Kupang – Jam menunjukkan angka 9.46 WITA pada 23 Desember 2023 saat Zamantha Karen menerima telepon dari aparat kepolisian. Sebuah foto seseorang terkapar dan bersimbah darah dikirimkan ke dirinya.
“Itu beta punya teman, Desy. Beta yakin itu Desy. Karena beta lihat dari ciri-cirinya, pakaian yang dia pakai. Itu Dessy,” ujar Karen, Ketua Divisi Transpuan Independen Man of Flobamora (IMoF) NTT menjawab si penelepon.
Desy Aurelia, atau Oktovianus Tafuli, adalah transpuan yang ditemukan babak belur pada 23 Desember 2023 lalu di emperan toko dekat SMAN 7 Kupang, NTT.
Zamantha bergegas ke RS Leona Kupang di mana Desy dibawa untuk mendapat pertolongan.
“Saya orang pertama yang sampai di RS. Saya lihat di dua matanya itu sudah membiru dan cukup bengkak. Darahnya keluar dari mulutnya, telinganya. Dan kata dokter dari dia datang darah tidak berhenti mengalir. Kepalanya juga sudah bengkak, dan tidak simetris,” jelas Karen saat ditemui dikediamannya pada Kamis, 28/12/2023.
Baca Juga: Transpuan Meninggal, Polisi Tahan Siswa SMA dan Anak DPRD
Karen mengatakan, dokter pun sudah mengklaim Desy tak bisa bertahan lebih lama. Pendarahan yang dialami Desy dengan banyaknya luka yang dialaminya menghantarkan Desy dalam kondisi kritis.
Selang beberapa waktu kemudian, Desy dinyatakan meninggal oleh pihak Rumah Sakit Leona.
Desy disemayamkan semalam di rumah singgah komunitas IMoF di BTN Kolhua.
Keesokan harinya pada 24 Desember saat orang lain bersiap merayakan malam Nlatal, Desy dipulangkan ke kampung halamannya di Ayotupas, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Desy pulang kampung dengan tinggal nama. Nyawanya hilang di tangan sekelompok anak di bawah umur dengan motif tidak jelas.
Oleh Karena Transpuan
Atas kejadian yang menimpa transpuan ini, penyidik Polresta Kupang Kota telah menetapkan tiga orang tersangka berdasarkan hasil olah TKP, dari keterangan saksi, dan bukti-bukti yang telah dikumpulkan.
Ketiga tersangka ini adalah RVK, 20 tahun dan merupakan mahasiswa teologi di Salatiga yang pulang liburan. Lalu BEK berusia 16 tahun yang adalah adik kandung RVK. Keduanya merupakan anak anggota DPRD Kota Kupang dari Partai Demokrat.
BEK juga berteman dengan MAPBO dan keduanya adalah siswa SMAN 7 Kupang. Satu tersangka lainnya ialah AM yang kini jadi buronan polisi.
Baca Juga: Kronologi dan Motif Pelaku Aniaya Transpuan Hingga Tewas
Peristiwa tragis ini bermula saat Desy baru saja pulang dari meluruskan rambut pelanggan setianya di Sikumana. Menurut pelanggannya ini, Desy pamit pulang sekitar jam 02.00 WITA.
Dia pulang dengan seorang ojek.
Kasat Reskrim Polresta Kupang Kota, AKP Yohanes Suhardi mengatakan, kasus ini bermula saat terjadi cekcok antar korban dan tukang ojek di TKP. Pada saat itu para tersangka kebetulan berada di TKP dan sedang duduk minum minuman keras. Jarak Desy dengan para tersangka sekitar 20 meter.
“Mereka mendengar suara teriakan perempuan. Para tersangka mendekati, ternyata bukan perempuan, melainkan seorang transpuan. Dan karena korban pada saat itu membuat keonaran, sehingga para tersangka melakukan penganiayaan terhadap korban,” jelas Yohanes dalam tribratanewskupangkota.
Peristiwa ini diperkirakan terjadi jam tiga atau empat subuh. Baru di sekitar jam enam pagi, warga membawa korban ke RS.
“Yang mereka (pelaku) sampaikan, mereka pukul, dan terakhir mereka ambil bambu besar, dan mereka pukul di daerah kepala, dan akhirnya ka Desi ini terkapar di situ. Dan katanya barang ka Desi (uang dan telepon seluler) diambil dan dibakar, sangat tidak masuk akal,” ujar Karen.
Baca Juga: Kisah Mak Ne, Transpuan Rote Bertarung Bebaskan Lembata dari HIV AIDS
Menurut Karen, tindakan kekerasan pada transpuan di Kupang memang masih sering terjadi. Kejahatan ini dilakukan baiik secara fisik maupun verbal. Akan tetapi semua itu masih bisa mereka atasi.
Ini adalah kejadian pertama kali di mana teman-teman transpuan di Kupang dianiaya sampai merenggang nyawa.
“Dia (Desy) tidak dalam keadaan mabuk. Dia dari pulang cari hidup. Tapi dia pulang bukan bawa berkat, tapi dia pulang bawa malapetaka. Satu orang yang jadi pejuang dalam dia punya hidup, memberdayakan dia punya diri untuk tidak jadi benalu dalam dia punya keluarga,” tutur Karen menahan emosinya.
Bahkan, ujarnya, Desy yang menjadi andalan keluarga telah berpulang hanya karena persoalan yang sangat tidak masuk akal.
“Dan karena dia adalah seorang transpuan, orang dengan segampang itu untuk ambil dia punya nyawa, itu yang saya sesalkan,” jelas Karen dengan tak mampu membendung air matanya lagi.
Baca Juga: Mulai 2024 Seluruh ASN Hingga Kades di Lembata Dites HIV-AIDS
Ia menyatakan, tidak peduli pelaku ini anak siapa, ataukah dia anak di bawah umur, tetapi yang paling penting bagaimana mereka harus bertanggung jawab atas apa yang telah mereka perbuat.
“Besong (kalian) masih sangat kecil, tapi besong sudah jadi pelaku kejahatan. Siapapun kamu, yang pertama harus kamu lakukan adalah minta ampun ke Tuhan. Dan bagaimana kalian menjadi seorang laki-laki yang kalian katakan teman saya bencong. Saya pikir kalian laki-laki yang gentleman, jadi buktikan dengan bertanggung jawab atas setiap apa yang kamu lakukan,” tegas Karen. *****