26 March 2023
Cerita Siswa Masuk Sekolah Subuh, dari Jalan Kaki 8 Km Hingga Takut Jalanan Sepi
Sorotan

Cerita Siswa Masuk Sekolah Subuh, dari Jalan Kaki 8 Km Hingga Takut Jalanan Sepi

Feb 28, 2023

Kupang – Siswa-siswi SMAN 6 Kupang yang mengikuti sekolah pukul 05.00 WITA mulai mempersiapkan diri sedari pukul 03.00 Wita. Fridolin Karim, siswa di sekolah tersebut mengungkapkan dirinya ke sekolah dengan berjalan kaki dan berlari di pagi buta.

Purna Paskibraka SMAN 6 Kupang ini saat diwawancarai menjelaskan ia berupaya bersiap sedari jam 3 pagi dan bisa sampai di sekolah jam 4 pagi.

Dia berangkat dari kosnya di Fatululi, dekat Pasar Oebobo ke SMAN 6 Kupang di Sikumana Kecamatan Maulafa. Ido, nama sapaannya, menempuh perjalanan sekitar 8 kilometer. Dengan mengendarai motor atau mobil, dapat ditempuh sekitar 17 menit. Tapi, jika berjalan kaki waktu tempuhnya hampir satu jam.

“Saya kadang jalan atau lari. Kita sudah ada yang datang ke sekolah jam 3 pagi. Ada yang datang jam 4 pagi,” ungkap dia.

Baca juga: 7 Negara Terbaik Sistem Pendidikan di Dunia Tak Satupun Terapkan Sekolah Subuh

Pada jam seperti itu belum ada angkutan umum seperti bemo. Sehingga Ido memilih untuk jalan kaki atau berlari. Hal ini dialami juga di hari pertama penerapan sekolah jam 05.00 WITA pada Senin 27 Februari 2023.

Di hari kedua, Selasa 28 Februari 2023 pihak sekolah menginformasikan akan hadirnya Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ke sekolah. Sebab itu ia memilih untuk menggunakan ojek online.

“Belum ada bemo. Hari pertama itu saya lari dari sana, saya jalan kaki, belum ada bemo. Kalau hari ini katanya Pak Gubernur mau datang jadi saya pakai ojek Maxim,” ujarnya.

Ido seorang anak yatim piatu. Selama ini  ia membiayai sekolahnya sendiri dan tinggal di kos. Tidak setiap saat dia memiliki ongkos ke sekolah.  Sehingga Ido biasanya memilih untuk berjalan kaki. Adanya aturan baru jam sekolah ini membuat dia harus bisa bangun pagi dan tidur lebih cepat.

“Pokoknya semangat saja,” ungkap dia.

Saat pulang sekolah Ido biasanya berjalan kaki. Aktivitas hariannya tetap sama. Hal yang berubah adalah waktu yang lebih pagi dan jalanan yang lebih sepi.

Pada hari kedua itu guru dan kepala sekolah mengarahkan semua siswa kelas XII untuk mengikuti apel di lapangan sekolah.

Fridolin Karim, siswa di SMAN 6 Kupang yang mengikuti sekolah subuh menempuh perjalanan 8 kilometer dari kosnya ke sekolah. (Putra Bali Mula - KatongNTT.com)
Fridolin Karim, siswa di SMAN 6 Kupang yang mengikuti sekolah subuh menempuh perjalanan 8 kilometer dari kosnya ke sekolah. (Putra Bali Mula – KatongNTT.com)

 

Baca juga: Dampak Sekolah Subuh, Siswa Rentan Depresi dan Bunuh Diri

Murid-murid sudah berdatangan sejak jam 04.30 Wita dan diarahkan ke tengah lapangan jam 05.00 Wita. Kondisi lapangan itu pun gelap dan hanya ada satu lampu yang menerangi mereka berbaris.

Ido yang bertugas mengedarkan absensi kepada siswa lainnya yang terlambat dan kemudian dia bergabung ke dalam barisan.

Kepala SMAN 6 Kupang Hendrikus Hati memberikan arahan kepada pelajar kurang lebih selama 20 menit lalu siswa dibolehkan masuk kelas.

Ido kepada KatongNTT.com usai apel pagi itu menyebut dirinya mengikuti arahan dan kebijakan ini karena niatnya untuk tetap bersekolah.

“Tidak keberatan,” ucapnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Linus Lusi, juga datang ke sekolah ini dan memeriksa kegiatan belajar mengajar (KBM) kelas XII.

Linus mengunjungi tiap kelas termasuk di kelasnya Dian. Dia meminta para siswa kelas akhir yang akan mengikuti Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) itu berhitung matematika dasar.

Dian sendiri tinggal di Haoukoto, Kelurahan Fatukoa bersama orang tuanya yang bekerja sebagai petani. Ia bangun jam 04.30 pagi untuk ke sekolah.

Keluarganya tidak mempunyai kendaraan pribadi. Harta berharga yang dimiliki orang tuanya adalah kebun yang terletak tak jauh dari rumah.

Baca juga: Aturan Bersekolah Subuh di Kota Kupang Tuai Protes Orang Tua Murid

Untuk ke sekolah ia terpaksa menumpang dengan tetangga yang adalah teman kelasnya. Mereka mengendarai sepeda motor. Pada saat jam sekolah normal, biasanya Dian berjalan kaki. Jarak rumah ke sekolah menurutnya tidak begitu jauh. Tetapi karena dia melalui tempat sepi dan gelap, dia jadi takut berjalan sendiri menuju sekolah.

“Takut tapi tetap datang sekolah,” sebut perempuan tunggal dari tiga bersaudara ini.

Menurut Dian,  orang tuanya awalnya ragu tentang siswa bersekolah mulai jam 05.00 Wita. Tidak ada pemberitahuan tertulis dari pihak sekolah sebelumnya. Para siswa diminta untuk menyampaikan secara lisan kepada orang tua masing-masing.

Kepala SMAN 6 Kupang, Hendrik Hati, tidak menepis kritik terhadap penerapan sekolah dimulai pada jam 05.00 Wita. Ia menyampaikan ini dalam arahan dalam apel pagi saat itu. Dia  akan mengeluarkan surat pemberitahuan kepada orang tua siswa untuk penerapan jam sekolah baru bagi kelas XII mulai jam 05.00 Wita hingga 09.30 Wita.

“Sudah dua hari ini kita memulai pukul 5 pagi dan kita akan keluarkan surat pemberitahuan nanti untuk diberitahukan kepada orang tua,” pungkas Hendrik. (Putra Bali Mula)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *