Kupang – Sebanyak 44 warga negara asing (WNA) asal Bangladesh dan Rohingya (Myanmar) terdampar di Rote Ndao 8 Juni lalu usai memasuki perbatasan Australia secara ilegal.
Polres Rote Ndao juga telah memeriksa para imigran gelap ini dan menyerahkan mereka secara resmi kepada Kantor Imigrasi I TPI Kupang sejak Rabu 10 Juli 2024.
Sebelumnya, Polres Rote Ndao dalam pemeriksaan awal mendapat berbagai pengakuan para imigran gelap ini dalam penanganan mereka selama 3 hari.
Baca juga: Layanan Antar Makanan, Primadona Baru Kerja Paruh Waktu di Australia
Para imigran ini awalnya mengaku 36 orang dari mereka berasal dari Bangladesh dan 8 orang lainnya dari Rohingya. Namun setelah pemeriksaan lebih lanjut diketahui warga Bangladesh ada 39 orang dan 6 orangnya asal Rohingya.
“Pengakuan awal mereka, tanpa identitas apa pun, yaitu 36 warga Bangladesh, kemudian 8 orang dari Rohingya. Namun setelah kita perdalam lagi ternyata dari Bangladesh ada 39 orang dan Rohingya ada 5 orang,” terang Kapolres Rote Ndao, Mardiono, Kamis 11 Juli 2024.
Mereka mengaku ingin mengubah nasib dengan bekerja di Australia. Untuk itu mereka harus melalui Indonesia. Seluruh mereka kemudian berkumpul di wilayah selatan Bandung, Jawa Barat. Dugaan sementara 44 WNA ini berangkat dari Pelabuhan Ratu.
Baca juga: TNI AL Gagalkan Penyeludupan PMI ke Malaysia
Para imigran gelap ini mengungkap biaya yang telah dikeluarkan lebih dari Rp 170 juta guna menempuh perjalanan selama tiga hari tiga malam ke Australia.
“Mereka membayar 50 ribu ringgit sekitar Rp 172 juta itu, pengakuan mereka, per kepala itu ya,” kata dia saat di wawancarai di Pelabuhan Bolok Kupang, 11 Juli 2024.
Namun setibanya di Australia mereka malah ditahan selama 18 hari kemudian dipindahkan ke sebuah kapal. Para imigran gelap ini mengaku telah dilatih mengemudikan kapal. Setelahnya pihak Australia memberi mereka dua kapal agar bisa ke luar wilayah Australia.
Baca juga: Nelayan Rote Tak Kapok ke Australia, Ada Sponsor Cukong
“Mereka dilatih oleh pihak Australia Border Force (ABF) untuk kembali ke Indonesia menggunakan dua unit kapal yang sekarang kandas di Rote. Menurut keterangan dari mereka lagi, mereka ini ditahan 18 hari di sebuah kapal di sana,” jelas Mardiono.
Kemudian Senin 8 Juli 2024, sekitar jam 9 pagi, warga lokal melapor ke aparat Babinkamtibmas Polsek Pantai Baru soal kapal tanpa nama yang karam. Kapal berbahan alumunium ini kandas dengan memuat 22 warga Bangladesh dan Myanmar.
Selang sejam kemudian, di Kecamatan Rote Timur beberapa warga asing menghentikan mobil pikap yang melintas dan meminta bantuan warga lokal. Ternyata puluhan warga asing ini muncul dari kapal berbahan fiber yang kandas di perairan di Kecamatan Rote Timur. Warga lokal pun melaporkan ini ke Polsek Rote Timur.
Baca juga: Jumlah Nelayan NTT Masuk Australia Secara Ilegal Meningkat Drastis
Mardiono mengatakan kondisi dua kapal yang karam di dua kecamatan ini tanpa nama, bendera dan dokumen apapun, juga sudah habis bahan bakar.
Kasus ini berbeda dengan WNA China, lanjut Mardiono, yang berusaha masuk ke Australia melalui Rote Ndao dengan perantara dari warga setempat. Kasus ini pun sudah tahap I di kejaksaan.
Sementara 44 WNA ini masih belum ditemukan perantaranya. Saat dua kapal yang kandas ini, kata Mardiono, tidak ada warga Indonesia yang bersama mereka. Namun status sementara 44 WNA ini adalah korban.
Baca juga: Benahi Prosedur dan Kompetensi, Tingkatkan Penempatan PMI ke Australia
“Sepanjang di Rote baru dua saya tangani. Dua orang China itu yang pakai perantara. Tapi kalau yang ini kita temukan terdampar, mereka korban, sampai tiga hari tiga malam di Rote kita belum temukan adanya perantara,” jelas dia.
Kepala Kantor Imigrasi I TPI Kupang Nanang Mustafa saat yang sama mengatakan akan menempatkan 44 WNA ini di Rudenim Kupang. Pihaknya akan mendata lagi hingga memastikan ulang kewarganegaraan para imigran ini di sana.
“Mereka akan ditempatkan sementara di Rudemin Kupang dan sementara menunggu proses keimigrasian lebih lanjut karena kita perdalam lagi kewarganegaraan mereka apakah benar Bangladesh atau Myanmar,” tukasnya.
Ia menyebut akan segera menghubungi Kedutaan Besar (Kedubes) Bangladesh dan Myanmar terkait kasus ini.
Baca juga: Polres Rote Tangkap Buron Penyelundup Warga India ke Australia
“Kita akan segera berkonsultasi atau melaporkan ke Kedutaan Bangladesh di Jakarta maupun di kedutaan Myanmar di Jakarta terkait dengan warga negaranya yang bermasalah di Kupang,” tambah dia.
Para imigran ini, sebut Nanang, dalam kondisi sehat dan hanya satu orang yang menderita luka ringan karena melompat keluar dari kapal.
Ia menambahkan saat ini pun ada 7 warga negara China yang dalam proses pemeriksaan keimigrasian dan penyidikan. 7 warga negara China ini 5 orangnya yang ditangani Polda NTT dan 2 orang lainnya ditangani oleh Polres Rote Ndao. ***