Kupang – Oleh karena tinggginya angka stunting (kekerdilan) di NTT dari tahun ke tahun, membuat Ludia Simuruk Gasong meracik Jagung Bose Instan yang kaya akan zat besi.
Perempuan asal Toraja, Sulawesi Selatan ini melihat angka stunting di NTT tak kunjung menurun. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia, pada 2021 seluruh kabupaten yang ada di NTT bahkan tak ada yang berkategori hijau. Sebanyak 15 kabupaten di NTT masuk kategori merah dengan prevalensi stunting di atas 30%. Sementara tujuh kabupaten/kota lainnya berstatus kuning.
Sehingga pada penilitian disertasinya, ia berinisiatif menggunakan komoditi jagung yang melimpah di NTT untuk mencegah stunting, yang dulunya lebih dikenal dengan gizi buruk.
Jika pemerintah lebih fokus mengatasi stunting dengan menangani ibu hamil dan anak-anaknya yang mengalami stunting, perempuan yang biasa disapa Ledi ini mengambil langkah awal dengan mempersiapkan calon ibu yang sehat.
Sehingga, target dari produknya ini ialah remaja putri.
“Kenapa remaja putri? Karena anemia di remaja putri kalau tidak ditangani sampai di ibu hamil, itu berpeluang untuk menyumbangkan anak-anak stunting yang baru,” ujarnya.
Awalnya sembilan pangan lokal berbasis jagung dijadikan pilihan ke remaja putri, dan pilihan mereka masih pada olahan jagung bose untuk dikonsumsi.
Baca Juga: Kisah Orang Muda NTT Bisnis Camilan Jadul Ublin
Jagung Bose sendiri adalah makanan khas masyarakat Timor, NTT. Di mana jagung direbus lama dengan santan hingga kental seperti bubur, dan dicampur kacang-kacangan. Biasanya jagung bose tradisional dimasak sekitar 1,5 – 2 jam. Kulit biji jagung harus dipisahkan terlebih dahulu dengan cara ditumbuk agar proses memasaknya tidak terlalu lama.
Inilah yang membuat para remaja putri mulai jarang mengonsumsi jagung bose karena butuh waktu yang lama untuk menyiapkannya.
“Sehingga kami berpikir, bagaimana kalau kami sajikan dalam selera milenial yang diberi teknologi instan. Akhirnya kita mengadakan penelitian untuk formula yang instan itu seperti apa. Dan kami mau yang instan itu cita rasanya kalau bisa sebisa mungkin mendekati bose tradisional,” kata dosen program studi Teknologi Pangan dan Teknologi Rekayasa Pangan di Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Ludi melakukan uji cita rasa di laboratorium di Institut Pertanian Bogor (IPB). Untuk menguji cita rasanya Ludi memakai 50 mahasiswa yang berasal dari NTT sebagai panelis.
Setelah mendapat formula yang sesuai, lalu di tengah perjalanan riset data stunting di NTT melonjak, Ludi berpikir untuk menambah kandungan zat besi dalam olahan bose instan tersebut.
“Saya pikir kalau begitu jangan hanya diberi sentuhan instan. Tapi sebisa mungkin ini juga bisa dijadikan media untuk menangani masalah gizi di NTT. Bagaimana jagung bose ini diperkaya dengan zat besi nah nanti akan dipakai untuk mengobati anemia remaja putri,” jelas ibu dua anak itu.
Selama ini memang untuk mengatasi anemia, biasanya diberi tablet tambah darah. Namun, baunya tidak disukai. Apalagi ibu hamil lebih sensitif. Untuk itu Ludi mencoba untuk menambahkan jagung bose instan olahannya ini.
Produk olahannya ini kemudian diberi nama Jabin Katana, yang adalah singkatan dari Jagung Bose instan yang toppingnya kacang tanah. Lalu Jabin Kaijo, untuk Jagung bose instan yang toppingnya kacang hijau. Terdapat juga Jabin Kazagi. Jagung bose instan kaya zat gizi. Karena diberi topping tepung lele sama tepung kelor.
Kemudian Jabin ini diuji klinis ke 42 responden remaja putri di Madrasah Aliyah (MA) Hidayatullah Batakte, Kupang, NTT pada 2018.
“Jadi kita screening remaja putri itu kita cek HB nya. Nah yang HB anemia itu kami obati. Puji Tuhan dua bulan saja satu siklus pembentukan HB itu semuanya sudah bisa kembali normal padahal penanganan anemia itu biasanya minimal satu siklus, empat bulan,120 hari,” ujar perempuan yang sudah 30 tahun sebagai dosen.
Dengan kata lain, Jabin yang diperkaya zat besi itu efektif dipakai untuk menangani anemia pada remaja putri. Ludi berharap ke depannya Jabin olahannya ini bisa mengatasi anemia pada segala jenis usia. Namun untuk sekarang ini skala prioritasnya masih menangani remaja putri.
“Sebenarnya bisa juga dipakai untuk pengobatan anemia secara umum. Tapi kebetulan dosis yang kami pakai berdasarkan kebutuhan harian remaja putri. Karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulan, kemudian remaja putri akan disiapkan untuk menjadi ibu,” ungkapnya.
Di tahun 2022, Julie Laiskodat selaku Ketua Dekranasda NTT mengambil produknya sebagai salah satu makanan tambahan pada program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk mencegah stunting.
“Puji Tuhan dapat PMT dari Ibu Julie Laiskodat, kita penuhi ordernya dari Juni – September 2022. Sebulannya 5000 bungkus,” ujarnya.
Baca Juga: Distribusi PMT Atasi Stunting di 110 Desa di NTT Dimulai Juni Ini
Walau disebut instan, namun proses pembuatan agar menuju formula yang bisa disajikan instan tersebut membutuhkan waktu tiga hari pembuatan hingga pengemasan.
“Karena pembekuan lambat itu bisa butuh sekitar 48 jam, jadi walaupun menyajikannya hanya butuh waktu 10 menit saja. Tapi karena kami tidak mau pakai pengawet dan MSG jadi kami murni pakai teknologi pengeringan, untuk membuat umur simpannya panjang,” jelasnya.
Meskipun melewati proses yang panjang dan tak murah sejak penelitian dari 2016-2018, namun produknya tetap dijual dengan harga ekonomis. Perbungkus Jabin dijual dengan harga Rp15 ribu untuk kemasan plastik. Sedangkan untuk yang menggunakan kemasan alumunium foil, produknya dibandrol dengan harga Rp17.500.
Baginya, tujuan utamanya ialah berkontribusi menangani masalah gizi di NTT. Tidak munafik memang, Ledi butuh uang, tapi lewat ini ia mau selipkan pelayanan bagi masyarakat NTT.
“Saya ingin ini jadi satu persembahan kecil, ini menjadi cara saya mengatakan kalau saya sangat mencintai NTT. Jadi riset saya dari S1 – S3 semua memang tentang NTT. Karena biasanya NTT selalu jadi simbol gizi buruk, jadi saya ingin mengatakan bahwa kalau kita mau berbuat sesuatu, kita bisa tunjukkan kalau NTT ini setara kok sama di daerah lain.” pungkasnya. *****
Silakan hubungi nomor +6281317905984 jika berminat untuk membeli produk UMKM ini. Ayo kita dukung kemajuan UMKM NTT!