasil riset ini tak kunjung dipublikasikan. Sedangkan saat diseminasi itu berlangsung disampaikan hasil riset ini direncanakan dimuat pada laman IPSH BRIN pada awal 2023. Tujuannya, agar dapat diakses masyarakat dan menjadi rujukan akademis.
Peneliti BRIN yang dihubungi, 1 Februari 2023 menyebut riset ini tengah dibukukan. Riset juga sedang masuk antrean untuk mendapatkan International Standard Serial Number (ISSN) . Buku tersebut baru boleh beredar setelah mendapatkan ISSN.
BRIN sendiri juga memiliki layanan untuk penerbitan ISSN melalui website khusus yaitu di bawah Direktorat Repositori Multimedia dan Penerbitan Ilmiah BRIN.
Para perwakilan BRIN saat diseminasi tiga bulan lalu itu juga menyebut hasil riset ini dapat menjadi rujukan paling lengkap mengenai energi terbarukan (EBT).
Baca juga: Prediksi Limbahnews.com Benar, Jokowi Siapkan Rp 1,3 Triliun Olah Limbah Medis
Sementara informasi konkret saat mengenai hasil riset dan informasi terbaru terutama mengenai penelitian di Manggarai serta rekomendasi kepada pemerintah tidak digambarkan.
Pada 23 November 2022 periset dari Tim Kajian Region NTT, Yusuf Maulana, hanya melampirkan kinerja koperasi di Desa Kamanggih, Sumba Timur dalam pengembangan EBT.
Koperasi ini memang sejak tahun 1999 sudah mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan biogas yang berasal dari kotoran ternak babi. PLTMH Kamanggih ini disebutnya menjadi praktik terbaik model penyediaan listrik tersebar. (Putra Bali Mula)