Jakarta – Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menargetkan vaksinasi rabies di Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat mencapai 70 persen.
“Vaksin itu sebetulnya baru bisa direalisasi sekitar 17 persen, karena jumlah vaksinnya masih terbatas, yang kedua biaya operasional untuk melakukan vaksinasi tinggi. Oleh sebab itu kita harapkan nanti targetnya, untuk NTT vaksinasi bisa di atas 70 persen sehingga tercapai herd immunity,” kata Muhadjir dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Ia juga menyampaikan pihaknya segera memastikan ketika vaksinasi sudah terdistribusi, 70 persen anjing yang ada di NTT sudah divaksin. Selain itu, Muhadjir juga menyebutkan bahwa saat ini sudah tersedia vaksin dalam bentuk pil atau oral.
Baca : Menko PMK Soal Darurat Rabies di NTT: 1.823 Kasus, 11 Meninggal Dunia
“Kebetulan sekarang ada jenis vaksin yang lebih mudah yaitu dalam bentuk pil, oral, nanti bisa dikamuflase, dimasukkan ke dalam makanan-makanan hewan, utamanya untuk anjing,” ujar dia.
Ia menegaskan, vaksinasi besar-besaran di NTT akan segera dilakukan di bawah kendali dan koordinasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Adapun menurut Muhadjir, kasus rabies ini sebelumnya sudah banyak terjadi di Bali, tetapi berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), korban yang meninggal sangat kecil karena vaksinasi sudah berjalan sangat baik.
Baca : Strategi Bhutan Sterilisasi dan Vaksin Rabies Seluruh Anjing Jalanan, NTT Kapan?
Pada Agustus 2023 lalu, Pemerintah Australia telah memberikan 400 ribu dosis vaksin rabies kepada pemerintah Indonesia. Dari jumlah vaksin itu, 200 ribu dosis digunakan di Bali, sedangkan 200 ribu dosis lainnya untuk memerangi rabies di NTT.
Seperti dilaporkan KatongNTT.com, kesadaran masyarakat di TTS tentang bahaya rabies masih rendah. Penilaian ini didasarkan pada pengabaian masyarakat untuk memberi vaksin atau tidak membiarkan anjing bebas berkeliaran.
Kepala Dinas Kesehatan TTS dr. Ria Tahun menilai, tindakan merantai atau mengandangkan hewan penular rabies (HPR) merupakan cara paling murah.
Pasalnya, pasien yang terkena gigitan HPR membutuhkan suntikan 3 vial Vaksin Anti Rabies (VAR). Harga 1 vial VAR mencapai Rp. 400 ribu. Adapun harga 1 vial serum anti rabies (SAR) mencapai Rp.4 juta.
Baca : Rabies di NTT, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia Turun Tangan
“Yang paling gampang adalah mengandangkan supaya kita mencegah kasus gigitan dan mencegah korban jiwa akibat rabies,” kata Ria, pekan lalu.
Ria mencontohkan korban jiwa ke 10 akibat rabies, yang menurutnya masih sangat muda dan dalam usia produktif. Menurutnya, kematian seharusnya tidak terjadi bila masyarakat punya kesadaran mengandangkan atau mengikat HPR.
“Rasanya tidak tega (menyaksikan korban jiwa akibat rabies). Itu kan HPR liar, dia tidak memelihara, tapi dia harus menjadi korban karena gigitan HPR,” ujarnya.
Hewan yang sudah terinfeksi rabies, kata Ria, bisa dieliminasi juga dengan cara dirantai atau dikandangkan. “Hewan yang positif rabies, akan mati dengan sendirinya,” jelasnya. [Anto]