Kupang – Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengumumkan kasus rabies yang fatal (meninggal dunia) pada manusia pertama kali terjadi di Timor Leste. Negara di wilayah Timor Barat itu sebelumnya masuk klasifikasi “bebas rabies” dan terdeteksi sejak Desember 2023 lalu.
Pengumuman WHO seperti dilansir situs Dailycaller.com, Kamis (11/4/2024), tersebut menyebutkan korban pertama yang juga perempuan 19 tahun asal Oecusse, Timor Leste, digigit anjing pada 26 Desember 2023. Pasien baru berobat pada 20 Maret 2024 dan meninggal pada 22 Maret 2024.
Baca : Rabies Renggut 29 Jiwa di NTT, Anak Terbanyak
Dilaporkan, hingga akhir Maret 2024, tercatat 29 kasus dugaan rabies pada manusia yang terpapar anjing telah dilaporkan di daerah administratif khusus Oecusse dengan ibu kota Pante Macassar (230 km dari Dili). Sejauh ini sudah ada respons kesehatan masyarakat dan mencakup vaksinasi anjing hingga memastikan ketersediaan vaksin rabies dan imunoglobulin rabies manusia.
WHO mencatat Oecusse adalah daerah enklave Timor-Leste di dekat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), di mana tercatat enam kematian manusia akibat rabies. Menurut Precision Vaccinations, pada tahun 2023, total 30 kematian manusia akibat rabies dilaporkan di NTT. Rabies merupakan penyakit virus zoonosis yang dapat dicegah dengan vaksin dan mempengaruhi sistem saraf pusat. WHO membeli 1.000 dosis vaksin rabies pada manusia dan mendistribusikannya ke rumah sakit dan klinik kesehatan di Timor-Leste.
Sementara itu, informasi yang dihimpun KatongNTT.com menyebutkan upaya pengendalian rabies di NTT masih terkendala sejumlah keterbatasan. Salah sorang petugas Kesehatan hewan di Kabupaten Sikka, Flores, NTT, menyebutkan dana operasional sangat minim dalam program vaksinasi. Ironisnya lagi, ketersediaan vaksin pun sangat terbatas. “Padahal, Sikka baru saja dilanda rabies dan sudah masuk dalam kejadian luar biasa. Apa korban yang meniggal belum banyak,” ujar petugas tersebut.
Baca : Waspada 40 Orang Digigit Komodo, Wisatawan Dijamin Aman
Sebelumnya, praktisi mitigasi bencana Vian Feoh mengatakan perkembangan rabies di NTT sebenarnya sudah masuk dalam kondisi berbahaya dan memerlukan penanganan cepat. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Rabies melalui Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) juga sudah baik. Apalagi langsung di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy sejak akhir November 2023 lalu.
Baca : Ancaman Terus Meningkat, Satgas Rabies BNPB Belum Efektif
“Masyarakat menantikan langkah nyata dari Satgas Rabies BNPB tersebut. Sudah hampir setengah tahun, belum ada perkembangan yang berarti. Ini perlu dijelaskan apa saja kendalanya. Pemerintah daerah dan masyarakat harus proaktif mempertanyakan agar segera ditangani,” ujar Vian yang juga Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) DPP PDI Perjuangan. [Anto]