Kupang – Pendapatan petani pedesaan di wilayah Provinsi NTT hanya diperolah dari bidang atau subsektor peternakan dan perikanan. Sedangkan dari subsektor padi dan palawija, hortikultura, maupun perkebunan rakyat mengalami penurunan.
Statistisi Ahli Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, Nurani Vita Christiani, mewakili Kepala BPS NTT Matamira B Kale menjelaskan ini.
Ia menyebut hal tersebut tercermin dari Indeks harga yang diterima petani (It). Menurutnya It ini adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil produksi petani atau sebagai pendapatan petani.
Sedangkan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga petani. Dalam hal ini adalah kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian.
Baca juga: Petani Jagung NTT Kesulitan Pemasaran
It dan Ib ini digunakan untuk mendapatkan presentasi Nilai Tukar Petani (NTP) agar dapat diketahui tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan.
Untuk subsektor peternakan, lanjut Nurani, It dipengaruhi oleh peningkatan harga subkelompok ternak besar yaitu 1,50 persen dan unggas naik menjadi 0,22 persen. Tetapi ternak kecil turun 0,82 persen. Sehingga NTP subsektor peternakan mengalami peningkatan sebesar 0,13 persen di Januari 2023.
Hal ini terjadi karena perkembangan harga terima petani yang lebih cepat dibandingkan dengan harga bayar petani.
“Peningkatan harga ternak besar disebabkan karena permintaan daging babi bertambah, namun saat ini masih banyak babi yang terjangkit ASF,” jelasnya secara daring Kamis 2 Februari 2023.
Sedangkan NTP subsektor perikanan juga secara umum mengalami peningkatan sebesar 2,19 persen pada Januari 2023 karena It yang mengalami peningkatan 2,99.
It perikanan yang meningkat ini dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas perikanan tangkap sebesar 2,73 persen dan perikanan budidaya sebesar 2,36 persen.
Dalam subsektor perikanan ini pun dibagi lagi dalam dua subkelompok lagi yaitu budidaya Perikanan dan kelompok budidaya penangkapan ikan.
Nurani menyampaikan subkelompok budidaya perikanan dari Desember lalu khususnya pada komoditas rumput laut meningkat. Ini terjadi mengingat cuaca yang tidak menentu dan gelombang yang tinggi.
Baca juga: Investor Hong Kong Janji Dirikan Pabrik Rumput Laut di NTT, Jaminkan Rp 14 Miliar
Pendapatan atau It nelayan juga meningkat lebih cepat dari harga bayar atau Ib meskipun saat cuaca tidak menentu, nelayan tidak melaut dan produksi tangkap menurun.
Sedangkan 3 subsektor lainnya yang mengalami penurunan ialah subsektor padi dan palawija, subsektor hortikultura, terakhir subsektor perkebunan rakyat.
Subsektor padi dan palawija di NTT sendiri disebutnya tidak mengalami perubahan di Januari 2023.
“Hal ini disebabkan karena indeks terima petani dan indeks bayar mengalami perubahan yang sama yaitu meningkat sebesar 0,92 persen,” kata dia.
Namun pada subsektor hortikultura terjadi penurunan pendapatan atau It yang dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas tanaman obat-obatan sebesar -1,93 persen.
“NTP untuk subsektor hortikultura mengalami penurunan 0,86 persen pada bulan Januari 2023,” kata dia.
Pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sendiri indeks harga bayarnya lebih besar daripada perubahan harga komoditas perkebunan.
“Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan produksi komoditas perkebunan atau belum musim panen. Sehingga NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat Januari 2023 menurun 0,57 persen dibandingkan periode Desember 2022,” kata dia. (Putra Bali Mula)