Kupang – “Kalau dulu, kami dalam tata kelola desa, kami menggabungkan semua (data) secara manual. Setelah ada sistem informasi desa, kami buat secara digital dan memakan waktu singkat.”
Hal ini dikatakan Rocky Makassar (33), pemuda asal desa Bokong, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, yang memilih membuat website desa untuk memudahkan layanan pada masyarakat di desanya.
Rocky yang adalah aparat desa Bokong pada 2020 lalu membuat website yang khusus mengelola informasi dan mengurus segala administrasi desa menjadi serba digital.
Ada dua layanan yang tersedia dalam web tersebut. Pertama, menampilkan informasi desa. Lalu dapat membantu tugas pokok dan fungsi perangkat desa dalam membuat dan menyimpan data.
“Fitur yang paling utama itu ada surat elektronik. Terus ada data kependudukan, administrasi keuangan, pembangunan. Ada buku agenda, dan arsip keluar masuk,” jelas Rocky saat ditemui di Forum Kawasan Timur Indonesia, Kamis, 27/07/2023.
Dengan begini, jika ada masyarakat yang membutuhkan surat dari desa, dengan cepat dapat ditangani. Keluhan masyarakat juga dapat disampaikan lewat web, dan menghadirkan keterbukaan informasi bagi masyarakat.
Baca Juga: Menkes Buka Website Bagi Masyarakat Menanggapi RUU Kesehatan
“Jadi kalau misalnya ada yang butuh surat keterangan domisili, langsung klik namanya, dan tinggal print, jadi lebih mudah dan cepat,”ujarnya.
Pria lulusan perbankan ini mengatakan, ide membuat web desa disambut antusias oleh masyarakat. Masyarakat dapat mengakses dan menggunakan website yang ada melalui telepon seluler mereka.
Web desanya dapat diakses di www.bokong-taebenu.opendesa.id.
Samsul Widodo, Staf Ahli Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi dalam kesempatan yang sama menyebut, hal-hal baik seperti ini patut didukung oleh aparat desa dengan menggunakan dana desa yang ada.
“Kami sangat ingin Pak Kades, Pak camat, berlomba mencari terobosan-terobosan seperti ini. Pakai itu dana desa untuk buat seluruh desa jadi desa digital,” ujarnya.
Baca Juga: NTT Didorong Tingkatkan Produktivitas Singkong Guna Antisipasi Rawan Pangan
Hal ini sebutnya agar NTT tak selalu dipandang terbelakang, termiskin, maupun terluar. Perlu ada pergerakan inovatif dari warga NTT sendiri untuk mematahkan stigma negatif di masyarakat. ***