Kupang – Nani Mesakh berjualan kacang goyang sejak seperempat abad lalu. Dia mendapat resep dari ibunya beretnis Manado. Keinginannya untuk bisa memegang uang sendiri kala itu menggerakkan dia untuk berjualan kacang goyang.
“Jadi kebetulan dibekali oleh mama yang punya keterampilan yang cukup hebat. Mama bilang jikalau kamu mau berusaha, dicoba. Siapa tahu kamu berhasil,” kata perempuan dengan nama lengkap Sri Mulyani Mesakh ini.
Dengan tekad, sokongan dari ibunya, Nani dengan modal Rp100 ribu mulai menjual kacang goyang. Tak disangka dia bertahan di usaha ini hingga sekarang.
Berbahan dasar kacang tanah yang diambil dari petani-petani di Kupang, Nani mulai membuat kacang goyang.
Baca juga: Yuk, Simak Kisah Inspiratif Weli Manafe Jalankan UMKM Sudah 13 Tahun
Kacang disangrai, kemudian dicampur dengan gula halus dengan takaran 1:1. Gulanya dibuat dalam tiga warna. Dua di antaranya diberi pewarna merah dan hijau.
Kacang kemudian dibalut gula, dengan cara digoyang. Itulah sebabnya diberi nama Kacang Goyang.
Selanjutnya, kacang siap dikemas. Awalnya, kemasan yang ia pakai hanya menggunakan plastik mika. Kemudian dijual di satu toko oleh-oleh di Kupang.
Namun di 2021 ketika Covid-19 menyerang manusia, penjualan kacang goyang pun terpaksa berhenti selama dua tahun. Barulah di 2022, Nani mulai kembali fokus dan memperbagus kemasan produknya. Dia pun membentuk UMKM NICANTRIDES. Nicantrides sendiri diambil dari nama keempat anaknya, Niki, Cantika, Trian, dan Desvor.
Nani membuat satu produk baru yang masih dengan berbahan dasar kacang tanah.
“Kacang cookies, jadi ada campuran cokelat. Karena saya lihat orang lebih suka makan yang ada kandungan cokelat, jadi saya buat kacang cookies ini,” jelas perempuan 43 tahun ini.
Prediksinya tidak meleset, kacang cookies buatannya disukai banyak masyarakat.
Kacang yang disangrai, kemudian dihancurkan dan dicampurkan dengan bubuk cokelat dan telur, baru kemudian dioven ini rasanya gurih. Maknyus dengan rasa manis dari gula.
“Pokoknya rasanya ingin tambah lagi,” kata Nani sambil tertawa.
Dengan hadirnya produk baru, Nani mulai mendaftarkan produknya untuk mendapat hak kepemilikan.
Baca juga: Kisah Octo Bertahan di Bisnis Camilan NTT Setelah Kehilangan Istri dan “Isabela”
“Awalnya ini namanya Kacang Goyang Kelimutu karena warna putih, merah, hijau. Produksinya kan di NTT walau ini makanan khas Manado. Tapi disarankan jangan pakai nama tempat, dan nama orang lain. Jadi saya pakai nama saya sendiri. Kacang Goyang Ibu Nani,” jelasnya.
Makanannya yang tanpa bahan kimia itu pun diterima oleh BPOM dan Halal.
Untuk kemasan, Nani memesannya dari luar.Bahan, desain, dan harga lebih murah didapat dari luar dibandingkan dari NTT sendiri.
“Karena di sini hanya print baru tempel stikernya di kemasan plastik begitu. Kalau ini tidak. Langsung. Terus bahannya lebih tebal, tapi lebih murah,”ujar ibu empat anak ini.
Meski perkembangan UMKM di NTT makin banyak, namun ketiadaan pabrik ataupun perusahaan yang bisa menyuplai kebutuhan pelaku UMKM membuat perkembangan UMKM tak pesat.
Nani menyebut, kemasan jadi satu aspek penting dalam pemasaran satu produk.
“Rasa itu kedua. Yang pertama orang lihat itu kemasan. Kalau kemasan keren, orang pasti tertarik mau beli,” ujarnya.
Inilah yang membuat pemasarannya sejak dulu hanya ada pada satu toko. Kini, produknya sudah masuk ke beberapa toko oleh-oleh. Pendapatannya bisa mencapai Rp 5 juta per bulan.
Untuk mengembangkan produknya, Nani beberapa kali mengikuti pelatihan di Dekranasda NTT. Walau sudah 25 tahun menjalani bisnis ini, dia memastikan akan tetap menekuni usaha ini.
“Ada anak-anak yang masih jadi tanggungan saya. Kebetulan Desember 2022 kemarin bapak sudah meninggal, jadi saya harus tetap bertahan dengan ini,” tandasnya. *****